Genom anjing penyanyi Papua Nugini telah terdegradasi, karena perkawinan sedarah, dan bercampur dengan genom anjing liar dari dataran tinggi yang mengandung potongan-potongan dari anjing desa setempat.
"Tetapi, mamalia-mamalia ini adalah anjing jenis yang sama," kata penulis studi, Elaine Ostrander, ahli genetika di National Human Institut Penelitian Genom, AS.
Diganggu oleh perkawinan sedarah selama bertahun-tahun, para peneliti khawatir, anjing penyanyi penangkaran akan segera mengalami kesulitan bereproduksi. Tapi jika dibesarkan dengan anjing dataran tinggi, populasi anjing-anjing ini diyakini bisa dilestarikan, dan diperkenalkan kembali ke dunia.
Menurut Ostrander, beberapa keragaman genetik dari anjing-anjing ini, hilang selama bertahun-tahun di penangkaran. Studi lebih lanjut tentang genom anjing tersebut ,dapat mengungkapkan bagaimana, dan mengapa anjing-anjing itu mampu mempertahankan repertoar vokalnya yang lain dari anjing-anjing lainnya.
"Suara mereka tidak seperti dari anjing pada umumnya yang pernah kami dengar di alam," ujarnya.
Peter Dwyer, ahli zoologi University of Melbourne menyatakan, penelitian tersebut sangat berguna. Namun diiingatkan, lebih banyak bukti diperlukan terkait untuk menyimpulkan bahwa anjing penyanyi di New Guinea adalah sah untuk diklaim sebagai mewakili populasi anjing yang unik dan kuno, berbeda dari anjing lain di pulau itu.
Bisa jadi pula, anjing penyanyi adalah keturunan anjing desa. Beberapa di antaranya memiliki banyak karakteristik anjing liar dataran tinggi yang tinggal di dekat tambang Grasberg.***
Sumber: Science Magazine