DK PBB Sidangkan AS Terkait Temuan Puluhan Biolab di Ukraina atas Laporan Rusia

- 12 Maret 2022, 07:53 WIB
Sidang majelis umum menyetujui resolusi pbb agar rusia menghentikan serangan ke ukraina.
Sidang majelis umum menyetujui resolusi pbb agar rusia menghentikan serangan ke ukraina. /Instagram/unitednations

 

KALBAR TERKINI - Dewan Keamanan PBB pada Jumat, 11 Maret 2022 pagi pukul 11 pagi (1600 GMT) mengadakan pertemuan darurat mengenai dugaan pembuatan senjata biologis AS di Ukraina atas permintaan Rusia.

Rusia pada Kamis, 10 Maret 2022, resmi menuduh AS mendanai penelitian pengembangan senjata biologis di Ukraina, sehingga memicu operasi militer Kremlin sejak Kamis, 24 Februari 2022.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran independen Rusia, Moscow Times, jumat, baik Washington dan Kiev telah membantah tuduhan itu.

Baca Juga: AS Kembangkan Senjata Biologis: Korbannya Tentara Sendiri Berdarah Negro dan Jepang, Ditelantarkan saat Cacat

AS berdalih, justru tudingan itu justru mengindikasikan bahwa Rusia dapat segera menggunakan senjata itu sendiri.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak tuduhan Rusia dalam pidato videonya pada Kamis lalu, dengan mengatakan: "Tidak ada yang mengembangkan bahan kimia atau senjata pemusnah massal lainnya di Ukraina."

Negara-negara Barat telah menuduh bahwa Rusia menggunakan tipu muslihat dengan menuduh lawan-lawan mereka.

Baca Juga: AS Diduga Jadikan Rakyatnya Kelinci Percobaan Senjata Biologis: Investigasi Kongres Mandul?

Ini karena klaim Rusia bahwa AS mengembangkan senjata biologi dan kimianya untuk meletakkan dasar bagi kemungkinan penggunaannya di Ukraina.

Hal ini juga menjadi tuduhan bahwa Moskow melakukan hal yang sama di Suriah.

Pada pertemuan bulanan DKI PBB tentang penggunaan senjata kimia di Suriah, baik Washington maupun London mengangkat isu tentang Ukraina.

Adapun kasus penggunaan senjata kimia di Suriah hingga kini belum terselesaikan, DK PBB juga mengalami kurangnya informasi dari Damaskus yang sudah dikecam PBB.

Baca Juga: Daftar Senjata Biologis Dirahasiakan, Ada Haarp Memanipulasi Cuaca dan Mengurangi Populasi Manusia

"Federasi Rusia telah berulang kali menyebarkan disinformasi mengenai penggunaan berulang senjata kimia di Suriah," kata wakil utusan AS untuk PBB, Richard Mills.

“Jaringan kebohongan baru-baru ini telah dilemparkan Rusia dalam upaya untuk membenarkan perang yang direncanakan, dan tidak dapat dibenarkan," kecamnya.

"Ini telah dilakukan terhadap Ukraina, dan harus dijelaskan, sekali dan untuk semua, bahwa Rusia juga tidak dapat dipercaya, ketika berbicara tentang penggunaan senjata kimia di Suriah," lanjutnya.

Baca Juga: Meong! Kucing Rusia pun Dikenai Sanksi 'PBB Kucing': Dilarang Ikut Kontes Internasional!

Rekan Mills dari Inggris, James Kariuki juga mengecam operasi militer Moskow di Ukraina, dan juga menyatakan, paralel (tudingan biolab AS di Ukraina) dengan tindakan Rusia di Suriah, sudah jelas.

“Sayangnya, perbandingannya juga meluas ke senjata kimia, seperti yang kita lihat, disinformasi senjata kimia Rusia muncul di Ukraina," katanya.

Pada 2018, Moskow menuduh Amerika Serikat secara diam-diam melakukan eksperimen senjata biologis di sebuah laboratorium di Georgia, bekas republik Uni Soviet lainnya, yang seperti Ukraina, memiliki ambisi untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.

Baca Juga: Mengenal UNGA, Forum Unik Diskusi Multilateral PBB Ajang Mentas Group KPop BTS

Sebagaimana dilansir media Rusia, Sputnik International, Rabu, 9 Maret 2022, Kremlin menyatakan telah menemukan 30 laboratorium biologi berbahaya milik AS sehingga operasi kilat harus segera dilakukan.

Selain itu beroperasi pula laboratrium yang sama milik AS di sejumlah negara bekas Uni Soviet, yang menjadikan tentara-tentara lokal sebagai kelinci percobaan untuk menguji kekuatan senjata-senjata biologis tersebut.

Atas dasar itu, Presiden Rusia Vladimir Putin segera memerintahkan operasi militer khusus darurat melalui Ukraina timur lewat serangan darat, laut dan udara, Kamis, 24 Febnruari 2022.

Selain biolab-biolab ini sangat membahayakan, operasi militer ini diklaim sah oleh Rusia, karena AS dan Ukraina telah melanggar Pasal 1 Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis dan Racun.

Menanggapi dokumen yang diumumkan oleh Rusia, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan, Tiongkok segera mendesak AS.

Temuan ini dinilainya hanya fenomena puncak gunung es sehingga AS harus 'mengklarifikasi sepenuhnya kegiatan militerisasi biologisnya di dalam dan luar negeri'.

Lewat keberadaan 336 biolab di 30 negara bekas Soviet, AS berdalih bahwa semua itu adalah bagian dari kerja bersama untuk mengurangi risiko biosekuriti, dan memperkuat kesehatan global. "Anda tidak salah dengar? 336!” kata Zhao.

Washington juga disebutnya telah secara sepihak menolak inspeksi internasional terhadap fasilitas-fasilitas ini.

Itu termasuk biolab Fort Detrick milik Pentagon yang berbasis di Negara Bagian Maryland, terkait asal mula Covid-19, di mana China telah lama dituduh Barat sebagai dalang virus tersebut.

“Apa niat sebenarnya Amerika? Apa sebenarnya yang mereka lakukan?” tanya juru bicara China itu.

Sebelumnya, masih dilaporkan Sputnik International, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah memantau dengan cermat program senjata biologis yang dikembangkan oleh Pentagon di negara-negara bekas Uni Soviet.

Nuland menyatakan, Ukraina menjadi tuan rumah apa yang disebutnya sebagai 'fasilitas penelitian biologis', dan menambahkan bahwa AS khawatir semua itu bisa berada di bawah kendali pasukan Rusia.

Operasi khusus langsung digelar Kremlin dari berbagai penjuru di Ukraina setelah militernya menerima perintah penghancuran mendesak terhadap patogen berbahaya, termasuk antraks, kolera, dan wabah yang jelas melanggar Konvensi Senjata Biologis dan Racun (BTWC).

“Sekarang dokumen-dokumen tersebut sedang dianalisis oleh spesialis militer dari pasukan perlindungan radiasi, kimia dan biologi Rusia,” kata juru bicara kementerian, Igor Konashenkov.

Eksperimen Pentagon Kesulitan pasca Operasi Khusus Rusia. Ditambahkan, Pentagon telah mengalami kesulitan dalam melanjutkan eksperimen biologis rahasianya dengan dimulainya operasi khusus Rusia di Ukraina.

Ketika operasi khusus dilancarkan Rusia di Ukriana, menurut Konashenkov, fasilitas itu sedang mengembangkan komponen untuk senjata biologis.

"Dengan dimulainya operasi militer khusus, Pentagon memiliki keprihatinan serius tentang pengungkapan eksperimen biologi rahasia di wilayah Ukraina," katanya.

Dalam waktu dekat, kementerian akan merilis analisis dokumen yang diterima.

Masih dari Sputnik International, kontroversi telah lama mengelilingi semua 'fasilitas biologis' jenis ini yang didirikan di Georgia, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Tajikistan pasca runtuhnya Soviet.

Selain itu sempat muncul desas-desus bahwa eksperimen yang didanai Pentagon ini telah menjadikan pasukan militer lokal sebagai kelinci percobaan untuk diperiksa terkait ketahanan terhadap penyakit berbahaya.

Pada Senin lalu, Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologi, dan Kimia Rusia, mengungkapkan adanya jaringan lebih dari 30 laboratorium biologi di seluruh Ukraina yang dijalankan oleh militer AS.

Beberapa fasilitas ini dikhawatirkan terlibat dalam produksi senjata kimia.

Dalam sebuah pengarahan, komandan Pasukan NBC Letnan Jenderal Igor Kirillov menyatakan, AS menghabiskan lebih dari 200 juta dolar AS untuk program tersebut.

Program ini dibagi menjadi pekerjaan pemantauan, penelitian dan sanitasi-epidemiologis, termasuk studi agen senjata biologis potensial dengan fokus alami yang dapat menular ke manusia.

Pekerjaan tersebut dilaporkan telah dilakukan di bawah lingkup Badan Pengurangan Ancaman Pertahanan Pentagon dengan kontraktor swasta Black & Veatch untuk membantu mengimplementasikan proyek.

Mengutip contoh konkret, Kirillov melaporkan keberadaan laboratorium di Kota Lviv, Ukraina barat, yang menangani agen infeksi, termasuk wabah, antraks, dan brucellosis.

Sedangkan laboratorium di kota timur Kharkov dan Poltava, menangani difteri, salmonellosis, dan disentri. Pada 2020 dan 2021, lanjutnya,

Pentagon menghabiskan 11,8 juta dolar AS untuk sebuah proyek yang dikenal sebagai Diagnostik, Pengawasan, dan Pencegahan Penyakit Zoonosis di Angkatan Bersenjata Ukraina.

Selama periode yang sama, Kementerian Pertahanan Jerman disebut telah melakukan penelitian terhadap patogen penyakit hemoragik Kongo-Krimea, leptospirosis, meningitis, dan hantavirus di Ukraina.

Pekerjaaan ini dilakukan dalam kerangka inisiatif atas sponsor Jerman untuk 'memastikan keamanan biologis' negara-negara yang berbatasan dengan Uni Eropa.

Selain itu, komandan itu menyatakan, ribuan sampel serum terutama pasien 'etnis Slavia' telah dikirim dari laboratorium Ukraina ke Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed di Silver Spring, Maryland, dengan dalih pengujian metode pengobatan Covid-19.

Pada Minggu lalu, militer Rusia mempublikasikan dokumen yang diperoleh dari biolab dari Poltava dan Kharkov.

Di dokumen itu tercantum instruksi Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Liashko agar pekerja laboratorium untuk menghancurkan berbagai patogen, termasuk antraks, wabah, tularemia, kolera dan penyakit mematikan lainnya.

Keberadaan biolaboratories AS di Ukraina ini benar-benar mengubah gambaran keterlibatan Washington dalam krisis, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, Rabu lalu.

Menurutnya, temuan ini menimbulkan ancaman langsung ke Rusia sehingga pasukan Kremlin bergerak cepat ke Ukraina.

"Ini benar-benar mengubah gambaran keterlibatan AS dalam nasib Ukraina, dan bukan hanya instrumen pengaruh, bukan hanya instrumen pencegahan, itu adalah instrumen ancaman langsung ke negara kita," kata Zakharova.

"Jika kegiatan biolaboratorium di Ukraina tidak dihentikan, perkembangannya akan menjadi tidak terkendali," tambah pejabat itu.***

Sumber: Moscow Times, Sputnik International

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Sputnik News Moscow Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x