Dahulu minuman coklat hanya dinikmati oleh kaum tertentu yaitu penguasa, guna memperlihatkan wibawa mereka.
Baca Juga: APA ITU MATA MALAS? Samakah dengan Juling? Simak Gejala dan Penyebabnya, Biasanya Terjadi Pada Anak
Sebab itu, coklat lalu dikaitkan sebagai simbol maskulinitas dan kejantanan. Apalagi, coklat hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
Pendiri Chocolate Noise, Megan Giller mengatakan, saat itu coklat hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya.
Hingga coklat dilambangkan sebagai kemewahan, untuk suguhan mahal bagi segelintir orang yang mampu membelinya.
Perubahan pun mulai terjadi, dimana pada abad ke-19, gula sudah menjadi komoditas, hingga mengubah kakao manis menjadi makanan yang dapat dicicipi oleh pekerja, termasuk perempuan.
Saat wanita menikmati coklat, persepsi produk pun beralih dari maskulin ke feminin. Manis, lembut, menciptakan kesenangan menjadi ikon coklat di saat itu.
Sewaktu ada perayaan atau event besar, coklat hadir dengan beragam bentuk kreasi, yang menarik dan mempunyai kesan romantis.
Beragam bentuk coklat menjadi simbol romantisme pada tahun 1800-an.