KALBAR TERKINI - Tak gampang untuk menghapus semua kendaraan dan industri bertenaga gas di AS. Presiden Joe Biden berencana menggantikannya dengan kendaraan listrik (electric vehicle /EV) terkait tekatnya untuk mengurangi setengah emisi gas rumah kaca pada 2030.
Berbagai sektor perekonomian AS pun akan terpuruk jika Biden memaksa penghapusan itu dengan mematok tenggat waktu hingga sembilan tahun ke depan. Apalagi, semua sektor tersebut berkaitan pula dengan lapangan kerja, yang otomatis menyangkut hajat hidup banyak orang di negeri Paman Sam.
Kemustahilan mengejar tenggat waktu setengah emisi gas rumah kaca pada 2030 , disebabkan pula terlalu banyaknya kendaraan penumpang bertenaga gas di AS. Dengan jumlah sekitar 279 juta unit, tak semudah itu untuk menggantikannya dengan EV, hanya dalam tempo kurang dari satu dekade, menurut para ahli.
Baca Juga: Vaksin Malaria Ditemukan: 77 Persen Efektif 'Cespleng'
Pada tahun yang normal, dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Sabtu, 24 April 2021, pembuat mobil menjual sekitar 17 juta kendaraan di seluruh AS. Jika pun setiap armada baru itu bertenaga listrik, tetap saja akan membutuhkan lebih dari 16 tahun untuk mengganti seluruh armada.
Terlebih lagi, mengingat syarat usia kendaraan di jalanan AS rata-rata harus maksimal 12 tahun sebelum dihapus, maka ini berarti kendaraan berbahan bakar gas tersebut akan dominan selama bertahun-tahun yang akan datang.
"Kami tidak akan dapat memenuhi target, hanya dengan penjualan mobil baru. Armadanya terlalu besar," kata Aakash Arora, Direktur Pelaksana Boston Consulting Group dan penulis studi tentang adopsi kendaraan listrik.
Toh upaya Biden ini bisa saja berhasil. Syaratnya, pemerintah memberlakukan insentif agar dapat membujuk sebagian besar orang AS untuk membatalkan mobil dan truk mereka, kemudian membeli EV sehingga mengurangi emisi knalpot sebanyak apa pun yang mendekati 50 persen.
Tapi, ini pun akan memakan waktu lebih lama daripada jadwal Biden. Pada 2020 saja, kurang dari dua persen kendaraan baru yang dijual di AS sepenuhnya bertenaga listrik.
Baca Juga: Covid Purba Infeksi Manusia 25 Ribu Tahun Silam
boston c“Jika setiap kendaraan baru yang dijual hari ini adalah kendaraan listrik, dan seluruhnya didukung oleh energi terbarukan dalam semalam, ini pun akan memakan waktu 10 tahun atau lebih bagi kami, untuk mencapai pengurangan 50 persen emisi gas rumah kaca,” kata Chris Atkinson, seorang profesor mekanik. teknik dan direktur mobilitas pintar di Universitas Negara Ohio.
Menurut Atkinson, ini berarti bahwa sektor ekonomi lain harus memangkas emisi gas rumah kaca yang cukup dalam untuk menutupi kekurangan dalam industri otomotif.
Kapal dan Pesawat Terbang
Masalah lainnya, transportasi secara keseluruhan di AS selama ini tidak hanya mencakup mobil dan truk. Melainkan juga kapal dan pesawat terbang, satu-satunya sumber polusi terbesar.
Dari hampir 6,6 juta metrik ton emisi karbon dioksida di AS pada 2019, sektor transportasi menyumbang 29 persen. Berikutnya adalah pembangkit listrik sebesar 25 persen; pabrik 23 persen; bangunan komersial dan residensial sebesar 13 persen; dan pertanian 10 persen.
Pembangkit listrik kemungkinan besar merupakan sumber pengurangan emisi yang lebih cepat, sektor yang telah membuat kemajuan signifikan.
Pada 2020, emisi karbon dari pembangkit listrik 52 persen lebih rendah dari yang diproyeksikan pemerintah pada 2005, menurut Lawrence Berkeley National Laboratory milik Pemerintah AS. Alasannya: Lebih banyak penggunaan gas alam, tenaga surya dan angin, serta berkurangnya permintaan, seiring dengan perkembangan ekonomi untuk mencapai peningkatan efisiensi energi.
Biden, yang mengungkapkan ambisi pengurangan emisi ini pada KTT Perubahan Iklim dengan para pemimpin dunia di Washington, Ibu Kota AS, Kamis, 22 April 2021, belum merinci pengurangan gas rumah kaca yang diimpikan pemerintahannya untuk setiap sektor ekonomi.
Secara keseluruhan, pengurangan tersebut dimaksudkan untuk membatasi pemanasan global, sebagai bagian dari visi Biden tentang negara yang memproduksi baterai dan EV mutakhir, jaringan listrik yang lebih efisien, serta menutup ajungan minyak dan tambang batu bara yang ditinggalkan.
Baca Juga: 44.172 orang Meninggal Dunia, Ini Data Terbaru Covid-19 di Indonesia Jumat, 23 April 2021
Gina McCarthy, penasihat iklim utama Biden, tampaknya memberi sinyal pada Kamis, bahwa pengurangan emisi yang lebih dalam harus datang dari sektor lain di samping industri otomotif, untuk mencapai tujuan tersebut.
McCarthy membela keputusan Biden untuk tidak menetapkan tenggat waktu tertentu dalam mengakhiri penjualan mobil bertenaga gas baru, atau untuk mencapai emisi nol-bersih dari sektor transportasi.
Menurutnya, pemerintah memiliki banyak cara untuk memotong setengah emisi gas rumah kaca di AS. Untuk sektor transportasi, pemerintah akan meningkatkan efisiensi kendaraan, berinvestasi di bahan bakar terbarukan rendah karbon, dan mencapai perbaikan angkutan, serta kereta api dan sepeda.
Pemerintah juga ingin mengubah 650 ribu unit dari armada kendaraan federal menjadi tenaga baterai.
Untuk meningkatkan penjualan kendaraan listrik, Pemerintah AS berencana menghabiskan 15 miliar dolar AS, untuk membangun setengah juta stasiun pengisian listrik pada 2030, serta menawarkan kredit pajak yang potongan harganya belum ditentukan untuk memotong biaya.
Butuh Waktu 20 Tahun
Menukar seluruh armada pembakar gas dengan kendaraan listrik, bisa memakan waktu lebih 20 tahun. Todd Campau, direktur asosiasi otomotif untuk IHS Markit, memperkirakan bahwa jumlah kendaraan yang sebagian besar bertenaga gas di jalan-jalan AS, akan terus bertambah menjadi 284 juta pada 2025.
Campau dan yang lainnya menyatakan bahwa akan membutuhkan insentif pemerintah yang 'sangat menarik' supaya warga AS meninggalkan pembakar gas mereka, sesuatu seperti pengulangan dari program Cash-for-Clunkers 2009, yang diusulkan oleh pemimpin mayoritas di Senat AS, Chuck Schumer dari New York, tetapi secara luas dengan skala yang lebih besar.
Rencana Schumer mengusulkan potongan harga setidaknya 3.000 dolar AS bagi setiap orang untuk membuang kendaraannya untuk digantikan EV.
Bill Hare, Direktur Climate Analytics, sebuah lembaga pemikir iklim yang berbasis di Berlin, Jerman, memperkirakan, pengurangan polusi di sektor transportasi akan terjadi setelah tahun 2030, seiring pertumbuhan armada EV. “Apa yang pada akhirnya akan kita lihat adalah dekarbonisasi lengkap dari sektor transportasi , tetapi ini baru akan terjadi pada tahun 2050,” katanya.
Bahkan, jika emisi knalpot tidak dapat dipotong dengan cepat, maka tujuan Biden, mungkin secara teori, setidaknya dapat dicapai, dengan pengurangan emisi pembangkit listrik yang signifikan, serta dengan pengurangan polusi metana dari sumur minyak.
"Juga dengan pemotongan hidrofluorokarbon, yang digunakan dalam pendinginan udara," kata Kate Larsen, direktur di Rhodium Group, sebuah firma riset.
"Studi menunjukkan bahwa emisi tenaga listrik dapat dipotong 80 persen pada 2030, dengan campuran investasi dan peraturan," lanjut Larsen.
“Itu akan membuat kita mendapatkan hasil yang maksimal,” katanya. “Kami tidak akan melihat pengurangan 50 persen emisi secara keseluruhan. Pembangkit listrik tanpa emisi akan mengubah mobil dan banyak sumber polusi lainnya menjadi listrik."
Bahkan, di negara-negara yang berada di depan AS dalam mengadopsi EV terutama di Eropa dan China, penjualannya masih belum mencukup untuk mencapai sasaran pengurangan karbon dioksida pada 2030, menurut laporan Boston Consulting.
Di Eropa, yang memiliki insentif kuat dan batas polusi yang ketat, pangsa pasar hibrida khusus baterai dan plug-in, telah melonjak dari tiga persen, menjadi 10,5 persen pada 2020. Itu pun masih jauh dari cukup.
"Jika separuh dari mobil baru yang dijual di seluruh dunia pada tahun 2035 adalah kendaraan tanpa emisi, 70 persen kendaraan di jalan raya masih akan menggunakan bahan bakar bensin atau solar," kata laporan itu.
Adopsi yang lebih cepat juga dapat dibatasi oleh kurangnya kapasitas pabrik untuk membuat baterai. AS misalnya, hanya memiliki empat pabrik yang dibangun, atau sedang dikerjakan sekarang.
"Itu akan membutuhkan setidaknya 50 pabrik untuk melistriki seluruh armada," kata Atkinson dari OSU.
Meski begitu, peralihan dari pembakaran internal ke EV, sedang berlangsung, dan Boston Consulting menyatakan program itu akan berakselerasi. Pihaknya memperkirakan, penjualan EV baru akan meningkat 12 persen dari pasar global pada 2020, menjadi 47 persen pada 2025.
Atkinson mencatat bahwa biaya baterai turun, dan pembuat mobil berencana memperkenalkan 300 model EV baru pada 2023, sehingga memberikan banyak sekali pilihan kepada konsumen.
“Ada cara untuk ini agar bergerak cukup cepat,” kata Nathan Niese, penulis laporan Boston Consulting. “Bisnis sedang bergerak ke arah itu. Pemerintah hanya bisa menjadi akselerator di atas itu."***
Sumber: The Associated Press