25 Rekomendasi Film Perjuangan Bangsa Indonesia Untuk Memeriahkan Kemerdekaan RI ke-76, Berikut Linknya

13 Agustus 2021, 08:24 WIB
25 Rekomendasi Film Perjuangan Bangsa Indonesia Untuk Memeriahkan Kemerdekaan RI ke-76 /Instagram/

KALBAR TERKINI - Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 masih dalam suasana pandemi Covid-19.

Untuk memeriahkan perayaan Kemerdekaan RI ke-76, ada 25 rekomendasi film Perjuangan bangsa Indonesia yang bisa di tonton di berbagai platform.

Baca Juga: BRI Resmi menjadi Title Sponsor Liga 1 musim 2021/2022 yang Rencananya Mulai Digelar 27 Agustus 2021

Karena momen di bulan Agustus inilah, sangat cocok untuk mengembalikan semangat bangsa melalui tontonan yang bernilai kemerdekaan.

Terlebih masa pandemi Covid-19 masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan di rumah tidak seperti beberapa tahun sebelum Corona melanda, yang diisi banyak kegiatan lomba perayaan kemerdekaan RI.

Film-film ini juga hadir dengan berbagai tokoh sentral seperti Soekarno atau juga tokoh-tokoh minor yang jarang sekali namanya terekspos, seperti tokoh Johan dalam film The East. Film-film tersebut bisa menjadi salah satu bahan edukasi untuk mengajarkan sejarah kepada generasi muda.

Berikut film tentang perjuangan Indonesia yang dirangkum KalbarTerkini.com dari berbagai sumber :

1. The East

Film The East atau yang berjudul asli De Oost ini merupakan film Belanda yang berlatar perang Belanda-Indonesia pada 1946.

Film ini menceritakan seorang prajurit bernama Johan yang kagum dengan Kapten Angkatan Darat Raymond Westerling, pimpinan kontra pemberontakan gerilyawan Indonesia, sejenis pasukan khusus yang dibentuk KNIL.

Selain itu, Westerling juga terkenal sebagai pimpinan pembantaian massa ribuan warga sipil di Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 1056-1947. Film ini menyorot perasaan Johan melihat semua hasil dari perang yang telah ia lakukan.

Film ini dirilis resmi pada 13 Mei 2021 di Prime Video dan saat ini sudah bisa ditonton di layanan streaming Mola TV.

2. Soekarno

Film Soekarno merupakan film biopik yang menceritakan kehidupan Soekarno sejak masa kecil hingga ia dikenal sebagai tokoh pergerakan Indonesia.

Film ini menggambarkan gagasan Soekarno tentang Indonesia merdeka dari pemerintah kolonial Belanda melalui pembelaannya saat sidang di penjara kolonial.

Pembelaannya tersebut kemudian terkenal sebagai salah satu bukunya yang berjudul Indonesia Menggugat.

Diperankan oleh Ario Bayu dan Maudy Koesnaedi, film ini diproduksi pada 2013 dan kembali hadir di Netflix pada 12 Agustus 2021.

3. Sang Kiai

Berlatar pendudukan Jepang pada 1942, film Sang Kiai hadir menceritakan sumbangsih KH. Hasyim Asyari dari Nahdlatul Ulama saat masa perjuangan Indonesia merdeka.

Dalam film ini, KH. Hasyim Asyari digambarkan sebagai ulama karismatik yang mempunyai daya untuk menggerakkan jamaah santrinya.

Selain itu, dalam film ini juga diceritakan bagaimana Presiden Soekarno meminta bantuan dan dijawab oleh KH. Hasyim Asyari dengan Resolusi Jihad.

Peristiwa inilah yang kemudian menjadi patokan peringatan Hari Santri Nasional.

Film yang bertabur bintang seperti Christine Hakim, Ikranagara, Agus Kuncoro, Adipati Dolken dan Dimas Adutya ini kembali hadir di Netflix pada 12 Agustus 2021.

https://youtu.be/X0hqoQCY5ks

 4. Sang Pencerah

Sang Pencerah merupakan film yang mengisahkan kehidupan Ahmad Dahlan saat awal-awal membentuk Muhammadiyah. Film ini menggambarkan bagaimana Ahmad Dahlan mengambil celah dalam sistem sekolah yang dibentuk oleh pemerintah Belanda.

Ia sempat dianggap kyai kafir karena membuka sekolah seperti sekolah modern Belanda dan mengajarkan pelajaran agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.

Sang Pencerah yang disutradarai Hanung Bramantyo ini kembali hadir di Netflix pada 12 Agustus 2021.

https://youtu.be/iVy5JEbJkDw

5. Cut Nyak Dhien (Versi Restorasi)

Cut Nyak Dhien merupakan film yang disutradarai oleh Eros Djarot dan menjadi pemenang dalam Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Film ini kembali hadir dengan melakukan restorasi pada film setelah 33 tahun tayangan perdananya.

Film ini menceritakan perjuangan Cut Nyak Dhien selama Perang Aceh yang berlangsung selama 31 tahun. Film Cut Nyak Dhien (Versi Restorasi) yang diperankan Christine Hakim, ditayangkan di bioskop pada 20 Mei 2021 dan saat ini dapat ditonton kembali di Mola TV.

https://youtu.be/SAwotI6iGnA

Baca Juga: Bioskop Trans TV, Sinopsis Playing for Keeps, Film Bertema Olahraga tayang di Malam Ini, Kamis, 12 Agustus 202

6. Kartini

Film Kartini pada 2017 lalu merupakan film ketiga yang mengisahkan kehidupan Kartini yang pernah tayang di layar kaca Indonesia.

Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini mengisahkan kehidupan ningrat Kartini dan impiannya untuk perempuan-perempuan pada zamannya agar bisa bersekolah dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Dalam film ini juga disorot surat-menyurat Kartini dengan Nyonya Abendanon di Belanda. Surat-surat tersebut kelak dibukukan oleh Mr. JH Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan Pemerintah Hindia-Belanda yang berjudul Door Duisternis tot Licht, Gedachten van RA Kartini.

Pemeran dalam film ini yakni Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Ayushita Nugraha, Cristine Hakim dan pemain lainnya.

https://youtu.be/JEl44-MAX74

7. Sultan Agung: Harta, Perjuangan dan Cinta (Netflix)

Sultan Agung: Harta, Perjuangan dan Cinta mengisahkan Raden Mas Rangsang yang mesti menggantikan posisi ayahnya, Panembahan Hanyokrowati untuk menjadi Sultan Agung.

Padahal, saat itu usianya masih remaja yang masih asyik bermain bersama teman-temannya. Namun, tugas tersebut mesti ia ambil dan ia punya tanggung jawab menyatukan kembali kadipaten-kadipaten di tanah Jawa setelah dirusak oleh politik pecah belah VOC.

Film yang terinspirasi dari kisah kepahlawanan Sultan Agung ini diperankan Ario Bayu, Anindya Putri, Putri Marino, Christine Hakim, Meriam Bellina, Deddy Sutomo, Lukman Sardi dan pemain bintang lainnya.

8. Pedjuang

“Pedjuang” adalah judul Film karya Usmar Ismail yang di buat tahun 1960. Film ini bercerita tentang Amin (Rendra Karno) seorang Letnan yang memimpin sebuah peleton untuk mempertahankan sebuah jembatan yang sangat strategis.

Dibalik pasukan itu, berlindung sejumlah pengungsi termasuk Irma (Chitra Dewi), anak keluarga menengah yang sinis terhadap pejuang kemerdekaan.

Diam-diam Amin dan Irma menjalin kasih tanpa sepengetahuan orang lain. Disamping itu, Sersan Mayor Imron (Bambang Hermanto) juga menaruh hati pada Irma. Hingga suatu hari Amin terluka dan menyerahkan pimpinannya kepada Imron.

Dibalik penyerahan kepemimpinan tersebut, Kopral Seno (Bambang Irawan) mencurigai Imron yang dianggap berniat menyingkirkan Amin untuk mendapatkan Irma. Demi membuktikan bahwa kecurigaan Kopral Seno tidaklah benar, Imron melakukan operasi pembebasan Amin dari tawanan Belanda.

Pada akhirnya Amin berhasil bebas namun Imron tewas dalam operasi pembebasan tersebut. Irma pun setia menemani Amin meski kondisi Amin sekarang hanya memiliki mata dan kaki satu.

Produser : Usmar Ismail
Sutradara : Usmar Ismail
Penulis : Usmar Ismail
Pemeran : Bambang Hermanto, Chitra Dewi, Rendra Karno, Bambang Irawan, Farida Arriany, Ismed M Noor, Lies Noor, Wolly Sutinah, Ariati, Hamidy T Djamil, Soendjoto Adibroto, Pitrajaya Burnama, Mansjur Sjah

https://youtu.be/uYu6Raflbe4

9. Enam Djam Di Jogja

Enam Djam di Jogja yaitu film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1951 yang disutradarai Usmar Ismail.

Film hitam-putih ini dibintangi ditengahnya oleh Del Juzar, R. Sutjipto dan Aedy Moward. Film ini yaitu flm kedua yang diproduksi oleh PERFINI.

Film ini mendulang kesuksesan akbar di Indonesia dan terus ditayangkan di TVRI sampai tahun 1980-an.

Setelah Yogyakarta didiami Belanda (Desember 1948), pasukan Republik Indonesia memperagakan perang gerilya. Pada suatu ketika Yogya diserbu dan bisa didiami, walau cuma selama enam jam.

"Penyerangan negara Oemoem" pada 1 Maret 1949 itu sekedar menunjukkan untuk alam internasional, bahwa RI sedang punya daya, dan tak (belum) hancur seperti dipropagandakan Belanda.

Film ini dengan sadar melukiskan peristiwa nyata terkenal dalam sejarah revolusi Indonesia itu dengan cara fiktif, karena merasa dokumen-dokumen yang telah tersedia sedang belum lengkap dan takut menyinggung beragam pihak.

Yang dilukiskan yaitu kerja sama sela rakyat, tentara dan pemerintah. Meski fiktif, tapi fakta nyata menjadi acuannya. Dan kisah disuguhkan semakin dari sisi rakyat atau tentara yang berpangkat rendah.

Tekanan Belanda membikin rakyat menderita dan berbagi sikap. Telah tersedia yang mendukung perjuangan tentara, telah tersedia yang menggerutu.

Tentara yang memeras rakyat pun sekilas dilukiskan. Kesukarannya yaitu menyatu padukan sikap, gerakan dan menegakkan disiplin seluruh bagian gerakan. Telah tersedia juga terselip kisah cinta.

Tak telah tersedia tokoh yang menonjol dalam kisah, karena begitu banyak pihak yang diceritakan sedikit-sedikit, karena yang jadi tujuan memang pelukisan peristiwa itu secara global.

Pemerannya seperti R.D. Ismail, Del Juzar, Aedy Moward, Agus Muljono, dan M. Sani.

https://youtu.be/AQ-wFgLD6iY

10. Janur Kuning

Kisah peperangan di Yogya yang kemudian terkenal dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret, yang melibatkan banyak tokoh yang kemudian berjasa, seperti Soeharto dan Sudirman.

Film kolosal ini mengetengahkan perjuangan fisik di sekitar penyerbuan lapangan udara Maguwo oleh Belanda, dan perebutan kota Yogya yang dipimpin oleh Letkol Soeharto. Tokoh inilah yang menjadi tokoh sentral dan banyak diceritakan perannya dalam perang itu. Namun, ia tak sampai menjadi tokoh utuh, karena karakternya disampaikan hanya satu sisi saja.

Film panjang yang dibuat tahun 1979 ini lebih bersifat dokumentasi

Film dengan biaya termahal di zamannya, sekitar Rp 375 juta. Sempat macet sebulan saat shooting, karena kehabisan biaya.

