Pakar herbal ini menyebutkan bahwa obat herbal atau tardisional bukan sebagai antivirus. Herbal menjadi sumber vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Berfungsi sebagai imunostimulan, antioksidan, serta imunomodulator.
“Obat herbal digunakan sebagai terapi pendukung obat standar untuk membantu penyembuhan pasien,” jelansya.
Dia menyebutkan banyak obat herbal yang secara empiris telah digunakan masyarakat dan telah melalui berbagai uji untuk digunakan sebagai imunostimulan.
Beberapa diantaranya herbal dengan kandungan kimia temulawak, kunyit, jahe, meniran, sambiloto, buah jambu biji, buah mengkudu, gel daun lidah buaya, sediaan ramuan, serta bahan topical dan ihalasi seperti pada eukalpitus.
Pramono mengatakan terdapat sejumlah tantangan dalam pengujian herbal sebagai obat, termasuk Covid-19. Pertama harus ada data data secara empirik akan penggunaan bahan herbal tersebut.
Selanjutnya perlu melewati sejumlah proses pengujian panjang mulai dari uji antiviral via docking, in vitro, farmakokinetik in vivo hingga uji klinik on top.
Optimasi efek imunostimulan melalui penelusuran ekstrak, fraksi hingga islolat aktif secara in vitro dan invivo serta penyiapan sediaan untuk uji klinis.
“Optimasi efek terhadap pengatasan gejala Covid-19 terutama mukolitik dan bronchospamolitik. Lalu, uji klinik on top dengan protokol cara pembuatan kosmetik yang bijak (CPKB),” paparnya.