Rusia Gelar Latihan Perang Nuklir, Blinken: Invasi ke Ukraina Dimulai dengan dengan Rudal, Bom dan Siber!

- 19 Februari 2022, 11:05 WIB
Tank Rusia sudah bersiap melakukan serangan ke wilayah bekas koloninya Ukraina.
Tank Rusia sudah bersiap melakukan serangan ke wilayah bekas koloninya Ukraina. /Aspistrategist/

KALBAR TERKINI - Rusia Gelar Latihan Perang Nuklir, Blinken: Invasi ke Ukraina Dimulai dengan dengan Rudal, Bom dan Siber!

Rusia akan segera menggelar latihan perang nuklir massal yang akan dipantau langsung oleh Presiden Vladimir Putin, Sabtu, 19 Februari 2022.

Sementara Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menyatakan, berdasarkan data intelijen, invasi Rusia akan dibuka secara bersamaan dengan serangan siber, serangan rudal, dan bom di seluruh Ukraina.

Baca Juga: Perang Nuklir Rusia vs AS, Perang Akhir Zaman yang tak Terjadi karena Sama-sama Takut?

Blinken menggambarkan masuknya pasukan Rusia pertama kali akan menargetkan Kiev, Ibukota Ukraina, yang berpenduduk hampir tiga juta jiwa, disusul target-target utama lainnya.

Adapun pengumuman latihan perang ini diumumkan oleh Rusia pada Jumat, 18 Februari 2022 ini, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press.

Tak pelak lagi, latihan nuklir massal ini, juga merupaan bagian dari taktik perang urat syaraf, yang terus digenjot oleh Putin agar NATO mengabulkan tunturan-tuntutannya.

Baca Juga: Ngeri! China Merapat ke Krisis Ukraina, Mendagri Wang Wenbin Menggertak AS: Jangan Main-main dengan Rusia!

Latihan perang nuklir ini juga membuat semua negara di Eropa, dan negara-anggota NATO apalagi AS, gemetar ketakutan.

Rusia sendiri sudah berulangkali menyatakan tak akan menyerang Ukraina.

Sebaliknya, AS terus menyatakan prediksinya bahwa Rusia akan segera menyerang, sehingga terjadi kepanikan publik di Eropa terutama di Ukraina.

Baca Juga: Putin Tuding Orang Rusia di Ukraina Alami Genosida, Moskow segera Balas Dendam!

Rusia menyatakan, AS terlalu curiga bahkan histeris dengan penempatan pasukannya di perbatasan Ukraina.

Rusia marah, karena AS dinilai tak pernah berhenti memprovokasi bahwa pihaknya akan menyerang.

Ditengarai berang atas provokasi AS dan NATO, Putin pun mengerahkan pasukan dan senjata pamungkasnya.

Baca Juga: Ukraina Identik dengan Martabat Rusia: Merasa Ditampar AS, Moskow Rela Bertaruh Nyawa!

Istilah kata 'Anda yang memulai, Anda yang mengakhiri', maka latihan besar-besaran kekuatan nuklir Rusia pun segera digelar.

Pengumuman Rusia ini terjadi ketika AS mengeluarkan beberapa peringatan paling rinci tentang bagaimana invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan terjadi.

Presiden AS Joe Biden terdengar sangat mengerikan sehari sebelumnya, ketika memperingatkan bahwa Washington tidak melihat tanda-tanda penarikan Rusia yang dijanjikan.

Baca Juga: Rusia sudah Arahkan Persenjataan ke Ukraina, AS Malah Mulai Curiga Pemimpin Prancis dan Jerman Membelot

Malah, menurut Biden, terlihat lebih banyak pasukan bergerak menuju perbatasan dengan Ukraina.

Rusia sendiri mengklaim, merupakan haknya untuk berlatih militer di wilayahnya sendiri, termasuk di wilayah Belarus, sekutu dekatnya, juga tetangga Ukraina.

“Setiap indikasi yang kami miliki adalah mereka siap untuk pergi ke Ukraina, menyerang Ukraina,” kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.

Baca Juga: Deplu Ukraina Kuatir AS Jatuhkan Moral Rakyatnya terkait Serangan Dadakan Rusia

Biden menyatakan AS memiliki alasan untuk percaya bahwa Rusia terlibat dalam operasi bendera palsu agar memiliki alasan untuk masuk, tetapi Biden sendiri tidak memberikan perincian.

Beberapa pihak khawatir, konflik separatis yang telah berlangsung lama di Ukraina timur, antara lain di Donbas dan Luhansk, dapat menutupi hal itu.

Daerah itu selama ini telah menjadi saksi dari serangkaian penembakan intensif, dan serangan siber yang nyata selama dua hari terakhir.

Dengan ketegangan yang sudah mencapai tingkat tertinggi sejak Perang Dingin, militer Rusia mengumumkan, latihan pasukan nuklir negaranya itu juga bakal melibatkan beberapa latihan peluncuran rudal.

Latihan ini juga merupakan sebuah pengingat yang jelas terkait dengan kekuatan nuklir Rusia di tengah pertikaiannya dengan Barat.


Ketakutan Barat berfokus kepada sekitar 150.000 tentara Rusia—termasuk sekitar 60 persen dari keseluruhan pasukan darat Rusia—yang ditempatkan di sekitar perbatasan Ukraina.

Kremlin menegaskan tidak memiliki rencana untuk menyerang, tetapi telah lama menganggap Ukraina sebagai bagian dari lingkup pengaruhnya.

Pun ekspansi NATO ke arah timur sebagai ancaman eksistensial. Tuntutan utama Moskow dalam krisis ini adalah bahwa NATO berjanji untuk tidak pernah mengizinkan Ukraina bergabung—sebuah langkah yang ditolak mentah-mentah oleh aliansi Barat.

