"Para ahli biologi pertama kali melihat jejak binatang yang membatu. Beberapa jejak kaki telah dibuat pada masa lalu oleh hewan besar, seperti rusa atau babi hutan," kata Mayoral.
Baru kemudian, setelah tim Mayoral menganalisis jejak tersebut, tak ada yang menyadari bahwa beberapa di antaranya adalah jejak kaki Neanderthal.
"Tidak ada yang mengenali keberadaan jejak kaki hominid pada waktu itu, yang baru ditemukan oleh tim saya dua bulan kemudian. Ini ketika kami mulai mempelajari seluruh permukaan secara mendetail," tambahnya.
Mayoral dan koleganya mengidentifikasi 87 jejak kaki Neanderthal di batuan sedimen di Pantai Matalascanas. Para peneliti menemukan, cetakan kaki itu dibuat oleh 36 individu. Permukaan yang terekspos berasal dari periode Pleistosen Atas, sekitar 106 ribu tahun yang lalu seirig temuan perkakas batu kuno di dekatnya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut dihuni oleh Neanderthal (Homo neanderthalensis). Manusia purba pemburu-pengumpul ini hidup di Eropa dan Timur Tengah antara 40 ribu dan 40 ribu tahun silam, sementara manusia modern awal (Homo sapiens) tiba di sana sekitar 80 ribu tahun yang lalu.
Para peneliti menduga, bisa jadi itu jejak kaki Neanderthal tertua yang pernah ditemukan di Eropa.
"Pada saat jejak kaki dibuat, permukaan yang sekarang terbuka, tampaknya berada di sepanjang pantai lubang yang berair sedikit dan mengalir ke pedalaman, yang saat itu mengalir lebih jauh ke selatan daripada sekarang," kata Mayoral.
"Mungkin airnya tidak segar tapi agak payau, karena kami telah menemukan bukti kristal garam laut (halit) di permukaan tempat jejak kaki ditemukan," tulisnya dalam email.
Tim memotret situs tersebut secara ekstensif dengan drone udara, dan secara digital memindai setiap jejak kaki manusia yang telah membatu dalam tiga dimensi.
Ukuran dan distribusi jejak kaki menunjukkan bahwa jejak tersebut dibuat oleh sekelompok yang terdiri dari 36 individu Neanderthal yang mungkin terkait. Termasuk 11 anak-anak dan 25 orang dewasa .