Aurora Pertama Kali Terdokumentasi di Era Raja Zhāo dalam Potongan Bambu Kuno

- 27 April 2022, 20:32 WIB
Pemandangan aurora borealis di Alaska
Pemandangan aurora borealis di Alaska /Pexels/Pixabay/

Temuan ini juga mengarah pada kesadaran bahwa itu merinci apa yang mungkin merupakan penjelasan tentang Aurora yang paling baru.

Penulis penelitian studi ini, Hisashi Hayakawa, adalah asisten profesor di Institute for Space untuk Penelitian Lingkungan Bumi di Universitas Nagoya, Jepang.

Baca Juga: Social Spy WhatsApp Terbaru 2022, Cara Pasang dan Sadap Chatting Pacar Lebih Mudah

Hayakama menjelaskan hal kepada Live Science dengan didampingi seorang ilmuwan tamu di Laboratorium Appleton Rutherford di Inggris.

Deskripsi cahaya lima warna yang baru dianalisis itu, kemungkinan mengacu pada badai geomagnetik, menurut Hayakawa dan peneliti studi Marinus Anthony van der Sluijs, seorang peneliti independen yang berbasis di Kanada.

Dalam penelitian ini dilaporkan bahwa badai geomagnetik terjadi ketika matahari - 'bola gas yang bernafas'- menyemburkan jilatan api matahari.

Api matahari atau juga disebut gelembung gas listrik raksasa ini, bergerak dengan kecepatan tinggi melalui ruang angkasa, menurut NASA.

Magnetosfer bumi biasanya melindungi planet dari partikel bermuatan energi matahari.

Tetapi terkadang, partikel ini menembus, dan menyebabkan gangguan magnetik, yang dikenal sebagai badai geomagnetik.

Badai semacam itu dapat menghasilkan cahaya yang indah.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah