Bisnis Organ Tubuh Manusia sangat Menggiurkan: Sering Diambil dari Anak-anak yang Dibunuh!

8 Maret 2022, 11:14 WIB
Organ manusia/ /Pixabay


KALBAR TERKINI - Harga organ tubuh manusia baik dari manusia hidup maupun jenazah terutama untuk kepala dan kaki sangatlah menggiurkan di pasar gelap.

Perdagangan yang mengerikan ini juga melibatkan geng kriminal, yang lebih mudah memperoleh organ tubuh segar dari jenazah anak-anak kecil yang dibunuh setelah diculik.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), perdagangan organ ilegal menghasilkan keuntungan antara 600 juta dan 1,2 miliar dolar AS per tahun.

Baca Juga: Desainer Indonesia Beli Organ Tubuh ke Brazil, Polri Surati Interpol Dua Negara: Dugaan Perdagangan Manusia

Organ ini ada juga yang sengaja didonorkan oleh pemiliknya karena dihimpit kebutuhan hidup.

Di pasar gelap Iran, misalnya, harga ginjal segar bahkan dihargai hingga 160.000 dolar AS.

Itu sebabnya sangat penting untuk mewaspadai proses kremasi jenazah kerabat tercinta supaya luput dari incaran sindikat jual-beli organ tubuh manusia.

Masalahnya, krematorium yang terlibat dalam sindikat ini memperoleh organ tubuh manusia secara gratis alias tidak harus membayar kepada kerabat dari jenazah.

Baca Juga: Ivan Gunawan Dikabarkan Meninggal Dunia, Berikut Profil Desainer Kenamaan Tersebut, Bisnis hingga Karir

Berkaca dari kasus di AS yang baru saja terungkap, banyak krematorium merangkap rumah duka, yang ternyata menjual bagian-bagian tubuh jenazah yang seharusnya dikremasi.

Hanya beberapa bagian tubuh manusia yang sudah dicampur debu bara api krematorium ini kemudian ditunjukkan, supaya kerabat dari jenazah yakin.

Padahal, organ-organ penting dan utama dari jenazah, seperti kaki, tangan, atau kepala, diam-diam sudah dikemas untuk dijual kepada pelanggan, yang umumnya digunakan untuk kepentingan medis.

Baca Juga: FAKTA MENARIK ARNOLD PUTRA, Desaigner Kontroversial Indonesia yang Gunakan Organ Manusia Untuk Rancangannya

Bahkan, karena di AS berlaku suatu UU yang melakukan pengecualian 'abu'abu' untuk kasus itu, maka transaksinya juga melibatkan Departemen Pertahanan AS, Pentagon, untuk menjadi bagian dari uji coba senjata sebelum digunakan.

Begitu pula sejumlah perusahaan otomotif, yang juga membeli jenazah utuh untuk digunakan dalam pengujian penggunaan sabuk keselamatan (safety belt); Jenazah duduk di belakang setir mobil yang melaju untuk ditabrakkan.

Pihak International Police (Interpol) bahkan mengaku sulit untuk mengatasi perdagangan tersebut karena banyak pihak yang berdalih menggunakannya secara etis.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari laman Interpol, 30 September 2021, masalah perdagangan manusia untuk pengambilan organ (THBOR), sebagian besar didorong oleh kekurangan global dalam organ untuk transplantasi etis.

Perdagangan organ tubuh manusia itu sendiri terjadi di semua wilayah dunia, sehingga menjadi perhatian Interpol.

Hanya saja, kasus yang paling menonjol selalu terjadi di wilayah utara dan barat Benua Afrika, di mana kalangan komunitas miskin dan pengungsi sangat berrisiko menjadi korban eksploitasi yang lebih besar.

Laporan penilaian strategis, yang dihasilkan sebagai bagian Proyek ENACT dari Interpol, memberikan wawasan dan analisis tentang masalah tersebut.

Proyek ini memungkinkan lembaga penegak hukum di Afrika Utara dan Afrika Barat merancang tanggapan yang tepat atas permasalahan yang rumit ini.

Wisata Transplantasi

Kelompok kejahatan terorganisir diketahui berada di balik perdagangan manusia untuk pengambilan organ, demi mendapatkan keuntungan besar.

Menurut investigasi Innterpol, sindikat ini beraksi dengan spektrum yang luas dari aktor yang terlibat di Afrika Utara dan Barat karena berkoneksi ke sektor medis di negara-negara Afrika dan sekitarnya, terutama di Asia dan Timur Tengah.

Perdagangan organ manusia adalah legal, jika hanya dilakukan dalam kerangka jaringan yang kompleks, karena keterampilan yang dibutuhkan.

Kalangan ini termasuk dokter spesialis, ahli bedah, perawat; logistik (mencocokkan pasien dan donor yang kompatibel), dan fasilitas kesehatan (laboratorium analitik, klinik, ruang operasi) .

