KALBAR TERKINI - Slamet Tohari (45) alias Mbah Slamet telah menggegerkan masyarakat Indonesia setelah ditemukannya belasan korban yang dibunuhnya dengan berkedok penggandaan uang.
Pembunuhan tersebut menjadikan laki-laki yang kesehariannya dikenal sebagai dukun asal Banjarnegara itu sebagai pembunuh berantai atau serial killer
Slamet Tohari merupakan seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Sebelum aksi sadisnya terungkap, Mbah Slamet memang sudah dikenal sebagai ‘orang pintar’ di daerahnya.
Perilaku Mbah Slamet sehari-hari tidak pernah berbuat onar dan dikenal baik seperti warga lainnya.
Namun, tak banyak yang tahu keseharian Mbah Slamet seperti apa.
Warga hanya mengetahui Mbah Slamet sering berpergian namun pekerjaannya tidak jelas apa.
Hal yang sama juga diungkapkan kepala desa, Mahbudiono
Menurutnya, profesi dan usaha yang dilakoni Mbah Slamet kurang jelas dan tidak diketahui banyak warga di desanya.
Sehari-haripun Mbah Slamtet jarang terlihat di rumahnya karena rumah Mbah Slamet terletak di pinggiran dan bersebelahan dengan sungai, sehingga jauh dari warga yang lain.
Ditambah lagi, orang-orang di sekitar lingkungan rumahnya bersikap cuek.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Prof Sajidan, Dosen Berprestasi UNS yang Juga Ahli Genetika Lulusan Jerman
Berbeda dengan pengakuan istri Slamet, Saneh.
Saneh mengaku juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari Slamet.
Ia juga sudah ditelantarkan sang dukun selama setahun terakhir.
"Pak Tohari orangnya pendiam tetapi sama saya kasar, sudah lebih dari setahun ditelantarkan.
Untuk mengenai korban terkena berapanya saya tidak tahu sama sekali,” ungkap Saneh.
Mbah Slamet melancarkan aksi kejinya dengan modus mengiming-imingi korban keuntungan besar jika menggandakan uang di tempatnya.
Misalkan korban setor uang Rp40 juta hingga Rp70 juta, Mbah Slamet berjanji akan menggandakan menjadi Rp5 miliar.
Kasus serial killer ini terbongkar setelah seorang korban berinisial PO hilang.
Keluarga sudah berusaha menghubungi PO sejak 24 Maret 2023, namun tidak ada jawaban.
Akhirnya, keluarga PO memutuskan melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian.***