Rakyat Myanmar Angkat Senjata Lawan Junta: Malah Dituding Teroris!

23 Mei 2021, 18:37 WIB
PERLAWANAN RAKYAT Inilah anak-anak muda gagah berani dari gerakan Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (KPDF). Menggunakan segala jens senjata tradisional termasuk senapan berburu, KPDF melakukan perlawanan ke militer rezim Myanmar. KPDF berhasil menyita sebuah pos keamanan junta di Kota Demoso, Negara Bagian Kayah/PHOTO: SUPPLIED/VIA MYANMAR NOW/ /SUPPLIED/VIA MYANMAR NOW

KALBAR TERKINI - Para personel militer (Tatmadaw) dan polisi rezim junta Myanmar telah terbunuh di sejumlah negara bagian. Mereka akhirnya dilawan oleh banyak warga sipil yang telah membentuk milisi bersenjata dengan mengandalkan senjata berburu tradisional, tapi dicap teroris oleh junta.

Perang antara aparat junta dengan rakyat sipil terus terjadi sejak Tatmadaw pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing melakukan kudeta terhadao kepemimpinan Aung san Suu Kyi, 1 Februari 2021.

Turun tangannya pasukan dari sejumlah negara bagian untuk melawan Tatmadaw telah mengobarkan semangat rakyat Myammar untuk angkat senjata menyusul tak adanya pembelaan langsung atas nasib mereka dari Perserikatan Bnagsa-bangsa (PBB) dan dunia internasional.

Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Terlarang bagi Muslim: Kecuali Berusia 45 Tahun ke Atas

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Myanmar Now, Sabtu, 22 Mei 2021, enam tentara, termasuk seorang kapten, tewas dalam penyergapan di Kotapraja Falam di Negara Bagian Chin pada Jumat, 21 Mei 2021  pagi, menurut Angkatan Bersenjata Chin (Chinland Defense Force/ CDF), yang melakukan serangan itu.

Dua truk Tatmadaw yang membawa bala bantuan,  dilaporkan diserang oleh pasukan CDF saat melakukan perjalanan di Jalan Falam-Kalay. “Kami bertahan melawan bala bantuan yang datang itu ke Hakha. Serangan dimulai sekitar jam delapan pagi.

Setidaknya enam dari militer rezim tewas. Truk mereka terlempar dari tebing, ”kata juru bicara CDF kepada  Myanmar Now.

Pertempuran, yang berlangsung selama lebih dari tiga jam, juga memakan satu korban dari pihak CDF.

Serangan terjadi ketika warga sipil di Kotapraja Mindat, sekitar 400 kilometer selatan Falam, diserang oleh pasukan junta, menurut kelompok perlawanan sipil setempat.

Tim Administrasi Rakyat Mindat menyatakan, kontak senjata meletus setelah Tatmadaw menyerang sebuah kendaraan sipil yang membawa makanan dan persediaan lainnya untuk warga yang mengungsi akibat bentrokan baru-baru ini di daerah tersebut.

Penembakan pada Jumat pagi itu terjadi di Chi Chaung dan Pu Kun, dua desa yang sekarang berada di bawah kendali militer.

Baca Juga: Benjamin Netanyahu Dituding Penjahat, MQG: Bahayakan Israel!

Militer Serang Truk Makanan Warga

Junta dilaporkan dengan kejam menyerang orang-orang yang membawa jatah makanan dan obat-obatan untuk pengungsi. "Itu keji dan tidak manusiawi, "kata pihak Tim Administrasi Rakyat Mindat.

Kotapraja Mindat berada di bawah kendali militer sejak serangan besar-besaran Tatmadaw di daerah itu pada Sabtu, 15 Mei 2021 . Ini diikuti oleh pertempuran di dua kota, yakni Hakha dan Tedim, bagian utara negara bagian itu.

Sehari setelah serangan militer di Mindat, empat tentara junta tewas dalam baku tembak di Tedim, menurut CDF. 

Kelompok itu menyatakan, pihaknya juga melakukan serangan terhadap pos keamanan di dekat Universitas Hakha pada Selasa, 18 Mei 2021, yang merenggut nyawa empat tentara rezim,  dan menyebabkan setidaknya 14 lainnya terluka. 

Pertempuran lain terjadi di jalan Hakha-Matupi pada Rabu, 19 Mei 2021. "Bentrokan ini menyebabkan tiga tentara tewas,  dan sedikitnya lima lainnya cedera,"  kata pihak CDF. 

Seorang juru bicara dewan militer Myammar tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar atas pernyataan CDF. 

Baca Juga: Hamas Tantang Israel: Gelar Parade Brigade Ezzedine al-Qassam

New Light of Myanmar yang dikelola negara melaporkan pada Jumat bahwa 'warga bersenjata' telah menyerang gerbang keamanan, sebuah kamp regional di Hakha, dan sebuah kantor polisi di Kanpetlet,  menggunakan senapan berburu dan senjata kecil pada Senin, 17 Mei 2021. 

"Pasukan rezim membalas kemudian para penyerang mundur,"  kata juru bicara junta, menambahkan bahwa pihaknya tidak menderita korban dalam serangan itu. 

Di ibu kota negara bagian Hakha, pasukan Tatmadaw menyamar sebagai warga sipil,  dan menggunakan kendaraan non-militer untuk mengangkut bala bantuan,  dan melakukan operasi pembersihan lahan. 

Pihak CDF Hakha telah memperingatkan warga sipil setempat untuk berhati-hati saat berada di luar lalu lintas,  dan menghindari untuk berada di jalan antara pukul 10 malam dan lima pagi karena kritisnya kondisi saat ini.

Warga Bunuh Tiga Tentara

Masih pada Jumat, gerakan perlawanan rakyat di sekitar Kota Demoso, Negara Bagian Kayah, dilaporkan  membunuh tiga petugas polisi dan merebut pos keamanan rezim.

Gerakan ini dinamakan Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (KPDF), yang baru-baru ini dibentuk oleh warga sipil.

Warga  yang mengangkat senjata untuk mempertahankan diri dari serangan militer, menyatakan, terjadi bentrokan di tiga wilayah baik di dalam maupun di luar kota. "Pertempuran berhenti sekitar pukul empat sore pada Jumat," kata pihak KPDF.  

"Tiga polisi tewas dalam bentrokan di kota itu,  dan seorang pejuang perlawanan terluka, meski tidak parah," ujar seorang anggota KPDF. 

Baca Juga: Sergio Aguero Adalah Sejarah Bagi Mancehster City, Berikut Catatan Debutnya Bersama Setan Biru

Ditambahkan, pasukan Tatmadaw pada Kamis, 20 Mei 2021, menembakkan senjata ke perumahan,  dan menangkap 13 orang, termasuk empat pegawai negeri yang membelot dari rezim. 

Keesokan harinya,  militer junta memberondong daerah pemukiman dengan amunisi dan bahan peledak.

“Mereka menembakkan artileri berat terus menerus, kecuali saat istirahat makan. Mereka mengarah ke tempat-tempat yang mereka pikir di situ kami ditempatkan, ”katanya.  “Mereka menyerbu wilayah kami. Mereka mencoba melakukan apa yang mereka lakukan di Loikaw ke Demoso, dan orang-orang di sini menanggapi serangan itu. " 

Pada Maret dan April  2021, Tatmadaw membunuh tiga warga sipil di Loikaw, ibu kota Negara Bagian Kayah, sebagai upayanya meneror orang-orang agar tunduk pada kekuasaannya. 

Dalam bentrokan pada Jumat sore lalu, pihak KPDF merebut tiga pos keamanan dari militer di kotapraja Demoso dan Bawlakhe,  dengan bantuan kelompok etnis bersenjata setempat. 

Pihak KPDF tidak mengungkapkan nama kelompok itu, tetapi Tentara Karenni, sayap bersenjata Partai Progresif Nasional Karenni, aktif di wilayah tersebut.

Terjadi bentrokan pada Kamis pagi  lalu, antara pasukan rezim dan Tentara Karenni di dekat Kota Hpaswang. 

Bom meledak di kantor administrasi kecamatan di Demoso dan di stadion olahraga setempat, Jumat lalu. 

Media pemerintah mengklaim, tiga anggota pasukan keamanan tewas dalam penyergapan oleh 20 'perusuh bersenjata' di Demoso pada Jumat itu. Juga disebutkan, rezim menangkap 15 penduduk setempat, termasuk dua wanita.

 Baca Juga: ATM Gunakan Chip Lebih Aman dari Kejahatan Skimming, Ini Penjelasan Lengkap dan Perbedaan Dengan ATM Magnetik

Dua dari tahanan tewas dalam tahanan rezim selama penyergapan terhadap pasukan keamanan oleh sekitar 80 'teroris',  di dekat Desa Ngwe Taung, tulis media pemerintah. 

Pada Jumat, kota itu hampir sepi setelah penduduk mengungsi ke desa-desa tetangga. “Sembilan dari sepuluh keluarga mungkin sudah melarikan diri. Penduduk dari sebagian besar kelurahan tidak lagi berada di kota,” kata seorang penduduk tanpa menyebut nama. 

Militer mengerahkan sekitar seribu tentara di sepanjang jalan Dawh Ngan Kha di Demoso pada Jumat, menurut penduduk.

Tentara menembak pengendara sepeda motor dan penumpang di jalan, menewaskan salah satu dari mereka. 

Para prajurit itu berasal dari Batalyon Infanteri Ringan 102, menurut anggota KPDF, yang menambahkan bahwa rezim mengirimkan beberapa lusin pasukan ke Demoso sebagai bala bantuan pada Sabtu lalu. 

“Mereka mungkin menyerang kami seperti di Mindat. Yang pasti, kami akan membela diri dengan taktik gerilya,  untuk meminimalisir jatuhnya korban dari kalangan sipil, '' ucapnya. “Rapi, kami akan melawan dari sini. Kami tidak bisa keluar. Ada rumah tempat tinggal,  dan kami tidak bisa membiarkan mereka menempati kota kami."   

Seperti warga sipil yang menjadi pejuang di wilayah Sagaing dan Negara Bagian Chin, pihak KPDF juga dipersenjatai dengan senjata,  yang meliputi senapan berburu tradisional.*** 

 

Sumber: Myanmar Now 

Silakan berdonasi ke media independen yang melawan rezim Myanmar: https://myanmar-now.org/en/donate

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler