Dipanggilnya Chaerul Basri untuk bertemu dengan Pemimpin Barisan Propaganda Jepang Gerakan Tiga A, Shimizu.
Dia meminta Shimizu menyiapkan dua kain besar berwarna merah dan putih.
Bukan sembarang kain yang dibawa oleh Shimizu, melainkan kain katun Jepang. Kain ini terkenal awet dan tahan lama.
Sejumlah negara juga menggunakan bahan ini untuk benderanya.
Dengan menggunakan alat jahit tangan, bendera Merah Putih berukuran 2x3 meter itu dijahit oleh Fatmawati di ruang makan.
Dalam Buku berjudul Berkibarlah Benderaku (2003), yang ditulis oleh Bondan Winarno, diketahui Fatmawati sambil menitikan air mata ketika menjahit bendera ini.
Bukan tanpa alasan, sebab saat itu Fatmawati tengah menanti kelahiran Guntur Soekarnoputra, yang memang sudah bulannya untuk melahirkan.
Di buku tersebut, Fatmawati menjahit menggunakan mesin jahit Singer yang hanya bisa digerakan menggunakan tangan saja.