Produser : Abbas Wiranatakusuma
Sutradara : Alam Surawidjaja
Penulis : Syafnizal Durab, Arto Hady
Pemeran : Kaharuddin Syah, Deddy Sutomo, Dicky Zulkarnaen, Dian Anggrianie D, Nuniek Kardjono

https://youtu.be/LaaUlGKp4Zs

Baca Juga: Sinopsis Transformers Age of Extinction, Tayang di Bioskop Trans TV Malam ini, Saatnya Optimus Beraksi

11. Serangan Fajar

Kisah perang kemerdekaan, menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di daerah Yogyakarta.

Peristiwa-peristiwa patriotik itu di antaranya penaikan bendera Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markas Jepang di Kota Baru, penyerbuan lapangan terbang Maguwo dan serangan beruntun di waktu fajar ke daerah sekitar Salatiga, Semarang.

Dalam peristiwa itu tampil para pemimpin seperti Sri Sultan Mangkubuwono IX dan Soeharto (Antonius Yacobus). Temon (Dani Marsuni), anak laki-laki kecil yang masih lugu tampil di sela-sela perang bersama neneknya (Suparmi).

Dia selalu menanyakan ayahnya yang sudah tiada. Seorang pejuang (Charlie Sahetappy) telah menjadi figur ayahnya. Romo (Amoroso Katamsi)dari keluarga bangsawan ikut gigih membantu pejuang.

Sementara istrinya selalu takut kehilangan kasta sebagai bangsawan, karena salah satu anaknya menjalin cinta dengan seorang pemuda pejuang dari rakyat jelata.

Dalam peredarannya, film ini diperpendek oleh produsernya menjadi sekitar 120 menit.

Meraih piala Citra FFI 1982, untuk Film, Cerita, Pemeran Pembantu Wanita (Suparmi), Artistik, Musik, Sutradara. Mendapat Piagam Penghargaan Khusus, FFI 1982, untuk Pemeran Anak-anak (Dhani Marsumi).

Merupakan film unggulan, FFI 1982, untuk Skenario, Pemeran Pembantu Pria (Amoroso Katamsi), Fotografi

https://youtu.be/n3rM6bvdb7I

12. Pasukan Berani Mati

Film tahun 1982 ini menceritakan sebuah romantika perang revolusi kemerdekaan. Ada penduduk gagah berani, ada maling yang jadi nekat, ada dendam, ada tentara kecut tapi lalu nekat, ada pengkhianat, ada pedagang yang hanya mementingkan diri. Sebuah gambaran klise.

Batalyon pimpinan Kapten Bondan yang menyatu dengan rakyat bergerilya hingga merepotkan Belanda.

Dengan berbagai upaya termasuk kelicikan, Belanda akhirnya bisa tahu tempat persembunyian batalyon itu. Maka porak-porandalah batalyon itu diserbu. Kapten Bondan meninggal.

Sisa enam pasukannya dan seorang penduduk yang selalu mendukung perjuangan tentara secara spontan membentuk pasukan berani mati. Mereka menyerbu markas Belanda dan ganti memorak-morandakan markas itu dengan imbalan kematian nekat mereka.

Sutradara : Imam Tantowi
Penulis : Imam Tantowi, Subagio Samtani
PemeranDicky Zulkarnaen, Rini S Bono, Dana Christina, Roy Marten, Eva Arnaz

https://youtu.be/NTXwTUF759E

13. Jendral Sudirman


Pada film ini, cerita berfokus pada perjuangan Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Jenderal Soedirman bersama kelompok kecil yang terdiri dari tentara dan dokter pribadinya melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama 7 bulan.

Di saat itu para pemimpin politik sedang berlindung di Keraton Kesultanan setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada Agresi Militer II.

Jenderal Soedirman berjuang dalam keadaan sakit parah yakni paru-paru sebelah terluka, tetapi dengan semangatnya, sang Jenderal terus melakukan perjuangan sebagai rasa cintanya pada tanah air.

Kerja sama antara TNI dan rakyatlah yang akhirnya memenangkan perang, yang membuat Belanda akhirnya menghentikan Agresi Militernya dan mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara utuh.

