Seandainya saja, Widya mengatakan keganjilan itu kepada Wahyu, menolak pertolongan mereka, menolak pemberian mereka.
Mungkin jalan cerita semua ini akan benar-benar berbeda, bisa saja. Justru, penolakan seperti itu akan mendatangkan bala (bencana) bagi mereka.
Apapun itu, Widya sudah mengerti satu hal, ada hubungan yang secara tidak langsung tentang dirinya dan sang penari.
Malam itu, Widya baru selesai melihat prokernya yang dibantu beberapa warga desa.
Ketika langit sudah gelap gulita, Widya menyusuri jalan setapak desa.
Seperti biasa, suara binatang malam mulai terdengar, ia terus berjalan sampai melihat rumah tempat mereka menginap.
Seharusnya yang lain sudah ada di rumah, entah mencicil laporan proker atau mungkin sejenak beristirahat.
Namun anehnya, lampu petromax yang seharusnya menyala di depan rumah, mati, membuat rumah itu terlihat lebih sunyi, kelam, dan mengerikan. Seolah rumah itu memanggil namanya.
Wes biasa, batin Widya, memantapkan hatinya. Rumah ini memang masih terbilang baru bagi Widya dan yang lainnya.
Namun, tempo hari, mendengar bahwa ada penunggu di belakang rumah, membuat Widya kadang tidak tenang, dan beberapa kejadian ganjil hampir pernah Widya alami.