Tiga Tahun Setelah Kejatuhan Omar Al Bashir Presiden Sudan, Bagaimana Kondisi Saat Ini Apakah Sudah Lebih Baik

30 April 2022, 09:14 WIB
Jutaan orang di Sudan Selatan terancam kelaparan akibat bencana alam dan bentrokan bersenjata yang kian memanas. /REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

KALBAR TERKINI - Tiga tahun lalu, orang-orang di Sudan turun ke jalan sebagai protes terhadap kondisi kehidupan yang buruk yang telah mereka peroleh di bawah pemerintahan Presiden Sudan, Omar al-Bashir.

Alasan utama protes dikarenakan kehidupan yang kurang, seperti kurangnya roti, dengan harga yang naik lebih dari lima kali lipat di beberapa wilayah Sudan.

Masyarakat juga mengalami kekurangan uang tunai karena kurangnya dana di bank.

Baca Juga: Iran Kuasai 35 Persen Saham Industri Persenjataan Sudan di Yarmouk

Bahkan sampai ada beberapa diantara yang meninggal dikarenakan tidak dapat menarik uang dari bank untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kekurangan bahan bakar juga terjadi dengan adanya kenaikan harga.

Semua faktor tersebutlah menyebabkan orang-orang turun ke jalan dan menuntut penggulingan rezim.

Apabila kita perhatikan keadaan Sudan setelah tiga tahun jatuhnya Al-Bashir, maka akan ditemukan bahwa kondisi saat ini semakin memburuk.

Baca Juga: Roket Hamas Disuplai dari Sudan, Hizbullah: Fabriknya Dibangun Iran

Harga-harga bahkan bertambah naik menjadi lima puluh kali lipat dari harga sebelumnya ketika Al-Bashir jatuh pertama kali.

Maka, jika berutang satu pound 3 tahun lalu, sekarang nilainya telah mencapai lima puluh pound.

Nilai mata uang juga turun seribu persen, karena harga dolar ketika rezim Al-Bashir jatuh adalah enam puluh pound, sedangkan saat ini setara dengan enam ratus pound.

Hingga sampailah kemiskinan menghancurkan orang-orang di Sudan!

Adapun aspek keamanan, masyarakat juga kehilangan keamanan atas kehidupan dan harta benda mereka.

Hal ini dikarenakan gerombolan penjarahan dan perampokan muncul di jalan-jalan secara terbuka pada siang hari, menakut-nakuti orang seakan-akan tanpa ada negara.

Adapun dalam aspek sistem pemerintahan tidak ada yang berubah. Sistem pemerintahan tetap sama sebagaimana warisan rezim Bashir.

Kalaupun ada perubahan, hanyalah perubahan orang yang melaksanakannya saja.

Ketentuan dasar dalam dokumen ketatanegaraan yang mengatur negara sama dengan dasar dan pasal-pasal di dalam konstitusi Naivasha tahun 2005.

Adapun mengapa tidak ada yang berubah dan kesejahteraan yang dicita-citakan rakyat juga tidak tercapai?

Menurut beberapa pengamat hal ini dikarenakan mengubah situasi dan berpindah dari satu sistem negara sistem yang baru tidak terjadi hanya dengan mengubah orang semata.

Mengubah kondisi sistem ini tidak cukup hanya sekedar mengganti pemimpin, namun juga perlu mengubah aturan dan undang-undang yang ada.

Tentu saja perubahan sistem, aturan dan undang-undang diperlukan untuk meraih perubahan.

Namun perubahan aturan tersebut perlu pemahaman yang benar terhadap kehidupan saat ini.

Sehingga ada yang mengusulkan agar mengembalikan kepada aturan Islam.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler