Rabbi Shimon Bar Yohai: Orang Suci Yahudi di Gunung Meron

30 April 2021, 22:39 WIB
Rabbi Shimon Bar Yohai./FOTO: BENE ISRAEL WORD PRESS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Sebanyak 44 warga Israel tewas, dan lebih 150 lainnya terluka termasuk anak-anak di Gunung Meron, bagian utara Galilea, Jumat, 30 April 2021  dini hari.

Peristiwa ini terkait ziarah tahunan di makam orang bijak abad II Yahudi, Rabbi Shimon Bar Yohai.  

Tanggal 30 April merupakan peringatan kematian Rabbi Shimon Bar Yohai,  yang digelar di Gunung Meron (bahasa Ibrani, baca: Lag BaOmer).  

Sampai hari ini, orang-orang Yahudi melakukan ziarah tahunan untuk berdoa di makam ulama yang diyakini agung dan suci ini.

Baca Juga: Peristiwa Gunung Meron, PM Israel: Mengerikan

Semasa kecilnya, Shimon adalah seorang murid dari Rabbi Akiva, kemudian belajar di Akademi Besar Ulama Yavneh, yang didirikan oleh Rabbi Yochanan ben Zakkai, yang meninggal tepat ketika Rabbi Shimon lahir.

Guru utama Rabbi Shimon adalah Rabi Akiva yang terkenal, pemilik sekolah tinggi agama Yahudi di Benei Berak. Begitu terikatnya dengan gurunya, Rabbi Akiva memanggilnya 'anakku'. 

Di masa Kaisar Hadrian dari Kekaisaran Romawi. Akademi Talmud ditutup,  dan studi Talmud dilarang. Pelanggar diancam  hukuman mati.  Namun, Rabi Akiva terus mengajar Talmud di depan umum, dan muridnya yang setia, Shimon,  tetap di sisinya, sampai akhirnya Rabbi Akiva ditangkap.  

Rabbi Shimon bahkan terus mengunjungi gurunya di penjara untuk menerima pelajaran.  

Baca Juga: Sosialisasi Empat Pilar, Maria Goreti: Pancasila Menyatukan Kita dan sebagai Anugerah Terbaik Bangsa

Hanya kematian yang akhirnya memisahkan mereka.  

Rabbi Akiva  dihukum mati sebagai martir untuk Kiddush Hashem (pengudusan nama Tuhan). 

Di Bawah Tirani Romawi

Inilah masa-masa yang sangat sulit bagi orang-orang Yahudi di Tanah Israel di bawah penganiayaan Kaisar Romawi Hadrian. Pada masa itu, sangat sulit bagi orang bijak untuk mempelajari Talmud, apalagi memimpin sekolah.  

Tentang hukuman mati, penahbisan siswa Talmud juga dilarang. Siapapun yang ditahbiskan maupun cendekiawan yang ditahbiskan akan dihukum mati. 

Seluruh kehidupan religius Yahudi kala itu dalam bahaya,  hingga akhirnya Rabi Yehudah ben Baba secara terbuka menahbiskan lima cendekiawan terkenal, dan menentang ketetapan Kaisar Hadrian.   

Rabbi Shimon adalah salah satu dari lima ulama ini termasuk Rabbi Meir.  Pihak berwenang Romawi segera mengejar para pejuang Yahudi.  Para ulama yang ditahbiskan ini melarikan diri, tetapi Rabi Yehudah ben Baba tertangkap, dan dibunuh. 

Ketika Kaisar Hadrian meninggal, keputusannya tak lagi ditegakkan dengan cara yang brutal seperti sebelumnya. Kaum bijak Yahudi kemudian berkumpul untuk mempertimbangkan cara dan sarana untuk memulihkan kehidupan religius Yahudi.  

Di antara para resi terkemuka yang berkumpul di Usha, hadir Rabi Shimon.

Untuk alasan keamanan, orang bijak pindah ke Yavneh,  kemudian menggelar konferensi di sebuah kebun anggur. Para ulama Yahudi ternama yang hadir,  yakni Rabbi Yehudah, Rabbi Yosei the Galilite, dan Rabbi Shimon bar Yochai.  Mereka membahas sikap yang harus diambil terhadap Pemerintah Romawi.

Rabi Yehudah menyarankan sikap yang bersahabat,  Rabi Yose tidak menyatakan pendapat, sementara Rabi Shimon berbicara dengan sangat vokal dan pahit tentang para tiran Romawi, dan menganjurkan kemungkinan melakukan pembangkangan.  

Pernyataan Rabbi Shimon dianggap mausk akal karena sendiri tidak pernah bisa melupakan pemandangan mengerikan,  ketika gurunya Rabbi Akiva disiksa sampai mati oleh algojo Romawi.  

Tanpa mereka sadari, konferensi ini dimatai-matai oleh seorang pemuda bernama Judah ben Gerim. Pernah menjadi murid Rabbi Shimon, Judah ben Gerim adalah mata-mata Pemerintah Romawi.  

Pengkhianat ini melaporkan percakapan para ulama Yahudi  kepada otoritas Romawi.  Dari laporan mata-mata itu, Pemeritah Romawi menetapkan kehormatan dan pangkat bagi Rabi Yehudah karena memuji mereka.  

Rabi Yosei diasingkan dan kematian bagi Rabi Shimon karena berani menantang mereka. 

Baca Juga: Kawah Sileri Pegunungan Dieng Alami Erupsi, Muntahkan Batu dan lumpur, Asap Tebal Hingga 70 Meter

Penampakkan Nabi Elia di Persembunyian 

Rabbi Shimon berhasil melarikan diri bersama putranya, Rabbi Elazar. Mereka bersembunyi selama beberapa waktu di Akademi Bet Hamedrash.  Istri Rabbi Shimon setiap hari membawakan mereka roti dan air.   

Ketika pencarian diintensifkan, mereka memutuskan untuk mencari tempat persembunyian lain yang lebih man. Tanpa memberi tahu siapa pun tentang keberadaan mereka, keduanya bersembunyi di sebuah gua.  

Terjadi keajaiban selama mereka bersembunyi.Pohon-pohon  carob tumbuh di pintu masuk gua,  dan juga mata air tawar. Selama dua belas tahun, Rabbi Shimon bar Yochai dan putranya tinggal di dalam gua, bertahan hidup dari hasil berburu, dan minum dari mata air.  

Selama waktu itu, mereka belajar,  dan berdoa sampai menjadi orang bijak paling suci di zaman mereka.

Menjelang akhir dari 12 tahun persembunyian, Nabi Elia muncul, dan membawakan kabar baik tentang perubahan dalam pemerintahan dan penangguhan hukuman.  

Ayah dan anak ini akhirnya meninggalkan gua.  

Saat melewati ladang, mereka melihat seorang petani Yahudi yang sedang bekerja keras mengelola lahan dan hasil bumi. 

"Bayangkan,  orang-orang melepaskan studi sakral Taurat,  hanya untuk masalah duniawi!" kata Rabbi Shimon dan puteranya. 

Tak lama setelah mereka mengucapkan kata-kata itu, semua hasil bumi menjadi asap.  

Kemudian mereka mendengar suara surgawi berkata: “Sudahkah kamu keluar untuk menghancurkan dunia-Ku? Kembali ke guamu!”  

Atas peirntah surgawi itu, mereka kembali ke gua selama dua belas bulan lagi, kemudian meninggalkannya setelah mendengar suara surgawi yang sama memerintahkan mereka untuk pergi. 

Kali ini,  pandangan hidup mereka berbeda ketika melihat seorang Yahudi membawa dua tandan myrtle, sedang bergegas pulang pada hari Jumat sore. 

Mereka kemudian bertanya tentang apa yang akan dilakukan dengan myrtle tersebut. 

“Itu untuk menghiasi rumahku,  untuk menghormati Shabbat,” jawab pria itu. 

“Bukankah satu ikat murad cukup untuk mengisi rumahmu dengan wewangian?” mereka bertanya. 

Orang asing itu menjawab: "Saya mengambil dua tandan. Satu untuk  mengingatkan tentang hari Shabbat', dan yang lainnya untuk  menjaga hari Shabbat suci.'”  

Lerlepas dari semua dekrit dan penganiayaan oleh penguasa Romawi, orang-orang Yahudi masih berpegang teguh pada perintah-perintah dan terutama ketaatan Shabbat. 

Dalam perjalanan berikutnyanya, mereka bertemu dengan Rabi Pinchas ben Yair, seorang sarjana terkenal lainnya, yang memiliki begitu banyak kisah menakjubkan dalam Talmud.  

Rabbi Pinchas ben Yair adalah ayah mertua Rabbi Shimon. 

