Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.
Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir
terdapat tambahan surat Kartini.
3. Belanda Mengabadikan Nama kartini Sebagai Nama Jalan
Perjuangan Kartini memang tak hanya menginspirasi kaum perempuan Indonesia saja, melainkan kaum perempuan Belanda juga ikut merasakan hal yang sama.
Paling tidak inilah efek yang terasa ketika surat-surat Kartini dibukukan dalam bentuk Bahasa Belanda dengan judul “Door Duisternis Tot Licht”.
Mereka yang membacanya pasti tersentuh akan ketidakadilan yang harus diterima kaum perempuan pribumi di tanah Jawa.
4. Meninggal di usia muda
Sayangnya, perjuangan Kartini tidak bertahan lama. Kartini meninggal di usia belia, yaitu 25 tahun.Disebutkan, Kartini
meninggal empat hari setelah melahirkan anak pertamanya yang bernama Raden Mas Soesalit Djojodiningrat.
Diduga, Kartini meninggal karena penyakit preeklampsia yang dideritanya pasca melahirkan sang buah hati.
5. Sempat Bersekolah dan Mahir Bahasa Belanda