Dengan ditanda tangani perjanjian Roem-Royen. kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia seutuhnya. Setelah Bung Karno dan Bung Hatta kembali dari pengasingan, Jenderal Soedirman mengembalikan pemerintahan darurat milter ke pemerintah yang sah di bawah pimpinan Soekarno Hatta.

https://youtu.be/uEVhuECnWpQ

14. Kereta Api Terakhir

Film yang dibuat 1981 ini, bercerita mengenai kisah dengan latar belakang gagalnya Perjanjian Linggarjati, yang tentu didekati dengan sikap romantik, baik terhadap kepahlawanan, maupun kisah cinta di baliknya.

Markas Besar tentara di Yogya memutuskan untuk menarik semua kereta api yang ada ke Yogya. Alat angkut ini penting untuk transportasi. Untuk itu ditugaskan Letnan Sudadi, Letnan Firman, dan Sersan Tobing untuk mengawal semua kereta yang akan diberangkatkan dari stasiun Purwokerto, dengan kerja sama Kol. Gatot Subroto.

Sudadi mengawal kereta yang pertama, Firman dan Tobing mengawal kereta terakhir.

Perjalanan kereta terakhir yang penuh hambatan ini yang jadi pokok cerita: pengungsi yang memadati kereta, serangan-serangan Belanda, dll.

Diutarakan juga kepahlawanan para pegawai kereta api, terutama kondektur Bronto. Dan diselipkan kisah cinta antara Firman dan dua Retno yang ternyata merupakan gadis kembar.

Produser : G Dwipayana
Sutradara : Mochtar Soemodimedjo
Penulis: Mochtar Soemodimedjo, Pandir Kelana
Pemeran : Rizawan Gayo, Pupung Harris, Bangun Sugito, Soendjoto Adibroto, Deddy Sutomo

https://youtu.be/m-Iql9SkIYI

15. Perawan di Sektor Selatan

Karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan republik sampai ibunya meninggal, Laura memihak Belanda dan diselundupkan sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di Sektor Selatan, suatu kawasan pedalaman terpencil.

Laskar rakyat ini selalu merepotkan Belanda. Laura menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota Laskar yang ditawan Belanda.

Beliau sukses membikin diperebutkan beberapa anggota Laskar, sementara selang Wira dan Kobar (Lahardo), juga terjadi pertentangan karena sikap Kobar yang bermain babat, senang perempuan dan berjudi.

Konflik ini memuncak dengan pengepungan Kobar atas markas Wira. Melihat situasi ini, lewat penghubungnya Laura mengundang pesawat Belanda menyerbu dan melepaskan berbakat perang urat syaraf yang ditawan Wira.

Merasa dikenal penyamarannya, Laura lari dan belakangnya tewas di pelukan Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang dicintainya.

Laura yang jadi titik sentral kisah, paling lengkap informasinya, yang disampaikan dengan cara sorot balik pada adegan-adegan penting.

Film tahun 1971 ini dimainkan oleh Farida Oetoyo - Laura, Kusno Sudjarwadi - Kapten Wira, Lahardo - Kobar dan Dicky Zulkarnaen - Rengga.

https://youtu.be/3ydcX27I1pI

Baca Juga: 8,8 juta KPM Siap Terima Bantuan Pemerintah pada PPKM Tahap II, Buwas : Ini Misi Negara, Bukan Misi Bisnis

16. Merdeka atau Mati Surabaya 1945

Setelah Jepang kalah perang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pasukan Jepang masih tetap berada di Indonesia.

Film ini menceritakan mengisahkan tentang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dengan pergerakan pemuda yang bertekad mengusir Jepang dari Indonesia.

Dibintangi oleh Nyoman Suwandi, Sasatyo Wilutomo, Leo Kristi, Juari Sanjaya, Usman Effendy dan Tuty Kusnandar.

https://youtu.be/3KEha73m3Vs

17. Ketika Bung Karno di Ende

Film tentang Soekarno saat diasingkan di Ende dan merumuskan Pancasila.

Para pemain yang tampil dalam film ini di antaranya Baim Wong, Paramitha Rusady, Niniek L Karim, Tio Pakusadewo, dan Hans de Kraker.

Ketika Bung di Ende berada dalam arahan sutradara Viva Westi dengan Tubagus Deddy membantu dalam hal penulisan naskah. Film berdurasi 131 menit ini rilis pertama kali tahun 2013.

Ini salah satu serpihan kisah Soekarno. Kala itu, sekitar tahun 1934, akibat kegiatan politik yang meresahkan Belanda, Soekarno diasingkan ke Ende.

Soekarno pergi bersama istri Inggit Garnasih yang merupakan anak Ratna Djuami alias Omi. Dia juga pergi bersama dengan ibu mertuanya Amsi. Layaknya masa pengasingan, kehidupan terasa sulit.

Pada masa awal-awal, rakyat setempat tidak berani bertegur-sapa dengan Soekarno. Saat pergi kemana-mana, dia juga mendapat pengawalan dari polisi.

Hidup Soekarno terkekang secara badaniah. Namun, seiring berjalannya waktu, Soekarno melakukan berbagai penyesuaian dan adaptasi. Pertama dia mulai dengan mengadakan pengajian.

Soekarno juga banyak membaca di perpustakaan pastoran Ende. Di tempat itu pula dia banyak berdiskusi dengan Pastor Huytink.

Pastor Huytink pernah meramalkan bahwa suatu hari nanti Soekarno akan menjadi presiden. Saat Soekarno bermasalah dengan menggelar sandiwara dengan naskah buatannya berjudul Rahasia Kelimoetoe dan Indonesia 1945, Pastor Huytink ini pula yang membelanya.

Dalam masa pengasingan ini, Soekarno banyak merenungkan beberapa hal, termasuk konsep dasar negara, Pancasila.

Saat Soekarno sakit keras, Inggit menulis surat kepada MH Thamrin. Dia meminta agar Soekarno segera dipindahkan. Berkat bantuan Thamrin, Soekarno pindah ke Bengkulu setelah empat tahun di Ende.

https://youtu.be/eP66pvW06vg

18. Kartini (1982)

Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Jepara tanggal 21 April 1879. Ayahnya R.M. Aryo Sosroningrat, wedana Jepara dan ibunya Mas Ayu Ngasirah, selir ayahnya.
Kartini mendapat pendidikan yang sama seperti adik-adiknya maupun kakak-kakaknya lain ibu. Berkat pendidikan dan rajinnya membaca, seperti buku terbitan Belanda, Max Havelaar, Kartini mulai melihat kenyataan aneh di lingkungannya.

Di kabupaten hidupnya dirasakan berlebihan, sementara di luar untuk sesuap nasi para wanita harus bekerja berat. Ibunya sendiri tidak berhak untuk makan bersama dengan ayahnya.

Kartini merasakan dilingkupi kesewenangan laki-laki. Jiwanya menjerit. Terlebih setelah ia menginjak dewasa. Kartini bersama saudara-saudara perempuan lainnya harus menjalankan kebiasaan dipingit.

Hal ini kemudian mendapat protes keras dari teman Kartini, suami-istri Asisten Residen dan Residennya sendiri. Mereka berhasil mengeluarkan Kartini, Kardinah, dan Rukmini dari pingitan.

Kartini lalu bisa mengajarkan membatik kepada para wanita sekitarnya. Kartini dan Kardinah kemudian mendirikan sekolah di Kabupaten Jepara untuk memajukan kaumnya. Sekolah ini mendapat sambutan dari wanita-wanita, baik kaum ningrat maupun rakyat jelata.

Ketika cita-cita Kartini sebagian sudah terwujud, ia dipinang oleh Bupati Rembang Djojoadinigrat. Lamaran itu sebenarnya tidak dia inginkan, karena takut cita-citanya kandas, tetapi tidak lazim menolak lamaran seorang ningrat.

Kartini akhirnya menerima lamaran itu dengan syarat, agar suaminya membolehkan Kartini meneruskan cita-citanya. Bupati Djojoadiningrat akhirnya menyetujui syarat tersebut. Kartini kemudian kawin dengan Bupati Djojoadiningrat, setelah istrinya, Soekarmilah, meninggal. Sjuman mendekati kisah populer ini dengan sikap romantik.

Produser : Harris Lasmana
Sutradara : Sjuman Djaya
Penulis : Sjuman Djaya
Pemeran : Jenny Rachman, Wisnu Wardhana, Nani Widjaja, Bambang Hermanto, Adi Kurdi

https://youtu.be/D9WaEzcg1IE

19. Senja Merah di Magelang

Menceritakan sebuah kisah heroik ketika penembakan rakyat oleh tentara Jepang ketika proses pengibaran Bendera Merah Putih di Gunung Tidar.

Kemudian, pelucutan senjata tentara Jepang, protes terhadap perusakan plakat merah putih oleh tentara Jepang, perlawanan terhadap Sekutu di Magelang dan pada puncaknya film ini pada pembantaian masyarakat di Kampung Tulung oleh tentara Jepang.

Film berdurasi selama 1 jam 04 menit tersebut melibatkan 120 personil terdiri pemain dan crew serta beberapa komunitas di Kota Magelang. Untuk pengambilan shooting dilakukan di beberapa sudut di Magelang dengan disutradarai Gepeng Nugroho.

https://youtu.be/3DfF-yYHd_0

20. Merah Putih 3 : Hati Merdeka

Film yang merupakan sekuel terakhir dari trilogi Merah Putih ini bercerita tentang keadaan Indonesia di tahun 1949 yang walaupun sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945 tapi masih terus diserang oleh pasukan Belanda yang masih ingin menjajah.

Tokoh-tokoh utamanya juga masih seperti film-film pendahulunya yaitu Kapten Amir, Letnan Tomas, Letnan Dayan, Letnan Marius dan seorang pejuang wanita bernama Senja, tetapi ada sedikit perubahan yaitu Letnan Dayan menjadi bisu karena lidahnya dipotong ketika menjadi tawanan Belanda.

Pemeran :
Lukman Sardi sebagai Amir
Darius Sinathrya sebagai Marius
Donny Alamsyah sebagai Tomas
Teuku Rifnu Wikana sebagai Dayan
Rahayu Saraswati sebagai Senja
Astri Nurdin sebagai Melati
Ranggani Puspandya sebagai Dayu
Nugie sebagai Wayan Suta
Agung Udijana sebagai Sumarjo

https://youtu.be/TGGldp2vrmI

Baca Juga: Mantan personel BIGBANG, Seungri Resmi Divonis Hukuman Kurungan Penjara Selama 3 Tahun

 21. Darah Garuda

Film ini memberikan pesan tentang kemerdekaan yang menjadi cita-cita semua orang dari usia, gender, agama, kelas sosial dan etnis berbeda justru bersatu, perempuan dan anak-anak, tua dan muda, Muslim dan Kristen, Hindu maupun agama lain dan berbagai suku.

Kelompok heroik para kadet yang menjadi tentara gerilya pada tahun 1947, yang selamat pada pertempuran MERAH PUTIH, terpecah oleh rahasia-rahasia mereka di masa lalu dan konflik yang tajam dalam hal kepribadian, kelas sosial dan agama.

Mereka seolah kehilangan pegangan dan tugas ketika pasukan induk tak selamat.

Akhirnya para kadet ini terhubung dengan kantor pusat Jendral Sudirman. Dari sinilah mereka kembali mendapat tugas, menghancurkan lapangan udara vital yang dapat membalikkan perlawanan para pemberontak melawan kezaliman yang telah dilakukan Jendral Van Mook pada Agustus 1947.

Tak hanya dengan prajurit Belanda, mereka bertemu dengan kelompok bgerilya lain dari separatis Islam.

Mereka ditawan antara menjadi sekutu atau musuh. Dikepung oleh musuh yang mengelilingi, baik musuh dari luar maupun dari dalam, para pahlawan ini harus bersatu dan saling percaya karena mereka berjuang melawan intrik, perkelahian jarak dekat, pengkhianatan dan kekuasaan luar biasa sebuah maha kekaisaran Eropa, demi mengejar satu tujuan: Kemerdekaan.

Akting aktor kawakan Lukman Sardi, Darius Sinathrya, Donny Alamsyah, T Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Astri Nurdin dan Rudy Wowor diikuti juga oleh Atiqah Hashiholan, Ario Bayu, Alex Komang dan bintang anak Aldy Zulfikar, membuat film ini berkarakter sejak awal.

https://youtu.be/eDyJR2RnC8w

22. November 1828 Diponegoro

Film ini memamerkan tradisi masyarakat Jawa yang sangat liat untuk ditindas. Di tengah suasana perang Diponegoro, Kapitein De Borst, indo yang sangat ingin jadi Belanda murni, hendak membuktikan diri sebagai prajurit hebat.

Pembuktian itu bisa diperoleh bila dia berhasil menangkap Sentot Prawirodirdjo, otak peperangan Diponegoro. Kisahnya berlangsung di desa Sambiroto November 1828.

Untuk maksud ini, De Borst menggunakan segala cara dan tak memperdulikan nyawa orang. Di pihak lain pengikut Sentot menyusun perlawanan dengan sangat licin, hingga bisa memasuki seluruh lapisan pertahanan Belanda dan selalu tahu rencana-rencana Belanda.

Puncak ketegangan adalah konflik antara De Borst dengan Kromoludiro. Untuk mengetahui persembunyian Sentot, De Borst memaksa Kromoludiro buka mulut, antara lain dengan menyandera istri dan anaknya yang masih bayi.

Produser : Njoo Han Siang, Ronald Lolang, Hendrick Gozali
Sutradara : Teguh Karya
Penulis : Teguh Karya
Pemeran : Slamet Rahardjo, Maruli Sitompul, Jenny Rachman, Sunarti Rendra, Rachmat Hidayat

https://youtu.be/-WYF6tE4Jl

23. Dokumenter Perang 1945

Film dokumenter ini berisi ringkasan kejadian yang terjadi di Indonesia dalam melawan penjajahan demi merebut kemerdekaan.

https://youtu.be/01jToAizpfw

24. SEOGIJA

Soegija adalah film drama dengan setting latar sejarah Indonesia. Disutradarai oleh Garin Nugroho, film ini mengisahkan catatan harian tokoh pahlawan Nasional Mgr. Soegijapranata.

Tokoh-tokoh dalamn film ini berasal dari Indonesia, Jepang, Belanda, dan sipil maupun militer sehingga sejarah perjuangan Indonesia makin terasa ketika menonton film kemerdekaan ini.

https://youtu.be/01jToAizpfw

Baca Juga: 5 Deretan Artis Korea ini Sempat Putuskan Diri untuk Hidup Melajang, Ada Moon Geun Young hingga Jiho

25. Battle of Surabaya

Menceritakan petualangan Musa, remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir untuk perjuangan pejuang arek-arek Suroboyo dan TKR dalam peristiwa pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya.

Kisah dibuka dengan visualisasi dahsyat dari pemboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang menandakan menyerahnya Jepang.

“Indonesia merdeka, itu yang kudengar di RRI, Jepang menyerah!”, kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi oleh Belanda.

Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompokan pemuda Kipas Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken. Residen Sudirman, Gubernur Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangun melawan penjajahan.

Musa dipercaya sebagai kurir surat dan kode-kode rahasia yang dikombinasikan dengan lagu-lagu keroncong dari Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia yang didirikan Bung Tomo. Bermacam peristiwa dilalui Musa sebagai kurir, kehilangan harta dan orang-orang yang dikasihi menjadi konsekuensi tugas agung tersebut.

Kisah ini merupakan kisah adaptasi dari pertempuran 10 November di Surabaya. Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh fiktif yang sengaja diproduksi untuk memperkuat pesan yang berhasrat disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan perdamaian.

https://www.youtube.com/watch?v=UI2ERb0a6Qs

Itulah 25 rekomendasi film-film perjuangan yang dapat di tonton untuk mengisi liburan Kemerdekaan RI ke-76 selama masa pandemi ini.***

Editor: Ponti Ana Banjaria

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler