Jelas. menurut tabloid ini, orang-orang itu tidak pernah memperlakukan Kepulauan Solomon sebagai negara dengan kedaulatan dan pengambilan keputusan yang independen.
Jika negara kepulauan itu tidak 'dikuasai' Washington, maka negara itu pasti berada dalam cengkeraman negara yang dianggap Washington sebagai 'saingannya'.
Masalahnya, kata 'kesetaraan' tidak pernah ada dalam kamus AS.
Itu sebabnya AS tidak dapat benar-benar memahami hubungan yang setara dan saling menguntungkan itu antara China dan Kepulauan Solomon.
"Kecemasan mereka tidak mungkin hilang, dan terus terang, tidak ada obat yang bisa menyelamatkan mereka," tulis The Global Times.
"Untuk palu, segala sesuatu di matanya (AS) akan menjadi paku," tulisnya.
"Berbagai fenomena dangkal dalam realitas politik internasional yang terus berubah, akan memperkuat kecemasan batin mereka," tambah media ini.
Ini seperti rawa pikiran dan roh yang tak berdasar.
"Hanya mereka yang terjebak di dalamnya yang akan peka terhadap keputusan independen yang dibuat oleh Kepulauan Solomon," tulis The Global Times.
Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah mengeluarkan pernyataan untuk mengklarifikasi masalah tersebut.