Komisaris Garuda Minta Stop Gaji, Imbas Terus Meruginya Perusahaan Penerbangan Nasional

2 Juni 2021, 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia kerja sama dengan KONI unuk penerbangan atlet ke PON Papua /Instagram.com/@garuda.indonesia

KALBAR TERKINI – Satu diantara Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, (GIAA) meminta menyetop pembayaran gaji bulanan sampai rapat pemegang saham mendatang.

Penyebabnya karena terus meruginya perusahaan penerbangan nasional tersebut. Seperti yang diungkapkan, Peter F. Gontha dalam postingan di laman Facebooknya pada, Rabu 2 Juni 2021.

"Maka Kami mohon, demi 'sedikit meringankan' beban perusahaan, untuk segera, mulai bulan Mei 2021, yang memang pembayarannya ditangguhkan, memberhentikan pembayaran honorarium bulanan kami.

Baca Juga: Sempat Berputar Tujuh Kali, Pesawat Garuda Jakarta-Pontianak Return To Base karena Kabut Asap

sampai rapat pemegang saham mendatang, dimana diharapkan adanya keputusan yang jelas dan mungkin sebagai contoh bagi yang lain agar sadar akan kritisnya keadaan perusahaan," tulisnya dalam surat rilis tersebut.

Dia membeberkan tujuh hal yang menyebabkan keuangan GIAA bertambah kritis diantaranya sebagai berikut.

  • Pertama tidak adanya penghematan biaya operasional antara lain GHA.
  • Kedua tidak adanya informasi mengenai cara dan naras negosiasi dengan lessor.
  • Ketiga tidak adanya evaluasi/perubahan penerbangan/route yang merugi.
  • Keempat cash Flow manajemen yang tidak dapat dimengerti.
  • Kelima keputusan yang diambil Kementerian BUMN secara sepihak tanpa koordinasi dan tanpa melibatkan Dewan Komisaris.
  • Keenam saran Komisaris yang oleh karenanya tidak diperlukan dan ketujuh aktivitas Komisaris yang oleh karenanya hanya 5-6 jam perminggu.

“Permohonan pemberhentian pembayaran honorarium saya. Karena perusahaan adalah perusahaan publik dan bersejarah milik kita bersama, saya merasa hal ini perlu saya sampaikan secara terbuka,” tulis di caption akun Komisaris Garuda yang baru diangkat dalam RUPS 2020 tahun lalu.

Baca Juga: Gambar Garuda Pancasila Yang Dibuat Sultan Hamid Berasal dari Lambang Kerajaan Sintang

Kementerian BUMN menerima usulan salah satu Komisaris Garuda Indonesia Peter F. Gontha yang menilai rasa berada dalam krisis yang masih rendah.

Ini dipicu karena terjadi pensiun dini karyawan tetapi Komisaris tetap dibayar gajinya walaupun ditangguhkan.

Menteri BUMN Erick Thohir dikutip Kalbar Terkini dari antaranews.com mengungkapkan usulan Komisaris Garuda Indonesia Peter F. Gontha cukup baik.

Bahkan Kementerian BUMN akan menindaklanjuti dengan pemangkasan jumlah komisaris Garuda Indonesia.

"Saya kira apa yang diusulkan pak Peter Gontha cukup bagus, bahkan saya ingin mengusulkan kalau bisa komisaris garuda dua saja, jangan tadi, ada pensiun dini tapi komisarisnya tidak dikurangi. Kita akan kurangi nanti, usulan Peter Gontha bagus," jelasnya.

Baca Juga: Sasar Traveler dan Pebisnis Muda, Maskapai Super Air Jet Andalkan Pesawat Airbus 320-200

Dengan demikian, dia memproyeksikan jumlah Komisaris emiten bersandi GIAA ini akan dipangkas menjadi hanya 2 atau 3 orang.

Hal ini, menurut Erick Thohir guna benar-benar mencerminkan keseriusan Komisaris dan Direksi Garuda Indonesia akan efisiensi.

Karena yang menjalankan keseharian bisnis Garuda Indonesia bukan Kementerian BUMN.

"Komisaris kita kecilkan jumlahnya, itu bagian dari efisiensi, ini masukan yang bagus, nanti kita lakukan segera mungkin. Kasih waktu 2 minggu, ada RUPS-nya nanti nanti berdasarkan RUPS nanti kita kecilkan jumlah komisarisnya," katanya.

Adapun, jajaran komisaris Garuda Indonesia diisi 5 orang. Komisaris Utama yakni Triawan Munaf, Wakil Komisaris Utama Chairal Tanjung, Komisaris Independen Yenny Wahid, Komisaris Independen Elisa Lumbantoruan, dan Komisaris Peter F. Gontha.

Sebelumnya dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) Tbk atau GIAA mencatatkan kerugian yang fantastis yakni mencapai lebih dari Rp 15 triliun di kuartal III 2020.

Di kuartal ketiga tahun 2020, maskapai flag carrier ini hanya bisa membukukan pendapatan 1,14 miliar dollar AS atau merosot 67,79 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Mengacu laporan keuangan yang dirilis 5 November lalu, Garuda Indonesia hanya mencatat pendapatan dari penerbangan berjadwal senilai 917,29 juta dollar AS, penerbangan tak berjadwal sebesar 46,92 juta dollar AS, dan pendapatan lain-lain berkontribusi 174,56 juta dollar AS.

Catatan laba rugi maskapai plat merah milik pemerintah dari rilis terbuka di laman www.garuda-indonesia (2014-2019) yakni : Untung Rp97,72 miliar (2019), rugi Rp2,45 triliun (2018), rugi Rp2,98 triliun (2017), Untung Rp124 miliar (2016), untung Rp1,07 miliar (2015) dan rugi Rp4,87 triliun (2014).***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler