Biden pertama kali diberi pengarahan secara mendalam lebih dari sebulan yang lalu oleh komandan operasional setelah pasukan AS yakin mereka akan menemukan al-Qurayshi—juga dikenal sebagai Haji Abdullah—di mana mereka menemukannya.
Negara Islam, yang pernah menguasai sebagian besar wilayah di Irak dan sebagian Suriah, telah berusaha untuk beregenerasi, dan melakukan operasi paling ambisius selama bertahun-tahun, ketika mereka merebut sebuah penjara di timur laut Suriah pada bulan lalu, yang menahan setidaknya 3.000 tahanan ISIS.
Terlepas dari semua kedekatannya dengan Rusia saat mengumpulkan pasukannya untuk kemungkinan invasi baru ke Ukraina, Biden tidak dapat mengalihkan pandangannya dari ISIS.
Pada Selasa pagi lalu, Biden bertemu dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, di Ruang Oval dan memberikan lampu hijau.
Pada Rabu malam lalu di Washington, Biden berada di Ruang Situasi Gedung Putih, dan memantau siaran langsung misi saat itu berlangsung.
Biden menyatakan, pasukan AS memilih serangan komando yang lebih berisiko daripada serangan dari udara untuk meminimalkan korban sipil.
Namun, AS melancarkan operasi keitka mengetahui bahwa pemimpin IS mungkin merespon dengan membunuh orang tak bersalah di sekitarnya serta dirinya sendiri.***