Biden berencana untuk berbicara melalui telepon pada Jumat ini dengan para pemimpin trans-Atlantik lainnya, tentang pembangunan militer Rusia, melanjutkan upaya pencegahan, dan diplomasi.

Sementara Blinken mengungkapkan beberapa kesimpulan intelijen AS, tentang bagian dari strategi yang dirancang untuk mengekspos, dan mencegah perencanaan invasi.

AS telah menolak untuk mengungkapkan banyak bukti yang mendasari klaimnya. Blinken menyatakan kepada diplomat di Dewan Keamanan PBB bahwa peristiwa yang tampaknya kekerasan dadakan yang dipentaskan oleh Rusia untuk membenarkan invasi, akan memulai serangan itu.

Blinken menyebutkan bahwa apa yang disebut pemboman teroris di Rusia, serangan pesawat tak berawak, adalah serangan palsu, bahkan nyata ... menggunakan senjata kimia.

Di markas NATO di Brussels, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mempertanyakan klaim penarikan pasukan Rusia. “Kami telah melihat beberapa dari pasukan itu beringsut lebih dekat ke perbatasan itu,” katanya.

“Kami bahkan melihat mereka menimbun persediaan darah mereka. Anda tidak melakukan hal-hal semacam ini tanpa alasan, dan Anda tentu tidak melakukannya jika Anda bersiap-siap untuk berkemas dan pulang," lanjutnya.

Terlepas dari peringatan keras AS, para pejabat Ukraina berusaha untuk memproyeksikan ketenangan, sebagaimana dinyatakan Oleksii Danilov, kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional, Kamis malam lalu.

"Tidak ada tanda-tanda invasi besar-besaran Rusia akan segera terjadi," kata pejabat militer di negara yang sedag gamang, dan 'ditarik sana-sini' oleh AS itu.

Namun demikian, pejabat AS dan Eropa sangat waspada terhadap setiap upaya Rusia untuk membuat dalih invasi, menurut seorang pejabat Barat yang mengetahui temuan intelijen.

Pejabat pemerintah Ukraina berbagi intelijen dengan pihak sekutu yang menilai, Rusia mungkin mencoba untuk menembaki daerah di wilayah Luhansk.

Wilayah itu dikendalikan oleh separatis yang didukung Moskow, dan dugaan penembakan terjadi pada Jumat pagi ini.

Hal ini sebagai bagian dari upaya menciptakan alasan palsu untuk mengambil tindakan militer, menurut pejabat yang tidak berwenang berkomentar secara terbuka.

Daerah itu melihat lonjakan tajam dalam penembakan pada Kamis lalu, dengan pemantau dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa melaporkan lebih dari 500 ledakan sebelum ketegangan mereda di malam hari.

Pihak berwenang Ukraina dan separatis bertukar tuduhan pelanggaran gencatan senjata yang goyah dalam konflik hampir delapan tahun di jantung industri timur Ukraina, yang disebut Donbas.

Konflik meletus tak lama setelah pencaplokan Semenanjung Krimea Ukraina oleh Rusia pada 2014, dan telah menewaskan 14.000 orang.

Komando militer Ukraina menyatakan, peluru menghantam sebuah taman kanak-kanak di Stanytsia Luhanska, melukai dua orang dewasa, dan memutus aliran listrik ke separuh kota.

Sementara pihak pemberontak mengklaim, hampir 19 rumah rusak akibat kebakaran di Ukraina.

Jumat pagi ini, otoritas separatis di wilayah Luhansk dan Donetsk melaporkan lebih banyak penembakan oleh pasukan Ukraina di sepanjang garis kontak yang tegang.

Pejabat Ukraina menuduh bahwa pemberontak mengintensifkan penembakan dengan harapan memprovokasi serangan balasan oleh pasukan pemerintah.

Kepala militer Ukraina, Valerii Zaluzhnyi, menyatakan bahwa mereka tidak merencanakan operasi ofensif atau penembakan terhadap warga sipil, dan menambahkan bahwa tindakan pihaknya murni defensif.

Namun, kekhawatiran tetap ada bahwa kekerasan dapat memicu konflik yang lebih luas, dan kekuatan Barat bergegas untuk mencegah, atau bersiap untuk (akhirnya) melakukan invasi.

Para menteri pertahanan NATO membahas cara-cara untuk meningkatkan pertahanan di Eropa Timur, sementara para pemimpin Uni Eropa membahas cara menghukum Rusia jika menyerang.

Blinken dan Wakil Presiden AS Kamala Harris termasuk di antara para pemimpin politik, militer dan diplomatik yang akan menghadiri konferensi keamanan tahunan di Munich untuk mengadakan konsultasi mendesak terkait krisis tersebut.

AS dan Rusia juga merencanakan beberapa pembicaraan dalam beberapa hari mendatang.

Blinken diperkirakan akan bertemu dengan mitranya dari Rusia minggu depan, dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu akan melakukan panggilan telepon dengan Austin pada Jumat, menurut militer Rusia.

Dalam menghadapi keraguan Barat atas pernyataan Rusia bahwa mereka mengirim beberapa pasukan kembali ke pangkalan, Moskow menyatakan bahwa penarikan itu akan memakan waktu.

Rusia juga membuat tawaran diplomatik baru pada Kamis lalu. Isinya, memberikan tanggapan kepada AS atas tawaran untuk terlibat dalam pembicaraan tentang pembatasan penempatan rudal di Eropa.

Juga tentang pembatasan latihan militer dan langkah-langkah membangun kepercayaan lainnya.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah