KTT Iklim Global: Biden bakal Diserang Balik dan Ancaman Batubara Indonesia?

22 April 2021, 20:44 WIB
KTT IKLIM GLOBAL - Joe Biden akan membuka KTT Iklim Global, dengan janji memangkas setidaknya setengah dari asap batu bara dan minyak bumi yang merusak iklim dunia, suatu upaya yang diinisiasi oleh pemerintahannya./ILUSTRASI: PIXABAY/CAPTION: CORNELIS C/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

WASHINGTON, KALBAR TERKINI - Masuknya kembali AS ke Perjanjian Iklim Global di masa Pemerintahan Presiden Joe Biden akan menjadi bumerang bagi pemerintahan Biden di dalam negeri sendiri, dan serangan balik dari banyak negara non-sekutu AS termasuk China dan Rusia.

Sedangkan bagi Indonesia, kesepakatan Perjanjian Iklim Global lewat KTT Iklim Global , yang dipastikan muncul pada   KTT-nya,  Kamis, 22 April 2021, ditengarai bakal menjadi ancaman atas ekspor batubara dan crude palm oil (CPO). Di Indonesia, Provinsi Kalimantan Barat,eksportir CPO Kalimantan Barat terbesar di Indonesia, bakal sangat terpukul  perekonomiannya.

KTT  juga akan memaksa Presiden China Xi Jinping berbicara pada Kamis ini,  terkait perubahan iklim yang diorganisasikan oleh Biden. Begitu pula dengan Vlaimir Putin,  juga dipastikan akan berbicara walaupun secara virtual, kendati Putin diklaim  sakit hati dengan pernyataan  kasar Biden bahwa dia adakah seorang pembunuh menyusul tuduhan aneksasi Rusia ke negara tetangganya, sesama eks Uni Soviet: Krimea.

Baca Juga: KRI Nanggala 402, Kapal Selam Konvensional Terlama di Dunia

China dan Rusia, apa pun masalahnya dengan AS, diyakini harus berbicara. Ini karena selain AS sendiri, China dan Rusia dituding sebagai penyumbang polusi iklim terbesar dunia dari emisi asap batu bara dan minyak bumi.

Di negara-negara pengekspor CPO, pembabatan hutan telah menyebabkan hilangnya 'paru-paru bumi' karena digantikan dengan lahan-lahan sawit. Di Kalbar, penanaman sawit telah menghilangkan sebagian besar hutan, menyebabkan banjir, dan ketidaksuburan lahan akibat rakusny akar-akar sawit membunuh tanaman-tanaman lainnya.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Kamis ini, Biden akan membuka KTT Iklim Global dengan janji untuk memangkas setidaknya setengah dari asap batu bara dan minyak bumi yang merusak iklim, suatu upaya  yang diinisiasi oleh pemerintahan Biden sejak kampanye Pilpres AS 2020.

Baca Juga: Sejarah Earth Day, Perjuangan Menjaga Bumi dari Pencemaran Lingkungan

Biden juga menawarkan kepada negara sendiri dan dunia tentang sebuah visi dari pemerintahannya yang makmur dan berenergi bersih di mana pabrik-pabrik mengeluarkan baterai mutakhir untuk ekspor, pekerja lini memasang kembali jaringan listrik nasional yang efisien, dan kru menutup rig minyak dan gas serta tambang batu bara yang kelak ditinggalkan.rig

Komitmen Biden untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil AS hingga 52 persen pada  2030 akan dinyatakan dalam  KTT iklim virtual untuk 40 pemimpin dunia pada Kamis ini, menandai kembalinya AS ke upaya iklim global,  setelah empat tahun penarikan di bawah Presiden Donald Trump.

Jepang, pengguna berat batu bara, mengumumkan target baru pengurangan emisi 46 persen pada Kamis menjelang pembukaan KTT, ketika AS dan sekutunya berusaha menciptakan 'sebuah momentum'.

Baca Juga: Sejarah 22 April, Perjanjian Saragosa Ditandatangani Memisahkan Wilayah Jajahan Portugal dan Spanyol

Adapun janji pemerintahan Biden sejauh ini akan membutuhkan upaya iklim AS yang paling ambisius,  yang pernah dilakukan: hampir menggandakan pengurangan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Barrack Obama dalam kesepakatan iklim Paris 2015.

Urgensi baru pun datang ketika para ilmuwan menyatakan  bahwa perubahan iklim disebabkan oleh pembangkit batu bara, mesin mobil,  dan penggunaan bahan bakar fosil lainnya.

Pernyataan ini  pun ditambah bahwa perubahan iklim telah memperburuk kekeringan, banjir, angin topan, kebakaran hutan dan bencana lainnya, serta manusia dinyatakan telah kehabisan waktu untuk mencegah bencana yang paling ekstrim: pemanasan global!

"Amerika Serikat tidak menunggu. Biaya penundaan terlalu besar, dan negara kami bertekad untuk bertindak sekarang," demikian pernyataan pemerintahan Biden. “Perubahan iklim merupakan ancaman eksistensial. Tetapi menanggapi ancaman ini, kami  menawarkan kesempatan untuk gaji yang baik, pekerjaan serikat pekerja, memperkuat komunitas kerja Amerika, melindungi kesehatan publik, dan memajukan keadilan lingkungan.”  

Langkah Rumit Biden

Tetapi,  pejabat pemerintahan Biden ketika  memberi pengarahan kepada wartawan sebelum pengumuman Biden tersebut, tidak menyebutkan secara langsung bagaimana langkah-langkah politis rumit ini bisa menghentikan AS menyapih dari minyak, gas alam, dan batu bara.

Para pejabat hanya menekankan tentang peran teknologi, termasuk penangkapan karbon dan tenaga hidrogen, yang notabene belum dikembangkan, dengan harga terjangkau. 

Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris dijadwalkan membuka KTT Hari Bumi di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, Kamis, di hadapan para pemimpin dunia, termasuk para pemimpin China, Rusia, India, negara-negara minyak Teluk, sekutu Eropa dan Asia serta negara-negara pulau dan pesisir,  yang selama ini sudah berjuang melawan. efek perubahan iklim.

Paus Francis juga akan ambil bagian. 

Biden berencana untuk bergabung dengan sesi kedua konferensi langsung di pagi hari tentang pembiayaan upaya negara-negara miskin untuk membangun kembali perekonomiannya, serta melindungi ekonomi negara-negara ini dari pemanasan global.

Karena pandemi virus korona, KTT akan membatasi peluang untuk interaksi dan negosiasi spontan. 

"Dengan janji dari AS dan pengumuman pemotongan emisi lainnya dari Jepang, Kanada, Uni Eropa, dan Inggris, negara-negara yang mewakili lebih dari setengah ekonomi dunia,  kini akan berkomitmen untuk mengurangi asap bahan bakar fosil, agar cukup untuk menjaga iklim bumi. pemanasan, bencana, lebih dari 1,5 derajat selsius,"  demikian pernyataan pemerintahan Biden. 

Biden dari Partai  Demokrat, telah  berjanji lewat kampanyenya  untuk menghadapi perubahan iklim. Dia telah membuat sketsa beberapa elemen dari pendekatan dua triliun dolar AS untuk mengubah sistem transportasi AS,  dan jaringan listrik dalam rencana iklim kampanyenya,   dan dalam proposal infrastrukturnya untuk Kongres AS. 

Pemerintahannya menegaskan bahwa transformasi akan berarti jutaan pekerjaan dengan gaji yang baik.

Sedangkan bagi pihak Partai Republik, lawan Demokrat,  upaya Biden itu akan membuat pekerja minyak, gas, dan batu bara kehilangan pekerjaan. Mereka menyebut proposal infrastrukturnya terlalu mahal. 

“KTT tidak selalu tentang semua orang membawa sesuatu yang baru ke meja," kata Joanna Lewis, seorang pakar energi dan lingkungan China di Universitas Georgetown. "Ini (KTT) adalah waktu yang mendesak,  tetapi bukan waktu yang tepat bagi AS untuk mencoba memacu tindakan." 

Dua pelanggar iklim teratas dunia, China dan AS telah berselisih tentang masalah non-iklim. Presiden China Xi Jinping menunggu hingga Rabu kemarin, untuk mengonfirmasi bahwa dia akan ambil bagian. 

India, penghasil asap bahan bakar fosil terbesar ketiga di dunia, menekan AS dan negara-negara kaya lainnya untuk menghasilkan miliaran dolar AS yang telah mereka janjikan, untuk membantu negara-negara miskin membangun alternatif untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, dan jaringan listrik penghisap energi.

Toh dana itu tak pernah terlihat.

Menteri Lingkungan India, Prakash Javadekar menyatakan janji itu pada awal April 2021, setelah kunjungan utusan Biden, John Kerry. 

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang negaranya menurut beberapa penilaian adalah pencemar iklim terburuk keempat di dunia, juga menerima undangan AS,  tetapi Putin masih marah,  karena Biden menyebutnya 'pembunuh'. Ini sebagai bagian dari ketegangan tinggi atas agresivitas Rusia di luar negeri, dan sanksi AS. 

Di dalam negeri AS, perpecahan politik  yang diekspos oleh kepresidenan Trump,  telah membuat AS lebih lemah daripada Kesepakatan Perjanjian Iklim di Paris 2015.

Pun tidak dapat dijamin bahwa Presiden AS yang berbeda pada 2024  tidak akan membatalkan upaya iklim Biden.

Pemerintahan Biden berpendapat,  kekuatan pasar akan segera membuat bahan bakar yang lebih bersihm  sehingga efisiensi energi menjadi sangat murah, bersih dari emisi, dan ramah lingkungan.*** 

 

Sumber: Associated Press 

  

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler