Berawal dari 'xocolatl' atau air pahit menjadi minuman Mesoamerika yang terbuat dari biji kakao, cabai dan rempah-rempah.
Pada tahun 1600-an penjelajah Eropa memilih minuman tersebut dan membawanya kembali ke Spanyol, Prancis dan Inggris.
Dahulu minuman coklat hanya dinikmati oleh kaum tertentu yaitu penguasa, guna memperlihatkan wibawa mereka.
Baca Juga: TERCATAT 1645 Anak Indonesia Terkena Diabetes, Berikut Langkah Pencegahan dan Kenali Gejala Awalnya
Sebab itu, coklat lalu dikaitkan sebagai simbol maskulinitas dan kejantanan. Apalagi, coklat hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
Pendiri Chocolate Noise, Megan Giller mengatakan, saat itu coklat hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya.
Hingga coklat dilambangkan sebagai kemewahan, untuk suguhan mahal bagi segelintir orang yang mampu membelinya.
Perubahan pun mulai terjadi, dimana pada abad ke-19, gula sudah menjadi komoditas, hingga mengubah kakao manis menjadi makanan yang dapat dicicipi oleh pekerja, termasuk perempuan.