Kenali Ciri Meningitis, Penyakit Langka yang Tewaskan Penyanyi Glenn Fredly

- 9 April 2021, 11:25 WIB
Sandiaga Uno mengenang sosok musisi asal Maluku Glenn Fredly, yang berpulang pada 8 April 2020 lalu. Foto mural di M Bloc Space itu jadi sorotan.
Sandiaga Uno mengenang sosok musisi asal Maluku Glenn Fredly, yang berpulang pada 8 April 2020 lalu. Foto mural di M Bloc Space itu jadi sorotan. /Instagram/ @sandiuno/

 

KALBAR TERKINI –  Setahun lalu penyanyi kenamaan tanah air Glenn Fredly menghembuskan nafas terakhirnya.

Rasa duka masih menyelimuti mereka yang mengenalnya hingga kini.

Glenn Fredly disebut meninggal karena penyakit meningitis yang dideritanya selama ini.

Baca Juga: Lansia Menjadi Alasan Penundaan, Berikut Daftar Penyakit Penyebab Anda Tak Boleh Divaksin

Baca Juga: Aktris Senior Rina Gunawan Meninggal, Teddy: Penyakit Bawaan Asma dan Radang Paru

Lalu apakah penyakit langka tersebut. Tak hanya menyerang orang dewasa, meningitis ternyata bisa mengintai anak-anak juga, dan perlu pencegahan.

"Penyakit ini memang jarang ditemukan, namun mematikan. Meningitis merupakan peradangan pada meningen atau selaput otak," kata dr Attila Dewanti, Sp.A(K),dikutip Kalbar-Terkini.com dari Anatara Jumat 9 April 2021.

Dokter yang merupakan anggota dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu memaparkan, Indonesia merupakan penyumbang kasus dan kematian tertinggi di Asia Tenggara akibat meningitis.

Meningitis sendiri, kata dia dapat diakibatkan oleh virus, kuman, parasit, maupun bakteri.

Dari berbagai macam penyebab meningitis, yang paling berbahaya adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.

"Meningitis yang disebabkan oleh bakteri tersebut dinamakan Invasive Meningococcal Disease atau disingkat IMD," kata dr Attila.

Jika ditangani tidak tepat, lanjut dia, 50 persen IMD bisa berakhir dengan kematian dan 5-10 persen kasus berakibat fatal walau sudah dilakukan terapi.

Pada masa epidemi, IMD sendiri lebih banyak menyerang anak-anak dan dewasa muda. Sedangkan saat nonepidemi, IMD lebih banyak menyerang anak-anak dari usia 3 bulan hingga 5 tahun.

"Hanya dalam 24 jam saja kondisi anak bisa dapat berubah dari yang hanya panas menjadi berbahaya," jelasnya.

Dokter Attila pun memaparkan gejala anak di atas 1 tahun yang terkena IMD, antara lain demam, sakit pada punggung atau leher, sakit kepala, mual atau muntah-muntah, leher kaku, dan bercak ruam ungu kemerahan.

Kemudian pada bayi, gejala IMD tidak mudah untuk dilihat, namun gejala ini bisa menjadi perhatian para orang tua.

Antara lain rewel, lesu, tidur sepanjang waktu, menolak menggunakan botol, menangis saat digendong dan tidak bisa ditenangkan saat menangis.

"Kemudian ubun-ubun yang menonjol (pada bayi), perubahan perilaku serta demam," kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu.

Atilla melanjutkan, terdapat beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya Invasive Meningococcal Disease, yaitu kontak erat dengan orang yang terinfeksi, asap rokok (aktif dan pasif), pemukiman yang padat, perubahan iklim, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan riwayat infeksi saluran pernafasan atas.

Dia menegaskan, IMD memang dapat diobati, tapi IMD dapat meninggalkan 'jejak' seperti kelumpuhan, tuli, dan juga kerusakan otak.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, pencegahan terbaik untuk meningitis adalah dengan vaksinasi.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x