KALBAR TERKINI – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau use emergence authorization (UEA).
Fatwa ini terkait dengan penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinopharm.
Baca Juga: Sutarmidji: Update Data Konfirmasi Positif Covid-19 di Kalbar Capai 1.000
Terbaru, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengatakan vaksin Covid-19 Sinopharm hukumnya haram, namun boleh digunakan pada masa darurat pandemi.
Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin mengatakan vaksin ini berhukum haram lantaran memiliki kandungan tripsin yang berasal dari babi, berdasarkan fatwa yang diterbitkan pada 1 Mei 2021.
Baca Juga: Iklim Tropis Minimalkan Penyebaran Covid-19
"Ketentuannya sama dengan vaksin AstraZeneca di negara kita, karena ada kandungan tripsin maka Sinopharm ini hukumnya haram tetapi boleh digunakan karena darurat," kata Hasanuddin seperti dikutip Kalbar-Terkini.com dari Pikiran-Rakyat.com, Selasa, 5 Mei 2021.
Meski demikian, MUI mengimbau umat Islam untuk tidak ragu menerima vaksin Sinopharm dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.
"Mohon umat Islam jangan ragu-ragu. Jangan melihat haramnya, lihat saja bolehnya. Fatwanya itu kan boleh digunakan," tutur Hasanuddin.
Baca Juga: Menyebar dengan Cepat, Ini Gejala Covid-19 di Sekadau yang Merenggut 12 Orang
Saat ini Indonesia masih menjalani program vaksinasi Covid-19.
Indonesia telah memulai vaksinasi Covid-19 sejak 13 Januari 2021 silam.
Beberapa waktu lalu, Indonesia kembali kedatangan vaksin Covid-19, kali ini buatan Sinopharm.
Indonesia telah menerima total 900 ribu dosis vaksin Sinopharm, sebanyak 500 ribu dosis di antaranya merupakan sumbangan dari Uni Emirat Arab.
Vaksin Sinopharm akan digunakan untuk program vaksinasi gotong royong, yang mengakomodasi perusahaan membelikan vaksin untuk karyawannya di luar program vaksinasi gratis dari pemerintah.
Baca Juga: Hanya Laksanakan Dua Ritual Adat Saja, Naik Dango Ke-36 di Tengah Pandemi Covid-19
Menurut BPOM, vaksin Sinopharm memiliki efikasi sebesar 78 persen, kemudian menghasilkan imunogenesitas sebesar 99,52 persen pada orang dewasa dan 100 persen pada lanjut usia. ***