Pakistan Sebut India 'Nakal' karena Gelar ''Hari Peringatan Kengerian' 11 Agustus

- 12 Agustus 2022, 15:45 WIB
Muhammad Hassan Narejo saat memegangi kambingnya yang memiliki teling panjang bernama Simba di Pakistan.
Muhammad Hassan Narejo saat memegangi kambingnya yang memiliki teling panjang bernama Simba di Pakistan. /Twitter/@SayedRahimUlla8/

ISLAMABAD, KALBAR TERKINI - Pemerintah Pakistan mengecam India, tapi hanya menyebutnya nakal, karena India berencana merayakan perpisahan kedua negara tersebut pada 11 Agustus 2022.

Pakistan berpisah dari India pada 11 Agustus 1947 setelah terjadi perang saudara mematikan.

Kekerasan antarmasyarakat Hindu, Sikh dan Islam menewaskan sekitar 500 ribu sampai sejuta jiwa.

Baca Juga: Imran Khan Kembali Tegaskan Tidak Akan Setujui Permintaan AS Atas Pangkalan Militer di Pakistan, Ini Sebabnya

Pada Rabu, 10 Agustus 2022, dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Pemerintah Pakistan, The Associated Press of Pakistan, rencana India untuk merayakan hari perpisahan India-Pakistan sangatlah tidak etis di mata Pakistan.

Lebih menyakitkan lagi, acara itu akan dirayakan dengan nama yang 'sangat tak enak didengar': 'Hari Peringatan Kengerian Pemisahan (Partition Horrors Remembrance Day)'

Pihak Kementrian Luar (Kemenlu) Negeri Pakistan menyatakan, penggagas itu tak lain adalah partai nasional yang berkuasa di India, Partai Bharatiya Janata (Bharatiya Janata Party/BJP).

Baca Juga: AS Dalangi Kudeta PM Pakistan: Imran Khan, Tokoh Islam Konservatif yang Dibabat usai Bertemu Putin

“Sangat disesalkan, Pemerintah BJP adalah bagian dari agenda politik yang memecah belah, ceroboh untuk mencoba bermain dengan sentimen rakyat, melalui interpretasi sejarah yang menyimpang,” kecamnya.

“Sesuai dengan karakteristik agenda revisionisnya, dispensasi yang dipimpin BJP-RSS telah kembali berusaha untuk secara munafik dan sepihak memanggil peristiwa tragis, dan migrasi massal yang terjadi setelah kemerdekaan tahun 1947," lanjut pernyataan.

Pernyataan itu menekankan, jika para pemimpin India benar-benar peduli dengan penderitaan dan rasa sakit, mereka harus bekerja untuk memperbaiki kondisi umat Islam, dan minoritas lainnya di India.

Baca Juga: Arooj Aftab Jadi Penyanyi Wanita Pakistan Pertama Peraih Grammy Awards Lewat Lagu Mohabbat

Menurut pernyataan Kemenlu Pakistan, tujuh dekade terakhir telah penuh dengan bukti tak terbantahkan bahwa dukungan sekularisme India adalah palsu.

“Faktanya adalah bahwa India saat ini adalah
Rashtra Hindu’ yang tidak memiliki tempat atau toleransi terhadap minoritas agama lain." kecamnya.

",,,, terutama bagi umat Muslim yang menghadapi diskriminasi, penganiayaan, dan pengucilan politik serta juga sosial-ekonomi,” katanya.

Karena itu, Pemerintah India disarankan untuk berhenti mempolitisasi peristiwa yang berkaitan dengan Kemerdekaan dan sebaliknya.

"Juga dengan tulus menghormati kenangan untuk semua orang yang berkorban untuk masa depan yang lebih baik," lanjut pernyataan.

Perang dan Konflik India-Pakistan merupakan perang-perang dan konflik-konflik yang terjadi antara India dan Pakistan, sejak pemisahan India pada 11 Agustus 1947.

Terdapat tiga perang utama, dan satu perang kecil antara kedua negara, serta beberapa perkelahian dan pertikaian di perbatasan.

Pemisahan India muncul pada masa pasca Perang Dunia II, saat Britania Raya dan Kemaharajaan Britania berhadapan dengan tekanan ekonomi akibat perang dan demobilisasinya.

Mereka berharap tentang berdirinya sebuah negara muslim khilafah, di mana wacana ini pertama kali datang dari Kemaharajaan Britania.

Pemisahan tersebut, menurut politikus terkemuka - seperti Muhammad Ali Jinnah (pemimpin Liga Muslim India) dan Jawaharlal Nehru (pemimpin Kongres Nasional India)- seharusnya menghasilkan hubungan yang damai.

Namun, dilansir dari Wikipedia, pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan Pakistan pada 1947, tidak secara bersih memisahkan dua bangsa ini melalui agama.

Teritori-teritori yang diperintah para pangeran, seperti Kashmir dan Hyderabad, juga ikut serta dalam pemisahan.

Para pangeran harus memilih antara bergabung di India atau Pakistan. India dan Pakistan menegaskan klaim Kashmir, kemudian Kashmir menjadi titik utama dari konflik.

Kashmir, yang memiliki mayoritas umat muslim, bergabung dengan India, dengan mentandatangani Instrumen Aksesi.

Dalam Perang India-Pakistan 1947, Pakistan merebut sepertiga wilayah Kashmir (Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayahnya) dengan bantuan Pashtun. Hindu dan Sikh.

India membalas dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur.

Dalam Perang India-Pakistan 1965, pasukan Pakistan berusaha memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan oleh Kashmir.

Rencana ini gagal, dan penyusup dapat ditemukan, sehingga India membalas hal ini.

Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata, dan India dapat merebut sedikit wilayah Pakistan.

Selama Perang India-Pakistan 1971, Bangladesh meminta kemerdekaan dari India.

Tentara India melakukan perlawanan. Jutaan pengungsi pindah ke Buthan.

India membantu Mukti-Bahini Bangladesh, dan menaklukan Pakistan, sehingga Bangladesh merdeka.

Perang India-Pakistan 1999, juga disebut Perang Kargil', di mana tentara Pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir, merebut pos tentara India.

India membalas dan merebut kembali pos itu disusul tekanan internasional agar Pakistan mundur.

Perang berakhir dengan India merebut Kargil dan memilih Pakistan.***

Sumber: The Associated Press of Pakistan, Wikipedia

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x