Sejarah Perayaan Tahun Baru Imlek, Mulai dari Masa Kekaisaran Hingga Dunia Modern

7 Februari 2024, 14:57 WIB
Kelenteng Hong Tiek Hian di Surabaya jadi daya tarik wisatawan saat Imlek /Instagram @giangaingian/

 

KALBAR TERKINI - Menilik sejarah perayaan Tahun Baru Imlek, mulai dari zaman kekaisaran hingga kini.

Perayaan Tahun Baru Imlek telah menjadi tradisi selama ribuan tahun lalu melewati berbagai masa kekaisaran hingga masa-masa sulit pada era perang dunia hingga dunia modern.

Namun masa kekaisaran dikatakan sebagai masa dimana Tiongkok masih memilki hubungan terkuat dengan tradisi-tradisinya.

Bagaimana mereka merayakan tahun baru Imlek pada masa kekaisaran?

Baca Juga: Sejarah Barongsai Dalam Perayaan Imlek, Adakah Makna Khusus Tersirat?

Tahun baru Imlek adalah hari pertama dalam kalender tradisional Tionghoa yang dibuat berdasarkan kalender lunisolar yang dikembangkan oleh Kaisar kuning bernama Huangdi.

Huangdi berkuasa sekitar 2697 – 2597 sebelum masehi atau 2698 – 2598 sebelum masehi.

Selain dikenal sebagai pembuat kalender bulan, Huangdi juga dikatakan sebagai pencipta bentuk awal dari sepak bola yaitu olahraga tradisional yang disebut dengan “Cuju”.

Pada awalnya perayaan Imlek akan dimulai dengan festival Laba dimana orang-orang akan merayakannya untuk berterima kasih atas hasil panen kepada dewa-dewa pertanian.

Kemudian dilanjutkan dengan perayaan dewa dapur.

Baca Juga: Makanan yang Tak Boleh Absen Saat Perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Kue Keranjang Lambangkan Keberuntungan

Mengulas Legenda dan Makna Kue Keranjang di Setiap Perayaan Imlek

Perayaan Dewa dapur adalah tradisi menghantarkan dewa dapur ke surga untuk melaporkan tugasnya selama setahun di bumi.

Perayaan dewa dapur dikenal juga sebagai “Toapekong Naik”.

Baca Juga: RESEP dan Filosopi Mie Panjang Umur, Makanan Khas Perayaan Imlek Simbolkan Umur Panjang, Begini Cara Makannya

Dalam perayaan ini biasa terdapat persembahan berbagai manisan seperti kue keranjang atau Nian Gao yang dipersembahkan kepada Zao Jun untuk “menutup” bibirnya agar tidak dapat melaporkan keburukan.

Namun pada perayaan tahun baru Imlek berbagai wilayah di Tiongkok biasanya memiliki cara mereka sendiri dalam melakukan perayaannya.

Dimulai dari masa kerajaan Qin (897 – 207 sebelum masehi) yang nantinya menjadi kekaisaran Qin setelah mereka menguasai Tiongkok.

Di dalam sebuah teks “Lüshi Chunqiu,” dikatakan dalam kerajaan Qin terdapat tradisi untuk mengusir penyakit. Ritual ini dikatakan selalu dilakukan pada akhir tahun.

Di saat Kerajaan Qin berhasil menguasai Tiongkok dan menjadi kekaisaran, ritual tersebut menyebar dan kemungkinan menjadi tradisi untuk membersihkan rumah beberapa hari menyambut tahun baru imlek.

Kekaisaran Qin kemudian diambil oleh Liu Bang yang membentuk Kekaisaran Han.

Dalam sebuah buku berjudul Simin Yueling, ditulis oleh ahli agronomi bernama Cui Shi pada masa kekaisaran Han (tahun 207 sebelum masehi sampai 220 masehi).

Cui Shi menuliskan: “Dimulai dari bulan pertama, disebut sebagai Zheng Ri.

Saya membawa istri dan anak-anak saya untuk bersembahyang kepada para leluhur dan mengenang ayah saya.

 Anak-anak, istri, cucu, cicit semuanya menyajikan anggur kepada orang tua mereka, melakukan tos, dan mendoakan kesehatan kepada orang tua mereka.”

Di dalam buku “Treasury of the Jade Candle” yang ditulis pada masa Dinasti Sui (581 – 618 masehi), dikatakan bahwa orang-orang akan memulai dengan menyambut dewa dapur yang datang kembali dari surga.

Kemudian kepala keluarga akan memimpin semuanya untuk bersembahyang kepada surga dan para dewa terutama kelima dewa Wǔ Gǔ untuk berterima kasih kepada mereka karena telah merawat keluarga tersebut pada tahun sebelumya dan berdoa untuk mendapatkan anugerah untuk tahun depan.

Di dalam sebuah catatan sejarah, pada masa Dinasti Qing (1636 – 1912) dituliskan bahwa pada saat istirahat siang di hari libur tahun baru imlek, para pejabat pemerintahan akan datang ke istana untuk memberi hormat kepada sang kaisar.

Rakyat-rakyat biasa juga akan mengenakan baju terbaik mereka untuk menghadiri acara penyembahan tersebut.

Mereka akan memulai dengan membakar dupa untuk surga.

Kemudian membakar dupa untuk para leluhur mereka. Setelah itu mereka akan melakukan Kowtow kepada para orang tua sebelum mereka memberikan ucapan selamat kepada tetangga dan teman-teman mereka.***

Penulis: Aldy Habibie

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler