Tidak pernah disangka, jalan masuk hutan, lebih gelap ketika petang sudah mulai menjelang.
Cahaya motor yang dikendarai Wahyu menembus kegelapan malam, kilasan pohon hutan di samping kiri kanan jalan menjadi pemandangan tak terelakkan.
Hanya suara motor yang mampu menghidupkan sepi senyap di sepanjang jalan, karena benar saja, tak ditemui satupun pengendara lain di sini.
Wahyu mencoba mencairkan suasana dengan berandai-andai bagaimana bila motor mogok atau ban meletus di tengah antara hutan ini sementara belum ditemui satupun pengendara yang lewat.
Widya hanya menanggapi kecut, takut bila pengandaian Wahyu terjadi pada mereka, dan benar saja, motor mereka ngadat tepat setelah Wahyu mengatakan itu.
Widya, diam seribu bahasa, hal kurang pintar dari manusia sejak dulu kala adalah memikirkan sesuatu yang buruk di kondisi yang buruk yang bahkan tidak seharusnya mereka lakukan manakala doa bisa saja dikabulkan sewaktu-waktu.
"Mlaku o disek, ben aku isok nyawang awakmu (jalan saja dulu, biar aku bisa tetap memantau kamu)," kata Wahyu.
Sudah tidak tahan mendengar berapa kali kata "goblok" keluar dari mulut Widya, sepanjang mereka berjalan sendirian menyusuri jalan ini sembari mencoba menstarter motor.
Entah berapa lama mereka berjalan, dan masih belum ditemui satupun pengendara yang dimintai pertolongan.
Wahyu masih melihat Widya, berjalan sendirian di depan, tak sekalipun wajahnya menengok Wahyu seolah Wahyu sudah melakukan kesalahan paling fatal, yang pernah Wahyu buat. Sampai, langkah kakinya berhenti.