BERIKUT Hasil Investigasi KNKT Tentang Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Rute Jakarta Pontianak

- 12 November 2022, 08:12 WIB
Penemuan black box CVR Sriwijaya Air SJ 182
Penemuan black box CVR Sriwijaya Air SJ 182 /ANTARA/

KALBAR TERKINI – KNKT merilis laporan akhir tentang penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ruet Jakarta-Pontianak.

Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, tanggal 9 Januari 2021 lalu menyisakan luka bagi keluarga korban.

 Adapun total jumlah penumpang yang berada di pesawat tersebut 62 orang.

Terdiri dari 56 penumpang dan enam awak pesawat aktif.

Baca Juga: MENOLAK Lupa,Begini Kronologi Jatuhnya Pesawat SJ 182 Rute Jakarta Pontianak vs Hasil Investigasi KNKT Terbaru

56 penumpang tersebut bisa dirinci menjadi 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga balita.

Semuanya dinyatakan meninggal dunia, dimana ada yang jenazahnya bisa ditemukan dan dievakuasi dan adapula yang tidak.

Sementara itu, KNKT baru saja merilis laporan akhir investasi soal penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

KNKT pun menemukan ada 6 faktor penyebab kecelakaan di Kepulauan Seribu tersebut.

Baca Juga: Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Dipaksa Ambil Santunan dan Teken RnD

"Hasil investigasi KNKT memuat isu keselamatan untuk dapat dijadikan pembelajaran (lesson learned) untuk peningkatan keselamatan penerbangan," dilansir dari laman knkt.go.id.

Adapun enam faktor penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta Pontianak di Kepulauan Seribu yang dirilis KNKT adalah:

1. Tahapan perbaikan sistem autothrottle yang telah dilakukan belum mencapai bagian mekanikal.

2. Thrust lever kanan tidak mundur sesuai permintaan autopilot karena hambatan pada sistem mekanikal sehingga thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur sehingga terjadi asymmetry.

3. Keterlambatan CTSM untuk menonaktifkan autothrottle pada saat asymmetry disebabkan karena flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah, berakibat pada asymmetry yang semakin besar.

4. Complacency pada otomatisasi dan confirmation bias mungkin telah berakibat kurangnya monitoring sehingga tidak disadari adanya asymmetry dan penyimpangan arah penerbangan.

5. Pesawat berbelok ke kiri dari yang seharusnya ke kanan,

Sementara itu kemudi miring ke kanan dan kurangnya monitoring mungkin telah menimbulkan asumsi pesawat berbelok ke kanan sehingga tindakan pemulihan tidak sesuai.

6. Belum adanya aturan dan panduan tentang Upset Prevention and Recovery Training (UPRT) memengaruhi proses pelatihan oleh maskapai untuk menjamin kemampuan dan pengetahuan pilot dalam mencegah dan memulihkan (recovery) kondisi upset secara efektif dan tepat waktu.***

 

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: KNKT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x