“Soekarno tidak sama beruntungnya dengan Hercules.
Pada waktu aku dilahirkan, tak seorang pun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua,” cerita Soekarno.
Tapi tanda bahwa bayi mungil ini akan menjadi sosok besar bisa terlihat dari tanda-tanda alam yang mengiringinya.
Saat itu dia lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud, jarak gunung tersebut hanya puluhan kilometer dari kediaman keluarga Soekarno.
“Bung Karno lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud, dimaknai sebagai akan lahirnya calon orang besar.
Yang kedua ia lahir pada saat fajar merekah, itu pula yang membuat ia dijuluki sebagai putra sang fajar.
Pada masyarakat jawa kalau ada bayi yang lahir saat fajar merekah takdirnya sudah ditentukan,” jelas Roso Daras, seorang wartawan senior dan penulis buku “Total Bung Kano".
Pada saat yang bersamaan, orang Bali juga memunyai kepercayaan lain, yakni meletusnya sebuah gunung pertanda bahwa rakyat telah melakukan maksiat.