Kenapa Orang Mesir Kuno Tergila-gila dengan Kucing?

20 April 2021, 05:09 WIB
'GILA' KUCING - Orang Mesir kuno dikenal sangat menyukai kucing. Karena tergila-gila dengan kucing, banyak anak perempuan di zaman Mesir kuno diembel-embeli nama 'Mitt' yang artinya 'kucing'./FOTO: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS C/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Orang Mesir kuno dikenal sangat menyukai  kucing. Karena tergila-gila dengan kucing, banyak anak perempuan di zaman Mesir kuno diembel-embeli nama 'Mitt' yang artinya 'kucing'.

Artefak yang ditemukan semuanya bertema kucing, baik patung besar hingga perhiasan yang rumit. Artefak-artefak ini bertahan ribuan tahun sejak firaun memerintah di wilayah Sungai Nil.

Orang Mesir kuno bahkan membuat mumi kucing yang tak terhitung jumlahnya. Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Live Science, Minggu, 18 April 2021, mereka bahkan menciptakan pemakaman khusus hewan peliharaan pertama yang diketahui di dunia.

Sebuah kuburan berusia hampir dua ribu tahun yang ditemukan,  sebagian besar menampung mumi kucing yang mengenakan besi mahal dan kalung manik-manik.

Baca Juga: PSV Eindhoven Berduka: Selamat Jalan 'Shoot Willy'

Baca Juga: Mumi Ramses II dan Nefertari akhirnya Dipajang di Museum Mesir

Baca Juga: Rukun dan Syarat Wajib Puasa, Pahami Agar Puasa Anda Sesuai Syariat

Tetapi,  mengapa kucing sangat dihargai di Mesir kuno? Mengapa, menurut sejarawan Yunani kuno Herodotus, orang Mesir mencukur alis sebagai tanda penghormatan saat berduka karena kehilangan seekor kucing keluarga?

Sebagian besar penghormatan ini karena orang Mesir kuno  yakin bahwa dewa dan penguasa mereka memiliki kualitas seperti kucing. Hal ini erungkap dalam pameran pada 2018 tentang pentingnya kucing di Mesir kuno. Pameran  ini digelar di Museum Nasional Seni Asia Smithsonian di Washington, AS.

Secara khusus, kucing dipandang memiliki dualitas temperamen yang diinginkan. Di satu sisi, kucing bisa menjadi pelindung, setia,  dan mengasuh. Tetapi di sisi lain, kucing bisa menjadi garang, mandiri, dan galak.

Bagi orang Mesir kuno, dualitas ini  membuat kucing menjadi makhluk yang khusus sehingga patut diperhatikan.  Hal ini mungkin juga menjelaskan mengapa mereka membangun patung mirip kucing.  

Patung raksasa Sphinx dibangun di Giza, sebuah monumen sepanjang 73 meter,  yang memiliki wajah manusia,  dan tubuh singa.   Keberadaan patung ini, mungkin adalah contoh paling terkenal dari monumen semacam itu, meskipun kalangan sejarawan tidak begitu yakin mengapa orang Mesir bersusah payah mengukir Sphinx.

Demikian juga dewi yang kuat, Sakhmet (juga dieja Sekhmet), digambarkan memiliki kepala singa di tubuh seorang wanita. Sekhmet  dikenal sebagai dewi pelindung, terutama pada saat-saat transisi, termasuk fajar dan senja.

Dewi lain, Bastet, sering digambarkan sebagai singa atau kucing sehingga orang Mesir kuno percaya bahwa kucing adalah mahluk yang suci.  

Kucing,  kemungkinan pula dicintai karena kemampuannya berburu tikus dan ular. Kucing sangat dipuja,  sehingga orang Mesir kuno menamai anak-anak mereka dengan kucing. Termasuk nama  Mitt (yang berarti kucing) untuk anak perempuan, menurut Universitas College London.  

Tidak jelas kapan kucing peliharaan muncul di Mesir, tetapi para arkeolog telah menemukan penguburan kucing yang berasal dari tahun 3800 SM, menurut laporan Live Science sebelumnya.

Sisi Jahat Memelihara Kucing

Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa obsesi ini tidak selalu baik. Sebab, ada bukti dari sisi yang lebih jahat dari daya tarik kucing Mesir kuno.

Ada kemungkinan,  seluruh industri  dikhususkan untuk pembiakan jutaan anak kucing yang akan dibunuh dan dimumikan,  sehingga orang dapat dikuburkan di samping mereka. Fenomena ini sebagian besar terjadi pada sekitar 700 SM dan 300 Masehi.  

Lewat sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2020 di jurnal Scientific Reports, para ilmuwan melakukan pemindaian mikro-CT sinar-X di  mumi hewan termasuk kucing. Hal ini memungkinkan mereka untuk melihat secara mendetail struktur kerangka,  dan bahan yang digunakan dalam proses mumifikasi. 

Ketika para peneliti mendapatkan hasilnya, terungkap bahwa  kucing  itu jauh lebih kecil dari yang diperkirakan.

"Itu adalah kucing yang sangat muda, tetapi kami tidak menyadarinya sebelum melakukan pemindaian,  karena begitu banyak mumi. Sekitar 50 persen darinya dibuat dari pembungkus," kata penulis studi,  Richard Johnston, seorang profesor peneliti dari Uiversitas Swansea, Inggris.  

“Ketika kami melihatnya di layar, kami menyadari bahwa kucing itu masih muda ketika mati. Umurnya kurang dari lima bulan, ketika lehernya sengaja dipatahkan," lanjutnya.

 "Itu sedikit mengejutkan," lanjut Johnston.

Konon, praktik mengurbankan kucing,  bukanlah hal yang langka.

"Mereka sering dipelihara untuk tujuan itu," kata Johnston. "Ada  peternakan yang didedikasikan untuk menjual kucing."  

Kucing juga dipersembahkan sebagai pengorbanan  kepada dewa Mesir kuno. Menurut Mary-Ann Pouls Wegner, seorang profesor arkeologi Mesir di Universitas Toronto, persembahan itu merupakan sarana untuk menenangkan, atau mencari bantuan dari dewa selain doa lisan.***   

 

Sumber: Live Science

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler