Baca Juga: Kompol Yuni Dipecat Usai Teribat Narkoba Bersama Anggotanya di Polsek Astana Anyar, Bandung
Di empat negara ini, narkoba jenis sabu dibeli dengan harga sangat tinggi baik di tingkat grosir maupun eceran, sehingga memicu terjadinya tren produksi massal sabu, sekaligus lonjakan kenaikan harga sejak 2019, yang mengalahkan narkoba-narkoba unggulan, terutama ekstasi dan heroin.
Disebutkan, terjadi peningkatan produksi sabu yang luar biasa dari wilayah Segitiga Emas, terutama dari utara Myanmar dan Laos.
Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara, yang meliputi Myanmar, Laos utara dan Thailand bagian utara. Disebut 'emas', karena kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam alias opium.
Kawasan ini merupakan penghasil candu dan heroin yang paling utama di Asia Tenggara. Sebelumnya, komoditas utama di Segitiga emas selama ratusan tahun adalah teh, batu giok, dan jati.
Belakangan, obat bius menjadi primadona setelah Kerajaan Inggris memberlakukan penanaman massal tanaman untuk bahan baku narkoba itu.
Produksi ini, terutama untuk mendorong budaya poppy untuk pasar Cina, suatu keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan dagang Inggris, British East India Company sekaligus juga Pemerintah Inggris saat itu.
Seluas 950.000 kilometer persegi, Segitiga Emas berada di antara pertemuan Sungai Ruak dan Sungai Mekong.
Daerah terpencil bergunung-gunung dan berhutan lebat ini didiami oleh suku Shan, Tai Lu dan Hmong, Akha, Lisu, Yao, dan suku-suku lain yang lebih kecil, dan sebagian besar wilayahnya sangat sulit dicapai.
Bahkan, dua negara terdekat, Thailand dan Rangoon, sulit mengontrolnya.