Data Narasumber The Wall Street Journal dan New York Post Diretas Haker China

5 Februari 2022, 16:14 WIB
Ilustrasi Hacker /Pixabay.com/9sdworld

KALBAR TERKINI - Data Narasumber The Wall Street Journal dan New York Post Diretas Haker China

Pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 ditandai dengan serangan terbaru dari siber China ke News Corp.

Sebuah perusahaan media massa di AS, penerbit The Wall Street Journal, New York Post dan Journal Dow Jones, News Technology Services, dan News UK.

Baca Juga: Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022: Refleksi Kebangkitan China Sebagai Kekuatan Global

Pihak Mandiant, perusahaan keamanan siber yang memeriksa peretasan tersebut menyatakan bahwa serangan siber ini berupa pencurian data yang juga dialami oleh perusahaan-perusahaan media besar lainnya, dari Meksiko dan El Salvador hingga Qatar, tempat Al-Jazeera berbasis.

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press, Sabtu, 5 Februari 2022, pihak Mediant menekankan, intelijen China diyakini berada di balik operasi tersebut. 

Kendati data pelanggan dan keuangan sejauh ini tidak terpengaruh, dan operasi perusahaan tidak terganggu, tetapi dampak potensial terkait pelaporan dan sumber berita, menjadi perhatian serius.

Baca Juga: REKOMEDASI DRAMA CHINA Terbaru, Hello, The Sharpshooter Dibintangi Hu Yi Tian dan Xing Fei Tayang di WeTV

Sebab, organisasi berita adalah target utama bagi badan intelijen dunia, karena reporter selalu berhubungan dengan narasumber sumber informasi yang sensitif.

The Wall Street Journal melaporkan, haker mencuri data para jurnalis dan karyawan lainnya.

Mengutip pernyataan orang-orang yang diberi pengarahan terkait penyusupan itu, dilaporkan bahwa aksi haker sebenarnya sudah terjadi sejak Februari 2020, dan sejumlah karyawan terkena dampaknya.

Baca Juga: ASEAN China Young Leaders Scholarship (ACYLS) Siapkan 75 Kuota Beasiswa, Berminat? Simak Link Pendaftarannya

Lewat aksi itu, peretas dapat mengakses email wartawan dan Google Documents, termasuk draf artikel. News Corp. Juga ditemukan pelanggaran pada 20 Januari 2022

Sementara masih menurut Mandiant, pihaknya yakin bahwa aktivitas ini memiliki hubungan dengan China, dan kemungkinan terlibat dalam aktivitas spionase untuk mengumpulkan intelijen demi kepentingan China.

Waktu pengumuman ari News Corp ini termasuk terjadinya serangan siber terbaru itu pada Jumat lalu.

Baca Juga: China Masuk Gelanggang, Ingatkan AS: Keberadaan Rusia di Perbatasan Ukraina masih Wajar!

Bertepatan dengan pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing, di mana atlet dan jurnalis asing disarankan untuk membawa ponsel dan laptop yang disanitasi untuk melindungi dari spionase siber.

News Corp juga menyatakan telah menemukan pada Januari 2022, bahwa salah satu penyedia teknologinya, adalah 'target aktivitas serangan siber yang terus-menerus', tanpa menjelaskan secara rinci.

"Analisis awal kami menunjukkan bahwa keterlibatan pemerintah asing mungkin terkait dengan kegiatan ini, dan beberapa data telah diambil," tulis email itu.

“Kekhawatiran tertinggi kami adalah perlindungan karyawan kami, termasuk jurnalis kami, dan sumber mereka,” tambah pernyataan.

Sementara itu, Direktur FBI Christopher Wray menyatakan dalam pidatonya minggu ini bahwa pihaknya membuka penyelidikan terkait dengan dugaan operasi spionase China setiap 12 jam, dan memiliki lebih dari 2.000 penyelidikan semacam itu.

Ditambahkan, peretas dari Pemerintah China telah mencuri lebih banyak data pribadi dan perusahaan daripada gabungan semua negara lain.

Sementara peretasan dari Rusia yang didukung negara itu, cenderung mendapatkan lebih banyak berita utama, tapi menurut klaim para pejabat AS.

China telah diam-diam mencuri data komersial dan pribadi, yang jauh lebih berharga selama beberapa dekade terakhir ketika teknologi digital mulai berkembang.

Ruang redaksi utama, termasuk The New York Times, di mana operasi spionase siber China terungkap pada 2013, sebelumnya telah dikompromikan.

Runa Sandvik, mantan direktur senior keamanan informasi di surat kabar tersebutmenegaskan bahwa ruang redaksi utama.

Sementara ini telah menunjukkan banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir untuk membantu jurnalis mereka menavigasi dunia digital yang semakin tidak bersahabat.

"Tapi, upaya ini tidak cukup untuk bertahan melawan orang yang terampil. dan musuh yang gigih seperti China," katanya.

Namun, seorang juru bicara kedutaan besar China di Washington, AS, tidak secara eksplisit menyangkal keterlibatan Beijing dalam peretasan, tetapi menegaskan dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam lalu.

"China dengan tegas menentang dan memerangi serangan dunia maya, dan pencurian data dari dunia maya dalam segala bentuk'," katanya.

Peretasan News Corp yang dilaporkan — Februari 2020 — bertepatan dengan pencabutan kredensial pers Beijing atas tiga wartawan The Wall Street Journal yang berbasis di ibu kota China, yang disebut Kementerian Luar Negeri China sebagai hukuman atas sebuah opini yang diterbitkan surat kabar tersebut.

Aset News Corp. juga termasuk penerbit HarperCollins, News Corp Australia dan Storyful, yang menurut email kepada karyawan, tampaknya tidak ditargetkan oleh peretas.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler