Mabuk, Junta Bantai 82 Warga: Mayat Dibakar, Makanan Penduduk Dirampok!

11 April 2021, 22:24 WIB
SEMBUNYI DI BARIKADE - Para pengunjuk rasa bersembunyi di balik barikade karung pasir di kubu protes anti-rezim di Jalan Ma Ga Dit di Bago saat diserang oleh pasukan rezim, Jumat 9 April 2021./FOTO DAN TEKS: MYANMAR NOW/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Militer  junta yang diduga dalam kondisi mabuk,  membantai 82 warga sipil di Bago, kota terbesar keempat di Myanmar, Ibu Kota Divisi Bago,  Jumat, 9 April 2021 malam. Menjelang fajar esoknya,  jenazah-jenazah yang malam sebelumnya ditumpuk di kompleks Pagoda Zeyar Murni, menghilang.  

'Prestasi' membunuh rakyat sendiri oleh pasukan Myanmar  ini,  masih kalah dengan 'rekor' pada Sabtu, 27 Maret 2021. ketika itu,  Tatmadauw -nama Angkatan Bersenjata Myanmar-  'sukses' membantai lebih 100 warga dalam sehari, suatu 'prestasi nasional'   bagi militer sekelas pihak junta, yang dianggap pengecut untuk melawan pihak luar,  selain hanya berani membantai rakyat sendiri. 

Baca Juga: Pebalap-pebalap Senior Bertarung di Kejurnas Seri-1 Sprint Rally Tropical

Baca Juga: Ini Riset Terbaru Efek AstraZeneca...

Baca Juga: Jaton, Desa Muslim Keturunan Pasukan Diponegoro di Tepi Danau Tondano

Jenazah Dimusnahkan di Pagoda

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Myanmar Now, Minggu, 11 April 2021, para korban luka tembak juga menghilang bersama jenazah-jenazah. Dalam kondisi kritis, mreka dibawa ke suatu tempat yang tak diketahui.

Sedangkan jenazah-jenazah  diseret oleh tentara ke dalam pagoda dan dilempar ke dalam kobaran api untuk dimusnahkan, supaya menghapus jejak kekejaman mereka. 

Wajah lebam dan luka tembak terlihat di tubuh sejumlah jenazah yang berhasil ditemukan oleh keluarga para korban di kamar mayat rumah sakit setempat. Jenazah-jenazah ini diperkirakan masih hidup ketika dibawa ke suatu tempat dari kompleks pagoda. 

Masih belum puas,  Sabtu, tentara dilaporkan menteror warga. Mereka mendobrak rumah-rumah warga dan merampok. Banyak rumah tangga kehilangan harta benda terutama uang dan makanan karena  dijarah oleh serdadu-serdadu yang sebagian besar  di antaranya masih 'melayang-layang'  puyeng karena mabuk malam hari. 

Sementara pada Jumat kemarin, Perserikatan Bangsa-bangsa yang telah kehilangan  'gigi' dan 'nyali',  lewat utusan khususnya untuk Myanmar Christine Schraner Burgener, tiba di Bangkok, Ibu Kota Thailand, negara tetangga terdekat Myanmar.  

Dilansir dari The Irrawaddy, Sabtu, Burgener  akan bertemu Menteri Luar Negeri  Thailand Don Pramudwinai dan perwakilan badan-badan PBB. Ini sebagai bagian dari upayanya untuk mencari penyelesaian damai atas krisis yang sedang berlangsung di Myanmar. 

Serangan Fajar Pasukan Mabuk

Pada 1989 sebelum era pemerintahan militer, sebagaimana dikutip  dari Wikipedia, Bago bernama Pegu. Terletak sekitar 80 kilometer dari utara Yangon, wilayah ini dibelah oleh Sungai Pegu, yang mengalir ke Teluk Benggala, India. Pada Januari 2005, di Bago terdapat 245 ribu kepala keluarga. 

Kota Bago telah dikepung oleh pasukan junta pada Jumat lalu. Para serdadu melancarkan serangan yang mematikan, bahkan menggunakan granat ke arah lusinan pengunjuk rasa.

Setidaknya 82 orang dibunuh dalam tindakan tersebut, menurut organisasi bantuan lokal dan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik yang selama ini memantau kekerasan junta sejak terjadinya kudeta oleh militer terhadap kepemimpinan Ang san Suu Kyii, 1 Februari 2021.

Dalam serangan sebelum fajar, yang dilaporkan melibatkan artileri berat, Tatmadauw menghancurkan basis  protes utama di Jalan Ma Ga Dit, bagian timur Bago, menurut penduduk setempat. Beberapa pengunjuk rasa berusia belia, yang berlindung di balik barikade karung pasir pun tewas.

