KALBAR TERKINI - Vaksin produksi mRNA BioNTech-Fosun yakni BNT162b2 -dikenal sebagai vaksin BioNTech-Pfizer di Barat- telah banyak digunakan di lebih dari 65 negara dan wilayah di seluruh dunia. Vaksin ini bisa menjadi vaksin impor pertama di daratan China untuk melawan penyakit virus korona mengingat kemanjurannya yang menjanjikan.
Reporter Global Times Hu Yuwei (GT) baru-baru ini mewawancarai secara eksklusif CEO BioNTech, pihak pengembang vaksin yang berbasis di Jerman, yakni Ugur Sahin (Sahin), yang menyatakan keyakinannya yang kuat terhadap prospek pemasaran vaksin di China.
"Persetujuan telah memasuki tahap akhir dalam proses pengambilan keputusan, dan percakapan pengembang bersama dengan otoritas China sangat membesarkan hati," kata Sahin.
Baca Juga: Diciptakan Untuk Gamers Mobile Legend, Ini Spesifikasi Infinix HOT 10S
Peningkatan Keamanan dan Kemanjuran
GT: Dari laporan berita, ada beberapa kasus kematian terkait dengan suntikan vaksin di beberapa negara Uni Eropa (UE), yang telah menimbulkan keraguan publik tentang keamanan vaksin. Pendapat Anda tentang kematian ini, dan bagaimana kita secara ilmiah memahami risiko vaksin?
Sahin: Sangat penting untuk menghadapinya secara transparan. Kami melakukan salah satu uji klinis terbesar yang melibatkan lebih dari 46 ribu peserta, dan kami menerbitkan data yang menunjukkan bahwa vaksin kami secara umum dapat ditoleransi dengan baik di semua populasi.
Satu aspek penting adalah bahwa kami telah memulai vaksinasi pada orang tua, yang seringkali memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes. Kami melihat efek samping klasik moderat dari vaksin. Misalnya, nyeri di tempat suntikan, dan demam yang merupakan gejala umum yang terkait dengan semua jenis vaksin. Selain itu, kami sedang menyelidiki laporan dari semua efek samping.
Keamanan adalah prioritas utama kami. Kami memantau vaksin kami dengan sangat cermat, dan telah menggunakan sistem pengawasan keamanan bekerja sama dengan mitra kami untuk menyediakan pemantauan keamanan yang berkelanjutan.