MENGENAL Tradisi Robo-Robo di Mempawah Kalimantan Barat, Tolak Bala Mirip dengan Rebo Wekasan

20 September 2022, 08:24 WIB
Robo Robo, Keraton Mempawah Gelar Tradisi Leluhur untuk Mengenang Kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon /Tangkapan layar Instagram @wonderfulmempawah/

 

KALBAR TERKINI - Mengenal tradisi Robo-Robo yang mirip Rebo Wekasan karena diperingati setiap rabu terakhir di bulan Safar.

Robo-Robo, adalah tradisi di Keraton Mempawah, Kalimantan Barat  yang digelar untuk mengenang kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon.

Tradisi Ritual Robo-Robo tahun ini akan jatuh pada hari Rabu, 21 September 2022.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Robo Robo merupakan adat dan tradisi yang telah dilakukan masyarakat Bugis di Mempawah sejak dulu dan masih bertahan hingga saat ini.

Baca Juga: Pandangan Ustad Abdul Somad Mengenai Rebo Wekasan, Mirip dengan Tradisi Arba Mustakmir di Kalimantan Selatan

Tradisi ini bertujuan untuk memohon ampun dan pertolongan kepada Allah SWT agar seluruh masyarakat terhindar dari bala bencana yang diturunkan pada setiap bulan Safar.

Tradisi Robo Robo menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Mempawah bekerjasama dengan kerabat Keraton Amantubillah.

Kegiatan yang diselenggarakan sekali setiap tahun dalam kalender Islam.

Atau setiap hari Rabu terakhir bulan Safar ini, untuk mengenang kembali napak tilas kedatangan Raja Mempawah Pertama Opu Daeng Menambon beserta istri dan pengikutnya dari Sulawesi ke Kerajaan Matan Ketapang memasuki Sungai Kuala Mempawah.

Baca Juga: KAPAN Rebo Wekasan? Berikut Tradisi yang Melekat Padanya dan Begini Menurut Pandangan Islam

 

Tradisi Robo Robo biasa sudah dimulai sebelum hari Rabu.

Keluarga Keraton Mempawah biasa mulai berziarah ke Makam Raja -raja mempawah di kawasan makam raja Sebukit.

Selanjutnya malam harinya, digelar jamuan makan, prosesi gelar Adat Toana, penganugerahan Gelar kekerabatan serta launching lagu dan video klip "Robo Robo" di Keraton Amantubillah.

Sementara untuk hari Rabu menjadi puncak tradisi Robo Robo.

Diawali makan syafar di Keraton Amantubillah Mempawah. Biasanya makan syafar ini dilakukan dengan saprahan.

Kata Saprahan berasal dari kata “Saprah” yang artinya berhampar makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila diatas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.

Baca Juga: Berikut Niat dan Waktu yang Tepat Melaksanakan Shalat Hajat, Lengkap dengan Tata Caranya

Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan tersusun secara teratur pada kain saprah.

Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain saprahan, piring makaan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.

Kemudian dilanjutkan dengan gelar adat tradisi Robo Robo (buang-buang) di Muara Kuala Secapah, Mempawah.

 

Dilansir dari indonesia.go.id, perlu diketahui Robo-robo berasal dari nama Hari yaitu Rabu (Rabu berasal dari bahasa Arab yaitu Ar-bia'/Raba'a).

Diselenggarakan pada hari Rabu minggu terakhir dalam sapar (Bulan dalam kalender Arab).

Baca Juga: Robo-Robo 2021, Siap Santap Menu Khas Kalimantan Barat, Ada Ikan Asam Pedas, Sambal Serai Udang dan Kue Bingke

Sejarah Ritual Robo Robo

Bermula dari cerita turun temurun dan sudah menjadi keyakinan terutama umat islam, bahwa pada bulan safar dan hari Rabu itulah, dimana para Nabi selain sebagai waktu penuh berkah

Juga ada anggapan katanya akan mendapat musibah atau ujian dari Allah SWT yang berkaitan dengan laut/air.

Contohnya: Nabi yunus ditelan ikan, Nabi musa membawa umatnya menyebrang lautan dll.

Sehingga kedua anggapan tersebut amat tepat dirasakan untuk memohon kepada Maha Kuasa supaya dijaga dari musibah dan diganti keselamatan.

Selain itu bulan safar juga banyak peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan islam dan perkembangannya.

Pada dasarnya Tradisi dan penyelenggaraan seperti Robo-robo juga dilaksanakan di tempat lain namun dengan nama yang berbeda-beda. Sebelum muncul sebutan "Robo-robo" Yaitu asal mula tolak bala bulan safar.

Berawal dari sholat idifa'il Bala, merupakan sholat sunnah hajat yang dikerjakan pada malam atau hari Rabu akhir bulan safar yang teringat bahwa bulan safar adalah bulan yang penuh dengan kesialan dan malapetaka, dan hari Rabu pekan keempat merupakan hari yang paling na'as pada bulan itu.

Sebelum ritual Robo-robo ini dilaksanakan dikuala kakap (pada tahun 1978), pada dahulunya Ritual Robo-robo ini dilaksanakan masyarakat di laut tepatnya di Pulau Taik Minyak dengan menggunakan sampan untuk pergi ke tempat ritual tersebut pada jaman dahulu.

Setelah selesai ritual Robo-robo (selesai membaca doa selamat) masyarakat yang hadir langsung menceburkan diri ke sungai untuk mandi-mandi.

Makanan yang disajikan ketika upacara Robo-robo, seperti opor ayam, sambal serai udang, selada timun hingga ikan pedas khas Provinsi Seribu Sungai itu. Ada juga kue-kue, seperti bingke, sangon, jorong, putuh buluh dan pisang raja.

Sebelum mulai makan bersama, diawali dengan pembacaan doa. Selain itu, masyarakat Kalbar juga berharap diberikan berkah dari Allah agar terhindari dari marabahaya yang mungkin terjadi setiap bulan safar.

Tak hanya makan bersama, dalam upacara Robo-robo juga ada ritual membuang makanan ke sungai.

Hal ini dilakukan sebagai simbol membuang petaka agar hanyut dibawa arus sambil memanjatkan doa yang dikenal sebagai Doa Selamat.

Ritual ini juga menjadi artian bahwa masyarakat Kalbar hidupnya melekat dengan sungai yang memiliki banyak keberkahan.

Awalnya Robo-robo hanya dilakukan oleh suku Melayu yang beragama islam di Kuala Mempawah.

Namun, kini ritual Robo-robo dilakukan hampir semua masyarakat Kalbar maupun yang beragama non-Muslim, satu diantaranya di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat juga turut memasukan tradisi Robo Robo sebagai agenda wisata tahunan. ***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler