Roehana Koeddoes Jadi Google Doodle, Wartawati Pertama Indonesia, Kakak Tiri Soetan Sjahrir

- 8 November 2021, 09:53 WIB
Roehana Koeddoes jadi Google Doodle, wartawati pertama Indonesia, kakak tiri Soetan Sjahrir, Senin, 8 November 2021.
Roehana Koeddoes jadi Google Doodle, wartawati pertama Indonesia, kakak tiri Soetan Sjahrir, Senin, 8 November 2021. /Google/

KALBAR TERKINI – Mesin pencarian Google menjadikan Roehana Koeddoes sebagai doodlenya, Senin, 8 November 2021.

Bukan memperingati hari lahirnya atau pun kiprahnya sebagai wartawati pertama di Indonesia, tetapi berkaitan dengan memperingati penganugerahan gelar Pahlawan Nasional pada 7 November 2019 lalu.

Gelar tersebut diberikan oleh Presiden Joko Widodo, dalam upacara resmi di Istana Negara.

Baca Juga: Ellya Khadam Ulang Tahun ke 93 Jadi Google Doodle, Berikut Karyanya Bagi Indonesia

Roehana Koeddoes lahir di Kota Agam, Sumatra Barat, 20 Desember 1884, dan meninggal dunia di Jakarta, tepat di hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1972.

Pendidikan formal tak diperolehnya. Namun, keinginan kerasnya untuk belajar dibimbing oleh sang ayah, Mohamad Rasjad Maharadja Soetan, yang menjadi pegawai pemerintah Belanda.

Selain lancar membaca dan menulis, Roehana pun bisa berbahasa Belanda. Tak hanya itu. Ia juga belajar abjad Arab, Latin, dan Arab-Melayu.

Baca Juga: Google Ulang Tahun ke-23 Buat Doodle Unik, Beri Peringatan Bagi Pengguna Android Sistem Gingerbread

Keterampilan menulam, menjahit, dan merenda, diperolehnya dari istri pejabat Belanda, saat ayahnya ditugaskan ke Alahan Panjang, Solok, dan bertetangga dengan pejabat Belanda.

Saat ayahnya menjabat sebagai penasehat Sultan Deli dan kepala jaksa di Medan, ayahnya menikah lagi dengan Puti Siti Rabiah, yang melahirkan Soetan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.

Adapun tokoh Indonesia di masa perjuangan yang merupakan kerabat dari Roehana adalah Agoes Salim (sepupu) dan Chairil Anwar (keponakan).

Baca Juga: Google Ulang Tahun ke-23, Doodle Bertemakan Kue dan Lilin

Tahun 1911, Roehana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kota Gadang, sambil menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.

Karena surat kabar itu dibredel pemerintah Belanda, ia pun berinisiatif mendirikan surat kabar perempuan Soenting Melajoe di tahun 1912.

Peran Roehana di bidang jurnalistik selain Soenting Melaju adalah: pemimpin surat kabar Perempuan Bergerak, redaktur surat kabar Radio dan Cahaya Sumatra.

Baca Juga: Sariamin Ismail : Guru, Jurnalis dengan Banyak Nama Samaran, dan Novelis Perempuan Pertama di Indonesia

Kiprahnya sebagai pendidik di KAS berlangsung hingga 1916, setelah melewati permasalahan hukum.

Ia dituduh melakukan penyelewengan penggunaan keuangan oleh mantan muridnya, dan disingkirkan dari jabatan Direktris dan Peningmeester.

Proses hukum dijalaninya di Bukittinggi dengan didampingi suami, Abdoel Koeddoes, yang berpprofesi sebagai notaris.

Baca Juga: Profil Adi Utarini, Tokoh Pionir Dalam Majalah TIME: The 100 Most Influential People of 2021

Hasil persidangan menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak benar dan tidak terbukti adanya penyelewengan keuangan.

Setelah kejadian itu, Kota Gadang pun ditinggalkan Roehana dan suami. Mereka berpindah ke Bukittinggi.

Jiwa seorang pendidik yang terus bergelora membuat dirinya mendirikan Roehana School di tempat tinggalnya yang baru.

Baca Juga: Lulus S2 di Stanford University, Maudy Ayunda Ingin Bahagia dan Buat Banyak Orang Tersenyum

Di kota ini pula Roehana mulai menjalani usaha dengan berdagang mesin jahit, selain sebagai tenaga pendidik.

Masa perjuangan pun mencatat nama Roehana sebagai pelopor berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu pejuang bergerilya.

Aksi heroiknya adalah menyelundupkan senjata dari Kota Gadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok, dengan cara ditumpuki dengan buah-buahan dan sayuran, untuk dibawa ke Payakumbuh menggunakan kereta api.

Baca Juga: Marissa Anita Isi Suara Kirani di Animasi Ozi Buatan Hollywood, Joko Anwar: Bangga Padamu.

Senjata tersebut diberikan kepada para pejuang di Payukumbuh, untuk berperang melawan penjajah.***

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah