Delapan Langkah Cepat Mengatasi Penyakit Epilepsi, Satu di Antaranya Jangan Tahan Gerakan Pasien Ketika Kejang

16 Oktober 2021, 20:59 WIB
Pertolongan Pertama pada Penyakit Ayan Atau Epilepsi yang Wajib Anda Ketahui /Iwan Rahmansyah/Bagikan Berita

 

KALBAR TERKINI - Delapan Langkah Cepat Mengatasi Penyakit Epilepsi, Satu di Antaranya Jangan Tahan Gerakan Pasien Ketika Kejang

Epilepsi atau yang biasa dikenal dengan penyakit ayan merupakan penyakit yang masih dianggap misterius di masyarakat.

Berikut cara cepat mengatasi pasien epilepsi yang bisa dipraktekkan dilansir Kalbarterkini.com dari berbagai sumber. 

Baca Juga: Keajaiban Buah Tin untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit, Kecantikan Hingga Kesuburan Pria

1. Gunakan alat pelindung diri, minimal sarung tangan dan masker

2. Posisikaan pasien yang kejang di tempat datar dan aman, jauhkan benda-benda keras yang bisa melukai pasien

3. Minta pertolongan orang sekitar untuk menghubungi tenaga kesehatan terdekat

4. Jangan tahan gerakan pasien yang kejang

5. Miringkan badan pasien untuk mengeluarkan cairan dari mulut, hindari posisi tubuh telungkup karena akan menghambat pasien bernapas

6. Tunggu kejang sampai reda dan menunggu pertolongan datang

Baca Juga: Apakah Sindrom Stevens Johnson Bisa Disembuhkan? Yuk, Simak Ulasan Tentang Penyakit Langka Ini

7. Jika pasien sudah tidak kejang, posisikan pasien dalam keadaan posisi pulih

8. Hindari memberi minum atau makan dan juga hindari menaruh sendok atau benda lain ke dalam mulut pasien

Penyebab

Epilepsi atau masyarakat banyak menyebutnya ayan merupakan gangguan yang terjadi pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang abnormal.

Epilepsi bisa menimbulkan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak normal, sampai kehilangan kesadaran.

Epilepsi juga merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak, yang berdampak terhadap tumbuh-kembang anak.

Baca Juga: Tukul Arwana Alami Pendarahan Otak, Berikut Penyebab Penyakit Tersebut, di Antaranya Tekanan Darah Tinggi

Epilepsi bisa terjadi pada pria ataupun wanita disetiap ras, etnis, latar belakang dan usia tertentu.

Namun epilepsy biasanya bermula pada usia anak-anak. Epilepsi merupakan salah satu kelainan dengan prevalensi cukup tinggi di antara kelainan neurologis lainnya.

Diperkirakan 70 juta penduduk dunia mengalami epilepsi. Rata-rata insidensi epilepsi adalah 50,4 per 100.000 populasi per tahun.

Negara berpendapatan tinggi (high income countries) memiliki insidensi yang lebih rendah yaitu 45,0 per 100.000 populasi per tahun sementara di negara yang berpenghasilan rendah (low middle income countries) insidensinya 81,7 per 100.000 populasi per tahun.

Baca Juga: 15 Manfaat Daun Binahong Untuk Kesehatan, Mengatasi Berbagai Penyakit Secara Alami, Belum Banyak yang Tahu

Data epidemiologi epilepsi di Indonesia masih terbatas. Estimasi penderita epilepsi di Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalesi 0,5-0,6 persen dari penduduk Indonesia.

Frekuensi terjadinya epilepsi menurut usia di Indonesia juga sangat terbatas.

Namun pada umumnya di negara berkembang sebaran penderita epilepsi banyak pada anak dan dewasa muda dibandingkan kelompok umur lainnya.

Jika hanya terjadi satu kali kejang saja belum dapat disebut dengan epilepsy.

Baca Juga: 13 Tanda Terjangkit Penyakit 'Ain, Pengertian, Dan Cara Pencegahannya Beserta Doa

Sedikitnya harus ada dua kali kejang yang tidak diprovokasi. Epilepsi merupakan serangan kejang paroksismal berulang dua kali atau lebih tanpa penyebab yang jelas dengan interval serangan lebih dari 24 jam, akibat lepas muatan listrik berlebihan di neuron otak.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya epilepsi diantaranya adalah ketidakseimbangan zat kimia yang ada didalam otak, kelainan pada jaringan otak, dan kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut.

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita epilepsi.

Tetapi tidak ditemukan perbedaan ras. Sebagian besar pasien tidak mempunyai riwayat kejang demam sebelumnya dan tidak ada riwayat epilepsi pada keluarga.

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang yang sudah dilakukan, maka ditemukan sebagian besar tergolong epilepsi idiopatik 74,3 persen (tidak diketahui penyebabnya), simtomatik 17,0 persen dan kriptogenik 8,7 persen.

Diagnosis penyakit epilepsi ditegakkan oleh dokter yang memeriksa berdasarkan hasil wawancara medis.

Pemeriksaan fisik (terutama kondisi saraf pasien) dan beberapa tes untuk kondisi yang menunjukkan adanya ketidaknormalan pada aktivitas listrik di otak.

Epilepsi merupakan diagnosis klinis, insidensnya bervariasi di berbagai negara.

Elektroensefalografi (EEG) dikerjakan untuk melihat fokus epileptogenik, sindrom epilepsi tertentu, evaluasi pengobatan, dan menentukan prognosis penyakit.

Pencitraan dilakukan untuk mengetahui adanya fokus epilepsi dan kelainan struktur otak lainnya.

Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto polos kepala, angiografi serebral, computed tomography scan, magnetic resonance imaging dan positron emision tomography (PET).

Dari pemeriksaan CT scan kepala yang dilakukan, didapatkan separuh dari kasus menunjukkan kelainan, persentase yang cukup tinggi karena dilakukan pada pasien epilepsi yang juga mengalami defisit neurologis.

Pemeriksaan CT scan kepala dapat mendeteksi beberapa kelainan struktur otak seperti fokus kalsifikasi, sedangkan MRI kepala dapat melihat kelainan di otak dengan lebih baik terutama kelainan di parenkim otak.

Penelitian lain menyebutkan bahwa pada anak epilepsi ditemukan hasil CT scan kepala abnormal pada sekitar 7 persen  sampai 24 persen kasus.

Sedangkan MRI kepala abnormal ditemukan pada hampir 50 persen epilepsi fokal/parsial.

Lalu apakah benar epilepsi penyakit kutukan? Tentu tidak, epilepsi ialah kelainan pada kerja listrik otak yang membuat seseorang mengalami kejang tiba-tiba.

Di masyarakat juga terkenal bahwa air liur orang epilepsi dapat menular, hal ini tidak tepat, tentu setiap kejadian pada tubuh manusia yang mengeluarkan cairan tubuh seperti darah, air liur, muntah, dan cairan lain memang tidak boleh disentuh karena berisiko kotor banyak kuman dan menginfeksi.

Boleh disentuh dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan (handscoon/plastik/kain lap).

Namun bukan berarti air liur orang epilepsi langsung menularkan penyakit epilepsi.

Yang ada di masyarakat epilepsi atau ayan merupakan penyakit memalukan dan mengerikan.

Ini stigma yang berkembang sampai saat ini, orang epiepsi sebaiknya kita dukung dan support dalam pengobatannya, bukan menjauhi apalagi mengucilkan dalam sosial masyarakat.

Karena penyakit ini bukan seperti penyakit virus yang dapat menular.

Epilepsi bukan penyakit yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, tapi jika tidak diobati dapat berbahaya terhadap pasien tersebut.

Jika tidak ditangani secara tepat, epilepsi bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi diantaranya adalah penderita berisiko mengalami cedera atau trauma saat kejang terjadi hingga kematian (hipoksia) jika kejang terus menerus terjadi.

Pengobatan pada epilepsi bertujuan untuk menstabilkan ketidakseimbangan aktivitas kimia dan listrik dalam otak, dan membantu mengendalikan kejang pada penderita epilepsy.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler