Sekarang, analisis dari tim di Institut Teknologi Chiba di Jepang telah mengungkapkan bahwa objek itu kemungkinan dibuat di luar Mesir.
Para peneliti menggambarkan penyelidikan mereka awal bulan ini di jurnal Meteoritics & Planetary Science, setelah melakukan analisis sinar-X dari belati, yang disimpan di Museum Mesir, Kairo, Ibukota Mesir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gagang emasnya tampaknya dibuat menggunakan bahan perekat yang dikenal sebagai plester kapur.
Plester kapur pada masa itu belum digunakan di Mesir, melainkan oleh perajin di bagian lain dunia.
Analisis menunjukkan bahwa artefak ini dibuat menggunakan teknik suhu rendah yang dipanaskan hingga kurang dari 950 selsius.
Menurut para peneliti, teknik dan materi belati ini mengisyaratkan asalnya yang asingnya, kemungkinan dari Mitanni, Anatolia.
Kesimpulan tersebut persis dengan catatan Mesir Kuno, yang mengklaim bahwa belati besi dengan gagang emas itu diberikan oleh Raja Mitanni kepada Amenhotep III, kakek Tutankhamen.
Ada kemungkinan bahwa Raja Tut mewarisi belati itu karena diwarisi melalui keluarga.
Raja Tutadalah firaun Mesir kuno yang paling terkenal, yang memerintah lebih dari 3.000 tahun lal, tepatnya pada 1332- 1323 SM.
Tut dikenal sebagai 'raja laki-laki' karena baru berusia 10 tahun ketika naik takhta. Ketika menjadi raja, Tut menikahi saudara tirinya, Ankhesenpaaten.