Laporan tersebut menunjukkan kemungkinan hubungan antara wisata transplantasi: Pasien bepergian ke luar negeri untuk membeli organ untuk transplantasi ilegal dan THBOR di Afrika Utara dan Barat.

Dari bisnis inilah, kelompok kriminal terorganisir mendapat untung dari keputusasaan para pengangguran, migran, pencari suaka, dan pengungsi untuk memaksa mereka menjual organ.

Korban perdagangan manusia untuk tujuan seksual dan tenaga kerja juga menghadapi risiko tambahan.

Teknik yang digunakan untuk perekrutan dan pengendalian korban, sama dengan yang digunakan untuk jenis perdagangan manusia lainnya, seperti janji-janji kesempatan kerja di luar negeri, serta penggunaan ancaman dan kekerasan.

Paling sering, korban yang mendonorkan organnya menerima jumlah uang yang lebih kecil daripada yang telah disepakati dengan perekrut atau perantara.

Bahkan dalam beberapa kasus, mereka tidak mendapatkan pembayaran yang dijanjikan sekalipun banyak di antara mereka yang menderita komplikasi pasca operasi dan masalah kesehatan.

Pandemi Covid-19 telah memicu THBOR karena kemungkinan akan lebih mudah bagi calo untuk memaksa individu yang rentan untuk menjual organ untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka.

Hal ini diperparah oleh fakta bahwa donasi organ adalah legal, dan karena itu, transplantasi telah mengalami penurunan besar sejak pecahnya Covid-19.

“Sementara perdagangan manusia untuk pengambilan organ bukanlah fenomena baru, itu tidak dilaporkan karena sifat kejahatan yang tersembunyi," kata Cyril Gout, Direktur Dukungan dan Analisis Operasional Interpol.

"Hal ini juga dikombinasikan dengan kurangnya kesadaran lembaga penegak hukum, dan kurangnya saluran berbagi informasi antara sektor medis dan kepolisian," lanjutnya.

Ditambahkan, penilaian strategis ini memberi negara-negara anggota Interpol suatu intelijen strategis yang dapat ditindaklanjuti tentang THBOR di Afrika Utara dan Barat.

" Ini juga selanjutnya akan memfasilitasi kerjasama penegakan hukum di antara negara-negara yang terkena dampak,” tambah Mr Gout.

Laporan Interpol tersebut mendukung lembaga penegak hukum untuk menetapkan prioritas terkait mengidentifikasi calon korban.

Juga untuk menyelidiki kasus perdagangan manusia yang dimotivasi oleh perdagangan organ, dan menargetkan jaringan kriminal yang memfasilitasi THBOR.

Project ENACT (Enhancing Africa's Response to Transnational Organized Crime) berupaya membantu polisi di Afrika untuk mengadopsi strategi proaktif untuk memerangi kejahatan terorganisir, memfasilitasi pertukaran informasi, dan meningkatkan keterampilan investigasi.

Proyek ENACT didanai Uni Eropa yang dilaksanakan Interpol dan Institut Studi Keamanan dalam kemitraan dengan Inisiatif Global Melawan Kejahatan Terorganisir Transnasional.

'Pasar Merah'
Perdagangan organ, juga dikenal sebagai 'Pasar Merah', adalah perdagangan organ manusia, jaringan, atau produk tubuh lainnya, biasanya untuk transplantasi.

Menurut WHO, perdagangan organ ini adalah untuk transplantasi komersial di mana ada keuntungan, atau transplantasi yang terjadi di luar sistem medis nasional.

Ada kebutuhan atau permintaan global akan bagian tubuh yang sehat untuk transplantasi, yang melebihi jumlah yang tersedia.

Pada Januari 2020, dilansir dari Wikipedia, lebih dari 100.000 kandidat yang menunggu transplantasi organ di AS.

Waktu tunggu rata-rata untuk transplantasi jantung dan hati di AS pada 2003 dan 2014, adalah sekitar 148 hari.

Rata-rata waktu menunggu organ donor sangat bervariasi, tergantung status UNOS pasien. Pasien yang terdaftar sebagai Status Jantung A1 menunggu rata-rata 73 hari.

Ada kekurangan organ di seluruh dunia yang tersedia untuk transplantasi, namun perdagangan komersial organ manusia adalah ilegal di semua negara kecuali Iran.

Terlepas dari larangan ini, perdagangan organ dan 'wisata transplantasi' tetap tersebar luas.


Iran adalah satu-satunya negara yang mengizinkan organ dibeli dan dijual demi uang.

Karena kurangnya infrastruktur untuk mempertahankan sistem transplantasi organ yang efisien pada awal dekade 1980-an, maka Iran melegalkan donor hidup yang tidak terkait (LNRD) ginjal pada 1988.

Asosiasi Amal untuk Pendukung Pasien Ginjal (CASKP) dan Yayasan Amal untuk Penyakit Khusus (CFSD) mengontrol perdagangan organ, dengan dukungan Pemerintah Iran.

Organisasi nirlaba ini mencocokkan donor dengan penerima, menyiapkan tes untuk memastikan kompatibilitas.

Donor menerima kompensasi kredit pajak dari pemerintah, asuransi perawatan kesehatan gratis, dan seringkali pembayaran langsung dari penerima dengan rata-rata pendonor dibayar 1.200 dolar AS.

Beberapa donor juga ditawarkan kesempatan kerja. Organisasi amal juga mendukung penerima yang tidak mampu membayar biaya organ.

Iran memang menempatkan pembatasan pada perdagangan organ komersial dalam upaya untuk membatasi pariwisata transplantasi.

Pasar ini berpusat di dalam negeri. Artinya, orang asing tidak diperbolehkan membeli organ tubuh warga negara Iran.

Selain itu, organ hanya dapat ditransplantasikan antara orang-orang dari kebangsaan yang sama. Seorang Iran, misalnya, tidak dapat membeli ginjal dari seorang pengungsi dari negara lain.

Para pendukung perdagangan organ yang dilegalkan telah memuji sistem Iran sebagai contoh model perdagangan organ yang efektif dan aman.

Selain itu, model LRRD juga sesuai dengan iklim sosial di negara tersebut.

Praktik keagamaan di Iran menghalangi budaya donasi di negara itu, karena donasi organ sering dianggap tabu.

Pada 2017, dari kemungkinan 8000 kasus kematian otak, 4000 organ dapat hidup, tetapi hanya 808 yang ditransplantasikan karena kurangnya persetujuan.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa sistem Iran dalam beberapa hal bersifat memaksa. Ini karena lebih dari 70 persen donor adalah orang miskin.

Tidak ada tindak lanjut jangka pendek atau jangka panjang pada kesehatan donor organ.

Padahal, faktanya, ada bukti bahwa donor Iran mengalami hasil yang sangat negatif, baik dalam hal kesehatan dan kesejahteraan emosional.

Di pasar legal Iran, harga ginjal berkisar 2.000- 4.000. Di pasar gelap, ginjal yang sama bisa bernilai lebih dari 160.000 dolar AS, yang sebagian besar hasilnya diambil oleh perantara.

Harga tipikal yang dibayarkan kepada donor di pasar gelap diperkirakan sekitar 5.000 dolar AS, tetapi beberapa donor menerima hanya 1.000 dolar AS.

Selain itu, transplantasi pasar gelap ini sering berbahaya bagi donor dan penerima, dengan beberapa tertular hepatitis atau HIV.

UU yang Tumpang-tindih di AS

Sementara di AS, meskipun UU federal melarang penjualan organ, UU tersebut mengizinkan pemerintah negara bagian untuk memberikan kompensasi kepada para donor untuk biaya perjalanan, medis, dan biaya tak terduga lainnya.

Menurut laporan WHO, perdagangan organ ilegal terjadi ketika organ dikeluarkan dari tubuh untuk tujuan transaksi komersial.

Meskipun ada peraturan yang melarang penjualan organ, praktik ini tetap ada. Hasil studi memperkirakan, antara lima hingga 42 persen organ transplantasi dibeli secara ilegal.

Penelitian menunjukkan bahwa perdagangan organ ilegal sedang meningkat.

Laporan terbaru Global Financial Integrity memperkirakan, perdagangan organ ilegal menghasilkan keuntungan antara 600 juta dan 1,2 miliar dolar AS per tahun, dengan rentang waktu di banyak negara.

Menculik dan Membunuh Anak dei Organ Segar
Jaringan kriminal semakin terlibat dalam penculikan, terutama anak-anak dan remaja, yang kemudian dibawa ke lokasi dengan peralatan medis.

Di sana, mereka dibunuh, dan organ mereka diambil untuk perdagangan organ ilegal.Kemiskinan dan celah dalam undang-undang juga berkontribusi pada perdagangan ilegal organ.

Meskipun klaim perdagangan organ sulit dibuktikan karena kurangnya bukti dan data yang dapat diandalkan, kasus perdagangan organ ilegal telah diadili dan dituntut.

Orang dan entitas yang dituntut, termasuk geng kriminal, rumah sakit, pialang organ pihak ketiga, ahli nefrologi, dan individu yang mencoba menjual organ mereka sendiri.

The United Network for Organ Sharing mendefinisikan wisata transplantasi sebagai pembelian organ transplantasi di luar negeri yang mencakup akses ke organ sementara melewati undang-undang, aturan, atau proses dari salah satu atau semua negara yang terlibat.***

Sumber: Interpol, Wikipedia, berbagai sumber

 

 

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Wikipedia Interpol

Tags

Terkini

Terpopuler