Menurut saksi-saksi mata, tentara memindahkan mayat dari pagoda pada Jumat malam, sekitar pukul 11 ​​malam waktu setempat. "Mereka berteriak-teriak dengan cara yang menandakan bahwa mereka mabuk,"  kata seorang saksi mata di dekat Pagoda Zeyar Muni. 

“Meski saya tidak ada hubungannnya  dengan korban, saya sangat terluka, karena tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi, saya harus menonton semua ini, dan ingin mengambil kembali jenazah anak-anak muda yang masih hidup, ”kata saksi. 

Pada Sabtu pagi, pagoda terlihat bersih. Tak terlihat jenazah. Genangan-genangan dan noda-noda darah telah hanyut,  mayat-mayat hilang.

Sebelum barang bukti dihancurkan dengan cara dibakar di dalam Pagoda Zeyar Muni, otoritas kotapraja di bawah rezim,  memutus aliran listrik di Bago pada pukul tujuh hingga pukul 10,  Jumat malam.  

Dalam kondisi kota yang gelap gulita, tentara melancarkan teror. Saksi mata mengaku, tentara menggerebek rumah-rumah penduduk.

"Setelah memutus listrik di seluruh kota, mereka melakukan penangkapan dari daftar nama yang ada," kata seorang warga.“Jumlah pasti yang ditangkap belum diketahui. Beberapa meninggalkan rumah mereka. Beberapa melarikan diri ke tempat yang lebih aman.”

Sebuah surat kabar yang dikelola junta mengklaim pada Sabtu, hanya satu orang yang terbunuh setelah penduduk Bago menyerang angkatan bersenjata. Media corong pemerintah ini dalam beritanya menyalahkan penduduk setempat dan disebut menghasut sehingga memicu kekerasan. 

Tentara juga menggerebek rumah pemimpin protes lokal Bago, Myo Ko, Sabtu, tetapi Myo Ko berhasil menghindari penangkapan karena sudah bersembunyi.

“Tentara menghancurkan seluruh rumah saya. Mereka menghancurkan semua yang ada di rumah. Mereka juga menyita tiga sepeda motor, makanan, dan uang 1.000 dolar AS yang saya simpan di dalam rak buku, "kata Myo Ko, menambahkan," Mereka lebih buruk dari perampok. Ini adalah fasisme." 

Bahkan setelah aksi penjarahan dan pembunuhan mematikan  di Bago timur pada Jumat, pengunjuk rasa di bagian barat kota  -termasuk wilayah Kyaukkyisu, Ywathit dan Zinetaung - kembali memulai pawai menentang rezim pada Sabtu.

Utusan PBB Karantina Tujuh Hari

Masih dari The Irrawaddy, Kementerian Luar Negeri Thailand mengumumkan, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar  Schraner Burgener akan memulai serangkaian pertemuannya setelah menyelesaikan karantina di negara tersebut selama tujuh hari.

Burgener menerima dua dosis vaksin Covid-19 sebelum kedatangannya di Thailand.

Disebutkan,  kehadirannya di Bangkok adalah bagian dari rencananya untuk mengunjungi sejumlah negara di kawasan itu terkait bertukar pandangan dan perspektif tentang situasi di Myanmar.

Tujuannya,  mengeksplorasi kemungkinan solusi untuk krisis yang diwarnai pembunuhan terhadap  ratusan pengunjuk rasa pro-demokrasi dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar. 

Mantan  Duta Besar Swiss untuk Thailand ini ditunjuk sebagai utusan khusus untuk Myanmar oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada 2018. Mandatnya, mendukung proses reformasi, rekonsiliasi,  dan demokratisasi di Myanmar, serta mengatasi kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, terkait  masalah pengungsi Muslim Rohingya.

Sebagai negara tetangga, Thailand sangat prihatin dengan situasi di Myanmar yang sangat berdampak terhadap rakyat Myanmar.

"Kami berkomitmen untuk bekerja sama, dan terlibat secara konstruktif dengan komunitas internasional, termasuk melalui PBB dan ASEAN untuk menemukan solusi damai bagi Myanmar dan rakyatnya. Kami berharap,  kunjungan utusan khusus ke kawasan ini dapat memberikan kontribusi terhadap kemungkinan solusi, ”kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan. 

Burgener atas dukungan Dewan Keamanan PBB juga ingin bertemu para pemimpin sipil yang ditahan, termasuk Presiden U Win Myint dan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi.*** 

 

Sumber: Myanmar Now, The Irrawaddy, Wikipedia

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler