Jepang Klaim Pulau Takeshima Miliknya, bukan Korsel: Bukti dari Bagan Laut Periode Edo

21 Februari 2022, 20:35 WIB
Pulau Takeshima milik Korea yang sedang disengketakan Jepang /Istimewa/KokuJepang


KALBAR TERKINI - Jepang Klaim Pulau Takeshima Miliknya, bukan Korsel: Bukti dari Bagan Laut Periode Edo.

Jepang menemukan selembar bagan navigasi laut yang membuktikan ke Korea Selatan bahwa Pulau Takeshima miliknya.

Berada di sebelah timur Semenanjung Korea, dan di utara Prefektur Shimane, Jepang, Pulau Takeshima kaya akan deposit gas alam yang belum dieksplorasi.

Baca Juga: Rudal Nuklir Hwasong-12 Korut kian Sangar: AS, Korsel dan Jepang Rapatkan Barisan!

Sumber sengketa Jepang dan Republik Korea ini, juga bernama Karang Liancourt (Liancourt Rocks) atau Dokdo dalam bahasa Korea, dan dalam bahasa Jepang, Takeshima, yang berarti 'pulau sepi'.

Peta resmi ini untuk pertama ditemukan yang dibuat pada akhir Periode Edo (1603-1867). Ini menunjukkan, Pulau Takeshima yang sekarang disengketakan adalah wilayah Jepang, menurut sebuah lembaga pemikir Jepang.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Jepang, The Asahi Shimbun, Senin, 21 Februari 2022, bukti ini diperoleh oleh Rikinobu Funasugi, seorang profesor sejarah di Universitas Shimane.

Baca Juga: SEJARAH HARI INI, 30 Januari, Jepang Eksekusi 300 Tentara Australia dan KNIL di Ambon, Ini Catatan Lengkapnya

Bukti ini berupa selembar bagan navigasi dari dua abad silam yang dibeli oleh Funasugi dari sebuah toko buku bekas di Tokyo, Ibukota Jepang, Oktober 2018.

Funasugi ditugaskan oleh Japan Institute of International Affairs, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Tokyo.

Wadah ini bertugas untuk meneliti masalah luar negeri dan keamanan, dan pada 2018 mencari peta lama yang menunjukkan Kepulauan Takeshima.

Baca Juga: Jepang terus Berlakukan Vonis Hukum Gantung, PM Kishida Pertahankan Sikap Garis Kerasnya

Jepang menganggap Pulau Takeshima sebagai bagian dari Prefektur Shimane, tetapi juga diklaim oleh Korea Selatan, yang menyebutnya Dokdo.

Bagan berukuran 102,5 sentimeter kali 137,5 sentimeter inimemberikan rincian tentang penyelundupan barang, terutama di wilayah Kyushu.

Bagan ini diyakini dirancang pada 1820-an-1830-an atas arahan hakim bugyo Nagasaki untuk menindak perdagangan semacam itu.

“Bagan tersebut menunjukkan bahwa keshogunan memiliki pengetahuan yang tepat tentang Takeshima, dan menganggap pulau-pulau kecil itu sebagai wilayah Jepang,” kata Funasugi, Jumat, 18 Februari 2022.

“Materi tersebut sangat penting dalam mempelajari kedaulatan (negara) atas pulau-pulau tersebut selama Periode Edo," tambahnya.

Pada grafik bagan tersebut, Takeshima ditandai sebagai Matsushima dan Pulau Ullung-do saat ini di Korea Selatan sebagai Takeshima.

Juga ditunjukkan rute laut yang menghubungkan Matsumae, distrik penghasil rumput laut konbu di Hokkaido, dengan Nagasaki yang melewati utara Ullung-do.

Catatan yang tertulis di margin grafik menggambarkan Takeshima (Matsushima) sebagai pulau berbatu kecil tanpa vegetasi.

Catatan itu juga menyatakan, kapal tujuan Nagasaki yang membawa konbu, mulai menggunakan rute yang melewati dekat Takeshima dan Ullung-do, karena lebih nyaman, dan kecil kemungkinannya terkena angin dan ombak.


Dilansir dari Wikipedia, nama Liancourt diambil dari Le Liancourt, nama sebuah kapal pemburu paus asal Prancis, yang hampir menabrak batu karang di sekitar kepulauan itu pada 1849.

Baik dalam bahasa Korea atau Jepang, nama kepulauan ini berganti-ganti sepanjang waktu sehingga menambah rumit masalah sengketa atas wilayah ini.

Kepulauan Liancourt terbagi atas dua pulau besar dan 35 pulau yang lebih kecil. Total luas wilayah ini adalah 0,18745 kilometer persegi.

Puncak tertinggi mencapai 169 meter dari permukaan laut yang berada di Pulau Barat (West Islet) atau Seodo dalam bahasa Korea.

Sedangkan dalam bahasa Jepang disebut Ojima alias Pulau Laki-laki.

Liancourt masuk ke dalam wilayah administrasi Korea Selatan dalam satuan Dokdo-ri, Kecamatan Ulleung, Kabupaten Ulleung di Provinsi Gyeongsang Utara.

Di sisi lain, Liancourt diklaim masuk dalam satuan dari Pulau Oki di Distrik Oki, Prefektur Shimane, daerah Chugoku.

Kepulauan Liancourt terbagi menjadi dua pulau utama, Otokojima (Pulau Laki-laki dalam Bahasa Jepang atau Seo-do yang berarti Pulau Barat dalam Bahasa Korea), dan Onnajima (Pulau Wanita dalam bahasa Jepang) atau Dong-do (Pulau Timur dalam bahasa Korea).

 

Secara keseluruhan, terdapat sekitar 90 pulau dan batu karang serta batuan vulkanik yang terbentuk dari Zaman Cenozoikum sekitar 2 – 4,6 juta tahun yang lalu.

Pada 2006, tim geologi Korea Selatan meneliti bahwa kepulauan ini terbentuk sekitar 4,5 juta tahun lalu, dan sangat rentan terhadap erosi.

Sedangkan eksplorasi geologi mineral Jepang menunjukkan bahwa Takeshima atau Liancourt mengandung sumber gas besar.

Kepulauan Liancourt terletak di koordinat 131º52' Bujur Timur dan 37º14' Lintang Utara dengan rincian: Pulau Barat atau Otokojima di kordinat 37°14′31″N 131°51′55″E, dan Pulau Timur atau Onnajima di kordinat 37°14′27″N 131°52′10″E.

Jarak terdekat antara Kepulauan Liancourt dengan daratan Semenanjung Korea adalah 217 kilometer, dan berjarak 212 kilometer dari daratan daerah Chugoku, di Pulau Honshu, Jepang.

Namun, wilayah adminstrasi terdekat wilayah Korea Selatan adalah Pulau Ulleung, yang berjarak sekitar 87 kolometer.

Kepulauan ini dapat dilihat dari Ulleung dalam keadaan cuaca yang cerah, dan ketika kabut sedang tidak menyelimuti.

Dan dapat terlihat samar-samar dari Kepulauan Oki, di Prefektur Shimane yang berjarak 157 kilometer. Pulau terdekat dari wilayah Jepang adalah Pulau Oki, yakni sekitar 157 kilometer.

Dari Pulau Oki, Kepulauan Liancourt tak dapat terlihat dalam kondisi cuaca yang seperti apapun

Karena lokasinya yang cukup jauh dan ukurannya yang sangat kecil, kepulauan ini mengalami cuaca yang keras.

Jika angin barat laut bertiup kencang selama musim dingin, kapal-kapal tidak dapat berlabuh ke dalam dermaga.

Walau begitu, cuaca rata-rata tahunannya hangat dan basah akibat pengaruh Arus Laut Jepang yang hangat. Curah hujan tahunan pun sangat tinggi, yakni 1324 milimeter, dengan hujan salju yang jarang selama musim dingin.


Bebatuan umum kepulauan ini adalah formasi vulkanik yang diselimuti lapisan tanah dan lumut. Tercatat, sekitar 49 spesies tanaman, 107 jenis burung dan 93 jenis serangga ditemukan di kawasan ini.

Sedangkan di dasar laut, terdapat 160 jenis algal dan 368 jenis spesies hewan invertebrata.

Walaupun air tawar segar mengalir sebanyak 1100-1200 liter per hari, mesin-mesin dan pipa desalinasi telah didatangkan untuk memproses air laut untuk konsumsi karena sumber air bersih telah tercemar oleh kontaminasi guano.

Sejak dekade 1970-an, beberapa spesies tanaman pohon dan bunga telah diperkenalkan. Menurut catatan sejarah, kepulauan ini memiliki beberapa jenis pohon endemik pada masa lalu, dan sekarang telah lenyap karena penebangan besar-besaran dan kebakaran akibat latihan militer.

Baru-baru ini penelitian ditemukanspesies pohon merambat yang berusia 100-120 tahun. Keberadaan spesies ini di kepulauan ini dapat menaikkan statusnya sebagai wilayah alami di bawah undang-undang internasional.

Penduduk permanen kawasan ini adalah warganegara Korea Selatan, yakni pasangan suami istri Kim Sung-do dan Kim Shin-yeol yang bekerja sebagai nelayan beserta 37 orang petugas penjaga pantai.

Adapula tiga petugas lembaga Kementerian Hubugan Maritim dan Perikanan, serta tiga orang lain sebagai penjaga mercusuar.

Pada masa lalu umumnya para nelayan hanya tinggal untuk sementara. Selama bertahun-tahun, masyarakat tidak diizinkan berwisata ke Kepulauan Liancourt karena kawasan ini merupakan cagar alam yang dilindungi.

Baru pada 2004, sekitar 1.597 orang wisatawan diizinkan untuk berkunjung. Sejak pertengahan bulan Maret 2005, semakin banyak wisatawan yang berkunjung, tapi maksimal hanya 70 orang diizinkan per kunjungan.


Di bawah pemertintahan Korea Selatan, Kepulauan Liancourt telah mengalami pembangunan yang signifikan.

Kini, kawasan ini telah mempunyai satu mercusuar, landasan helikopter, serta lambang bendera Korea Selatan yang berukuran besar dan dapat terlihat dari atas.

Kemudian, ada pula fasilitas kotak pos, tangga dan barak polisi. Pada 2007, dua mesin desalinasi diinstal untuk memproduksi sebanyak 28 ton air bersih per hari.

Terdapat pula dua menara komunikasi telepon seluler yang dibangun oleh perusahaan telekomunikasi Korea Selatan.***

Sumber: The Asahi Shimbun, Wikipedia 

 

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Wikipedia The Assasi Simbun

Tags

Terkini

Terpopuler