Rabbi Shimon  kemudian bertemu mertuanya.

Melihat kehidupan gua dan kesehatan menantu laki-lakinya, Rabbi Pinchas ben Yair menangis tersedu-sedu. 

Tapi,  Rabbi Shimon menghiburnya.  

Menurutnya, tingkat keilmuan dan kebijaksanaan ilahi yang setinggi itu justru diperoleh selama menghabiskan waktu bertahun-tahun di dalam gua. 

Rabbi Shimon menetap di Kota Tekoa,  dan mendirikan sebuah akademi ilmu agama. Para sarjana pada waktu itu  menimba ilmu dari Rabi Shimon. Di antaranya, Rabbi Yehudah, putra Rabbi Shimon ben Gamliel, dan Nassi, yang kemudian menjadi penyusun Mishnah. 

Suatu hari,  Rabbi Shimon bertemu dengan Judah ben Gerim, pengkhianat yang menyebabkan begitu banyak masalah baginya.  

"Apakah orang ini masih hidup?"  

Dan,  segera setelah itu,  Judah ben Gerim meninggal. 

Penganiayaan oleh Kekaisaran Rimawi terhadap agama Yahudi terus meningkat. Bangsa Romawi melarang ketaatan Shabbat dan hukum penting Yahudi lainnya. 

Kalangan orang bijak Yahudi memutuskan untuk mengirim delegasi ke Roma, dan memilih Rabbi Shimon bar Yochai untuk memimpin delegasi. 

Ketika datang ke Roma, mereka mendengar bahwa putri Kaisar Romawi telah menjadi gila, dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya.  

Rabbi Shimon bar Yochai pergi ke istana,  dan meminta izin untuk merawat pasien.  

Setelah perawatan selama beberapa hari, sang putri menjadi sehat.

Sebagai rasa terima kasih,  kaisar memberi tahu Rabi Shimon bahwa dia bisa memilih barang yang paling berharga di istana.  

Rabbi Shimon kemudian menemukan  sebuah dekrit asli tentang penganiayaan, dan mengklaimnya sebagai hadiah.  

Dengan demikian dia berhasil membawa keselamatan besar bagi bangsanya. 

Rabbi Shimon bar Yochai adalah salah satu guru terbesar Hukum dan Etika Yahudi. Banyak ucapan dan hukumnya dalam Talmud diklaim mencerminkan kesucian karakter dan pengabdiannya pada Taurat.  

"Jika saya hadir pada pemberian Taurat di Gunung Sinai, saya akan menuntut dua mulut: satu untuk terus mempelajari kata-kata Taurat, dan yang lainnya untuk makan,"  ujar Rabbi Shimon. 

Menurut Rabbi Shimon,  ketika manusia hanya memiliki satu mulut saja, begitu banyak hal yang salah diucapkan apalagi jika memiliki dua mulut. 

Meskipun menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa selama bertahun-tahun, Rabi Shimon tahu tentang pentingnya hubungan antarmanusia yang baik. Dia berkata: "Manusia seharusnya melompat ke dalam tungku yang berapi-api daripada menyinggung orang lain di depan umum."  

"Dia yang membiarkan kesombongan, telah menguasai dirinya,  seperti orang kafir yang menyembah berhala. Dalam Etika Bapa Kita, kita menemukan perkataannya, ada tiga mahkota: mahkota Taurat, dan mahkota imamat, dan mahkota kerajaan. Tapi,  mahkota dari nama baik,  unggul di atas semuanya," katanya. 

Rabbi Shimon bar Yochai adalah penulis Zohar Suci (Kecemerlangan), yang berisi interpretasi mistik Taurat, dan sumber utama Kabbalah.  

Selama beberapa generasi, ajaran Zohar Suci dipelajari oleh beberapa sarjana Yahudi terpilih, sampai sarjana besar Rabbi Moses ben Shem Tov de Leon menerbitkan Zohar, 700 tahun  silam. 

Rabbi Shimon juga penulis Sifri dan Mechilta. Rabbi Shimon bar Yochai meninggal di Meron, sebuah desa dekat Safed, Israel.  

Banyak orang Yahudi kemudian melakukan ziarah tahunan ke makamnya,  setiap tanggal delapan belas Iyar (Lag BaOmer), hari kematiannya, di mana mereka menyalakan lilin dan berdoa di makamnya.***  

 

Sumber: Chabad Org

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler