Mengenal Refilwe Ledwaba, Pemilik Yayasan yang Melatih Ratusan Wanita di Empat Negara

9 Maret 2021, 06:51 WIB
Refilwe Ledwaba /Istimewa/Reuters

KALBAR TERKINI – Meniti karir menjadi seorang pilot bukanlah pekerjaan mudah  bagi seorang berkulit hitam seperti yang dialami Refilwe Ledwaba.

Terlebih, bagi tradisi di negaranya dan sebagian besar negara kawasan Amerika, wanita berkulit hitam menjadi kelas nomo dua dalam hal mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Dalam wawancara dengan Reuters, Refilde sendiri mengakui bahwa menjadi wanita kulit hitam menjadi semacam pukulan ganda bagi dirinya.

Baca Juga: Ratu Inggris Berulah Lagi: Kisah Pilu Putri Diana Terulang...

Baca Juga: Olimpiade 'Kelamaan', Simone Manuel Dirikan Perusahaan Media

Baca Juga: Pangeran 36 Tahun Asal Johor ini Berminat Beli Club Valencia

"Ketika Anda seorang wanita dan orang kulit hitam, itu adalah pukulan ganda," katanya dalam sebuah wawancara ekslusif.

“Jika Anda tidak memiliki orang yang tepat, Anda bisa menjadi (Albert) Einstein, tetapi Anda tidak akan pernah berhasil.”

Alih-alih berfokus pada mereka yang berusaha menjatuhkan Anda. Kuncinya menurutnya adalah temukan beberapa dari banyak orang yang akan senang melihat Anda melakukan apa yang Anda sukai dan bergabung dengan mereka.

Baca Juga: Kimia Alizadeth, Peraih Mendali Olimpiade Asal Iran ini Kini Memilih Bermain untuk Jerman

Terlebih menurutnya, tumbuh di lingkungan apartheid seperti Afrika Selatan dengan enam saudara kandung dan satu ibu yang bekerja, Ledwaba sangat dekat dengan komunitas lokalnya tetapi tidak memiliki ilusi tentang dunia luar.

Ia memulai debutnya sebagai pilot ketika terpilih bekerja di sebuah perusahaan penerbangan. Saat berlatih sebagai awak kabin untuk membantu melunasi pinjaman sekolahnya, dia merasa lebih betah di kokpit. 

Rekan kulit putihnya mendorongnya untuk menjadi pilot, beruntung baginya karena mengenal seorang pilot yang menawarkan untuk melatihnya secara gratis jika ia bisa menutupi biaya bahan bakar.

Baca Juga: Ini Rahasia Tjhai Chui Mie Jadikan Singkawang Kota Tertoleran di Indonesia

Pada tahun 2005, dia mendapat kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter di sebuah sekolah negeri di luar Durban. Dia berusaha melawan rasa gugup dan akhirnya perlahan mampu menguasai kontrol pesawat.

Dorongan demi dorongan untuk sukses datang, kembali temannya yang kulit putih yang mendorongnya untuk tidak menyerah, katanya. Saat dia terbang sendirian, dia sadar bahwa dia telah menghancurkan batasan ras dan gender dalam satu gerakan.

"(Terbang) sendirian adalah salah satu momen terbaik dalam hidup Anda," katanya kepada Reuters.

Beberapa bulan kemudian dia menjadi pilot helikopter hitam wanita pertama yang bergabung dengan Layanan Polisi Afrika Selatan.

Sekarang sebagai instruktur penerbangan bersertifikat, dia telah menjalankan yayasannya, Girls Fly Program in Africa (GFPA), selama lebih dari satu dekade, melatih ratusan wanita muda di bidang kedirgantaraan dan penerbangan. 

Sekarang beroperasi di empat negara Afrika dan Ledwaba mengawasi negara lain.***

 

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler