"Banyak sudut pandang tentang topik ini, tetapi karena saya yang bermasalah dengan vagina, izinkan saya mengatakan: Sudut pandang lainnya adalah omong kosong," tulis Stone dalam kutipan bukunya yang dirilis oleh Vanity Fair.
Setelah menempeleng Verhoeven, Stone menuju mobilnya, dan menelepon pengacara Marty Singer. Namun, pengacaranya menyatakan bahwa pihak perusahaan tak dapat merilis film itu jika adegannya 'biasa-biasa saja'.
"Wah, pikir saya. bagaimana jika saya sendiri sutradaranya? Banyak sekali yang harus dipikirkan. Saya tahu film apa yang saya buat. Demi Tuhan, saya berjuang untuk bagian itu, dan selama itu, hanya sutradara ini yang membela saya," katanya.
Pihak Verhoeven menolak berkomentar saat dihubungi Variety.
Bisa Menentukan setelah Ngetop
Ketika karir Stone meledak, Stone akhirnya dapat memutuskan sendiri aktor dalam kontraknya. Ini berarti Stone dapat menentukan siapa yang akan menjadi lawan mainnya. "Tidak ada yang peduli," tulisnya. “Mereka memilih siapa yang mereka inginkan. Terkadang saya kaget, karena merusak gambar. "
Pemenang Emmy dan Golden Globe ini juga bercerita ketika seorang produser pria - yang belum dia sebutkan - memintanya untuk berhubungan seks dengan lawan mainnya.
Stone menulis, si produser pria menjelaskan bahwa alasan untuk harus bercinta dengan lawan main, supaya Stone dapat memiliki chemistry dengan lawan mainnya sehingga sempurna di layar.
"Kalian bersikeras aktor ini untuk mendapatkan satu adegan untuk pengujian," jawab Stone kala itu. "Sekarang, Anda berpikir jika saya menidurinya, apakah dia akan menjadi aktor yang baik?"
“Saya merasa mereka bisa saja menyewa lawan main yang berbakat, seseorang yang bisa membawakan adegan dan mengingat dialognya. Saya juga merasa mereka bisa menidurinya sendiri, dan membiarkan saya tidak terlibat, ”tulisnya. “Itu tugas saya untuk berakting, dan saya dianggap sulit.”