Rudal Nuklir Hwasong-12 Korut kian Sangar: AS, Korsel dan Jepang Rapatkan Barisan!

14 Februari 2022, 09:46 WIB
5 Rudal Korea Utara yang Bikin AS dan Korea Selatan Senewen, Salah Satunya Bisa Ditembakkan Sampai ke Amerika. /PIXABAY/imkimc /

KALBAR TERKINI - Rudal Nuklir Hwasong-12 Korut kian Sangar: AS, Korsel dan Jepang Rapatkan Barisan!

Korea Utara ditengarai semakin tak peduli dengan kecaman internasional atas provokasinya lewat serangkaian uji coba rudalnya, yang kian gencar sejak Januari 2022.

Uji coba rudal, yang disebut oleh AS sebagai provokasi lanjutan Korut, juga termasuk untuk rudal balistik Hwasong-12 yang mampu meratakan wilayah AS di Guam.

Baca Juga: Rudal Hwasong 12 Korut Bersiaga Ratakan AS, Kim Jong Uun: Menukik dari Luar Angkasa!

Rudal jarak menengah ini merupakan senjata jarak terjauh yang telah diuji Korut sejak 2017.

Uji coba terakhir Hwangsong-12 belum lama ini membuat AS panik.

Akibatnya, Pemerintah AS menghentikan semua penerbangan yang lalu-lalang di langit dekat wilayah Pasific dalam sehari menyusul kecemasan bahwa rudal itu sedang mengarah ke Guam atau ke daratan negaranya.

Baca Juga: Korut Genjot Uji Coba Rudal, Siapkan Rudal Nuklir untuk Ratakan Negara AS

Manuver Pyongyang yang bertujuan supaya AS segera mencabut sanksinya in, semakin berani dilakukan.

Sebab, Presiden Kim Jong-un yakin, tindakannya yang merupakan cara terakhir menekan AS, direstui oleh dua negara sekutunya, China dan Rusia.

Itu sebabnya, dilaporkan oleh The Associated Press dari Honolulu, Minggu, 13 Februari 2021, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan rekan-rekannya dari Jepang dan Korea Selatan pada Sabtu lalu di Hawaii, AS.

Baca Juga: Biden Bernafsu Kirim Rudal ke Israel: Dilawan Partainya di Parlemen AS

Pertemuan itu , sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.Com, bertujuan untuk membahas ancaman yang ditimbulkan oleh Korut yang bersenjata nuklir setelah Pyongyang memulai tahun ini dengan serangkaian uji coba rudal.

Usai pertemuan, Blinken menyatakan dalam konferensi pers bahwa Korut 'dalam fase provokasi', dan ketiga negara tersebut mengutuk peluncuran rudal baru-baru ini.

“Kami benar-benar bersatu dalam pendekatan kami, dalam tekad kami,” kata Blinken setelah pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menteri Luar Negeri Korsel Chung Eui-yong.

Baca Juga: Jika Taiwan Diserang, Rudal Australia Hadang China

Menurut Blinken, negara-negara itu 'berkonsultasi dengan sangat dekat' tentang langkah-langkah lebih lanjut, yang mungkin diambil sebagai tanggapan terhadap Korea Utara, tetapi tidak menjelaskannya secara spesifik.

Ketiganya merilis pernyataan bersama yang menyerukan Korut untuk terlibat dalam dialog, dan menghentikan 'kegiatan melanggar hukum'.

Ketiga menteri ini juga menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki niat bermusuhan degan Korut, dan terbuka untuk bertemu Pyongyang tanpa prasyarat.

Baca Juga: Aramco Dihajar Rudal, Harga Minyak Dunia Merosot

Hayashi kemudian menyatakan kepada wartawan Jepang bahwa ketiga menteri telah berdiskusi 'sangat bermanfaat' tentang Korut.

Hanya saja, Hayasyi menolak untuk memberikan rincian tentang langkah-langkah tambahan yang mungkin mereka ambil.

Korut memiliki sejarah panjang menggunakan provokasi seperti uji coba rudal atau nuklir untuk mencari konsesi internasional.

Baca Juga: Aramco Dihajar Rudal, Harga Minyak Dunia Merosot

Tes terbaru datang ketika ekonomi Korut (yang telah terpukul oleh salah urus selama beberapa dekade dan sanksi yang melumpuhkan pimpinan AS), terpukul keras oleh penutupan perbatasan akibat pandemi.

Banyak kalangan menilai bahwa tes itu sebagai upaya untuk menekan pemerintahan Presiden AS Joe Biden agar mengurangi sanksi.

Pemerintahan Biden tidak menunjukkan kesediaan untuk melakukannya, tanpa tindakan yang berarti atas program nuklir Korea Utara, tetapi AS telah menawarkan pembicaraan terbuka.

Korut telah menolak tawaran AS untuk melanjutkan diplomasi, dengan menyatakan pihaknya tidak akan kembali ke pembicaraan, kecuali Washington memutuskan apa yang disebutnya sebagai kebijakan bermusuhan.

Korea Utara juga mengecam sanksi dan latihan militer reguler yang diadakan AS dengan Korea Selatan.

Tes rual Korut itu sendiri juga memiliki komponen teknis, yang memungkinkan negara itu untuk mengasah persenjataan senjatanya termasuk Hwasong-12.

Dilaporkan, Korut tampaknya menghentikan uji cobanya selama Olimpiade Musim Dingin di China, sekutu terpenting, dan jalur kehidupan ekonominya.

Tetapi, para analis percaya bahwa Korut akan secara dramatis meningkatkan pengujian senjatanya setelah Olimpiade.

Tes baru-baru ini telah mengguncang tetangga Pyongyang, yakni Korsel dan Jepang.

Presiden Korsel Moon Jae-in, yang membantu mengatur pembicaraan bersejarah antara Kim Jong Un dan mantan Presiden Donald Trump pada 2018 dan 2019, menyatakan bulan lalu bahwa tes tersebut merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB.

Untuk itu Korut didesak untuk menghentikan 'tindakan yang menciptakan ketegangan dan tekanan'.

Dewan Keamanan PBB awalnya memberlakukan sanksi terhadap Korut setelah uji coba nuklir pertamanya pada 2006.

Hal ini membuat sanksi itu lebih keras dalam menanggapi uji coba nuklir lebih lanjut, program rudal nuklir, dan balistik negara itu yang semakin canggih.

China dan Rusia, mengutip kesulitan ekonomi Korut, telah menyerukan pencabutan sanksi. Misalnya, larangan ekspor makanan laut dan larangan warganya bekerja di luar negeri dan mengirim pulang penghasilan mereka.

Blinken tiba di Hawaii dari Fiji, dan bertemu dengan Penjabat Perdana Menteri Aiyaz Sayed-Khaiyum dan para pemimpin Pasifik lainnya, untuk membicarakan masalah regional.

Terutama, risiko eksistensial yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, dan inilah kunjungan pertama menteri luar negeri AS ke Fiji sejak 1985.

Blinken memulai tur Pasifiknya di Australia, di mana dia bertemu rekan-rekannya dari Australia, India dan Jepang.

Keempat negara tersebut membentuk Quad, sebuah blok demokrasi Indo-Pasifik, yang diciptakan untuk melawan pengaruh regional China.

Hayashi dan Chung mengadakan pertemuan bilateral terpisah pada Sabtu lalu selama sekitar 40 menit, sebelum menemui Blinken.

Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan bahwa mereka menegaskan kembali pentingnya bekerja sama dengan AS, untuk menanggapi Korut, dan untuk mencapai stabilitas regional.

Kementerian menyatakan bahwa mereka juga 'terus terang' bertukar pandangan tentang perselisihan yang sedang berlangsung antara kedua negara.

Hal ini sudah termasuk masalah pekerja Korea selama masa perang, dan pelecehan seksual terhadap wanita Korea, yang dipaksa menjadi budak seks oleh tentara Kekaisaran Jepang.

Chung mengusulkan kedua negara mempercepat diplomasi, untuk menemukan solusi atas ketidaksepakatan, menurut Kementerian Luar Negeri Korsel dalam sebuah pernyataan.

Blinken juga bertemu secara terpisah dengan Chung. Dia bertemu Hayashi awal pekan ini di Australia.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler