Surat Terbuka Ratna Sari Dewi Soekarno untuk Presiden Soeharto: Siapa yang Membantai 800 Ribu Nyawa Rakyat?

- 12 Mei 2022, 09:04 WIB
Ratna Sari Dewi Soekarno. Selain memperhatikan betul budaya Indonesia, ia juga rupanya memperhatikan kondisi politik di tanah air, salah satunya ketika ia menulis surat terbuka kepada Presiden Soeharto tentang pembantaian sedikitnya 800 ribu nyawa.
Ratna Sari Dewi Soekarno. Selain memperhatikan betul budaya Indonesia, ia juga rupanya memperhatikan kondisi politik di tanah air, salah satunya ketika ia menulis surat terbuka kepada Presiden Soeharto tentang pembantaian sedikitnya 800 ribu nyawa. /@nadiawita

Bersama ini saya ingin mengingatkan Tuan terhadap segala sesuatu yang nampaknya oleh Tuan akan dilupakan. Hal hal yang akan dikemukakan ini saya anggap sebagai kewajiban bagi saya untuk menjelaskannya secara benar karena saya justru mengikuti peristiwa-peristiwa di In­donesia itu dari dekat.

Barangkali sementara orang akan berpendapat akan lebih baik kalau saya diam seribu bahasa seperti Sphinks (arca batu di Mesir) daiam hal ini. Akan tetapi karena saya tanggung jawab maka saya harus melakukan hal ini biar membawa resiko betapapun besrnya terhadap diri saya. Inipun karena makin lama di seluruh dunia maupun di Indonesia sendiri banyak tersebar cerita-cerita palsu yang disebarkan tentang peristiwa-peristiwa di Indonesia itu sehingga membeberkan keadaan yang sebenarnya itu merupakan kewajiban saya.

Karena itulah saya kirimkan surat terbuka ini kepada Tuan dalam kedudukan saya sebagai warga negara Indonesia. Selain itu surat terbuka yang saya kirimkan kepada tuan ini termasuk segala isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab saya dan tidak ada sangkut pautnya dengan Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang terdahulu.

Sebenarnya agaknya sudah terlambat untuk mempersoalkan kembali tentang para Perwira yang telah dinyatakan sebagai “kontra revolusi” atau pemberontak pemberontak terhadap Negara dimana mereka telah sama dihukum mati.

Selama ini saya selalu berpendirian tidak sependapat dengan adanya dalil bahwa ” yang berkuasa itu selalu benar” (power can do no wrong). Sikap inipun sama sewaktu Presiden Soekarno berkuasa Saya berpendapat bahwa seorang Kepala Negara itu mesti dikerumuni oleh orang orang yang mendukungnya. Begitu juga halnya dengan Tuan bahwa di sekeliling Tuan itu banyak orang-orang berkerumun yang pada umumnya tidak berani membuka mulutnya berpura-pura taat dan tunduk bahkan ada yang menjilat yang pada hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan kesempatan berkuasa lebih banyak Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Tuan sulit akan terungkap.

Presiden Soekarno dan Ratna Sari Dewi (Ist)
Pertama-tama dalam surat terbuka saya ini saya ingin mengemukakan apa yang disebut “proses” dimana banyak orang telah dibunuh karena dituduh melakukan kejahatan terhadap Negara. “proses” ini yang sebenamya terjadi di luar norma-norma Hukum dan Keadilan lebih tepat untuk disebut “teror dan kekerasan”

Dan mereka orang-orang yang tidak puas dan tidak mau bicara sewaktu kekuasaan Soekarno maka setelah situasi berubah lalu bersikap tidak bertanggung jawab dan turut serta melakukan pembunuhan dan teror. Dalam hal ini Tuan telah membiarkahnya. Andai kata nanti pada suatu ketika kedudukan Tuan diganti oleh orang lain sudah tentu akan terjadi hal yang sama dimana pembantu-pembantu Tuan yang penting sipil maupun militer termasuk mungkin Tuan sendiri akan mendapat perlakuan yang sama di mana mereka dituduh dan dituntut dengan hukuman mati dengan berbagai dalih misal “karena melakukan korupsi”

Dalam hubungan ini saya ingin bertanya kepada Tuan : “Mengapa Tuan membiarkan dan memberi kesempatan semua itu berlalu yang dapat menjadi contoh (preseden) jelek bagi suatu Negara yang masih muda dan rakyatnya sedang berkembang yaitu Indonesia ?”

Bukan maksud saya untuk mencela kebijaksanaan politik yang Tuan lakukan. Akan tetapi perhatian tertumpah kepada mereka yang dibunuh dan diteror dengan memakai dalih “pembersihan terhadap golongan merah” sejak peristiwa G 30 S itu terjadi. Padahal kebanyakan dari mereka itu hanyalah pengikut-pengikut Soekarno yang tidak tahu menahu tentang peristiwa G 30 S.


Ratna Sari Dewi Soekarno di Paris, Perancis 1970 (Ist)
Bahkan saya memperoleh berita bahwa tidak kurang dari 800.000 Rakyat Indonesia yang telah terbunuh diantaranya trdapat kaum wanita dan anak-anak karena hanya sebagai simpatisan PKI.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x