Jet Su-57 Rusia Lumpuhkan Senjata-senjata AS dan Sekutunya di Ukraina

- 20 Juni 2022, 09:11 WIB
Pesawat tempur Su-57
Pesawat tempur Su-57 /Defence Security Asia

KALBAR TERKINI - Teknologi siluman dalam jet tempur Rusia Su-57 membuatnya sanggup menghindari radar kemudian melumpuhkan berbagai jenis senjata dan kendaraan tempur pasokan AS dan sekutunya di Ukraina.

Sebagai jet tempur superioritas udara siluman generasi kelima, Su-57 Rusia telah digunakan dalam misi tempur di Ukraina.

Wakil Perdana Menteri Rusia Yury Borisov telah mengkonfirmasi penggunaan jet itu, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Rusia, Russia Today, Sabtu, 18 Juni 2022.

Baca Juga: Rusia Ditantang Perang di Ruang Angkasa: Akibat Satelit AS Pandu Militer Ukraina dari Orbit Bumi

"Jet itu berulang kali digunakan di Ukraina, baik secara individu maupun sebagai bagian dari regu," kata Borisov kepada wartawan di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St Petersburg pada Sabtu.

Ditambahkan, senjata pesawat itu sangat efektif. Su-57 pertama bergabung dengan Angkatan Udara Rusia pada 2020, dan menerbangkan misi pengeboman di Suriah.

Media Rusia pertama kali melaporkan penggunaan Su-57 di Ukraina pada Mei 2022.

Baca Juga: Cerita Rakyat Pengaruhi seorang Pelawak Ukraina untuk Setegar Winston Churchill Lawan Rusia

Pada Juni 2022 ini, kantor berita RIA Novosti mengutip sebuah sumber yang menyatakan bahwa empat pesawat telah dikerahkan untuk menemukan, dan menghancurkan pertahanan udara.

Menurut Borisov, Rusia juga telah menggunakan senjata laser di Ukraina, yang mampu menghancurkan drone.

Sementara itu, Barat terus mengirim senjata berat ke Ukraina, termasuk peluncur roket ganda HIMARS dan howitzer M777.

Baca Juga: AS tak Hentikan Kebijakan Hegemoniknya, Jubir Kremlin: Rusia pun tak Berniat Jadi Bawahan!

Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022, menyusul kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk.

Perjanjian ini pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhir Moskow atas Republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Baca Juga: Rusia Diberi Peran Sekunder, Timofeev: Sekarang Barat Rasakan Konsekuensinya!

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan, dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Russia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah