Awas, Olahraga Berlebihan Berisiko Picu Stres

25 Februari 2021, 22:38 WIB
PICU STRES - Tapi sebuah studi baru menunjukkan,olahraga bisa sangat efektif pemicu stres, depresi, dan kesulitan tidur./PIXABAY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI -  Olahraga telah lama menjadi cara potensial untuk mengurangi  pemicu migrain. Tapi sebuah studi baru menunjukkan,olahraga bisa sangat efektif pemicu stres, depresi, dan kesulitan tidur.

"Ini adalah hubungan yang kompleks, tetapi kami tahu bahwa olahraga, secara umum membantu meningkatkan tingkat neurotransmiter yang baik, seperti dopamin, norepinefrin, serotonin," kata   Dr. Mason Dyess, dosen senior di Fakultas Kedokteran Universitas Washington.  

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Web MD, Rabu, 24 Februari 2021, Dyess mengaku bahwa olahraga memang dapat mengurangi sakit kepala, tetapi juga suasana hati akan menjadi lebih baik secara keseluruhan. Olahraga juga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan membantu pengelolaan berat badan untuk pengendalian migrain yang lebih baik. 

Baca Juga: Aduh 'Mak', Ini Tren Busana Pria 2021 versi Blueberry!

Studi tersebut melibatkan lebih dari 4.600 orang yang didiagnosis dengan migrain. Sekitar 75 persen di antara mereka diserang 15 kali migrain bahkan lebih dalam sebulan. Sebanyak 25 persen lainnya mengalami 14 kali atau kurang.  Peserta studi menyelesaikan kuesioner tentang karakteristik migrain, tidur, depresi, stres, dan kecemasan.

Mereka juga menjawab pertanyaan tentang seberapa banyak olahraga yang dilakukan setiap pekan, joging, jalan cepat, bersih-bersih atau bersepeda.  Peneliti membagi peserta menjadi lima kelompok, berdasarkan frekuensi olahraga, yang berkisar lebih dari 150 menit per pekan. Ini merupakan jumlah minimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).  

Peserta yang berolahraga lebih sedikit dari yang direkomendasikan, ternyata mengalami peningkatan depresi, kecemasan, dan masalah tidur. Peneliti menemukan, 47 persen orang yang tidak berolahraga mengalami depresi. 39 persen mengalami kecemasan, dan 77 persen mengalami masalah tidur. 

Baca Juga: Lestari: Semua Warga Berhak Dapat Vaksin Covid-19, Utamakan Difabel

Sebagai perbandingan, sekitar 25 persen dari kelompok yang paling aktif mengalami depresi, 28 persen mengalami kecemasan, dan 61 persen mengalami masalah tidur. Studi tersebut juga menemukan hubungan antara olahraga dan frekuensi sakit kepala.  

Di kelompok yang malas berolahraga, lima persen mengalami sakit kepala nol hingga empat hari sebulan. Sementara jumlah yang lebih banyak, yakni minus 48 persen, mengalami 25 kali sakit kepala atau lebih per bulan. Sedangkan di kelompok yang kencang berolahraga, justru 10 persen mengalami frekuensi sakit kepala rendah, dan 28 persen mengalami frekuensi sakit kepala yang tinggi.

Itu sebabnya Dr Mark Green, anggota Dewan Perawatan Kesehatan Yayasan Sakit Kepala AS yang juga seorang profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, Kota New York, menyarankan supaya para penderita migrain berhati-hati terkait rutinitas olahraga mereka. 

Baca Juga: Ingin Miliki Tubuh Ideal Ala Maria Vania, Ini Tips Sehatnya yang Bisa Anda Ikuti

"Konsistensi adalah kuncinya, apakah itu menyangkut olahraga atau aktivitas lain yang dapat bermanfaat. Misalnya, mengontrol kafein, jam bangun dan tidur, makan dan hidrasi,"  kata Green. 

Disarankan supaya pasien memulai rutinitas berjalan di atas treadmill sejauh 3 1/2 mil, dengan kemiringan empat derajat setiap hari. Direkomendasikan pula untuk meningkatkan sudut, bukan kecepatan, jika seseorang menginginkan lebih banyak latihan.  

"Secara umum, migrain dipengaruhi oleh gen. Sebagai contoh, jika Anda menderita migrain, anak Anda memiliki risiko 50 persen terkena migrain. Jika kedua orang tuanya menderita migrain, risikonya sekitar 80 persen anak terkena migrain," kata Green.*** 

 

Sumber:  Web MD

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler