Yunani Ancam Turki Berperang, Erdogan: Jangan Sampai Laut Mediterania Tercemar Darah!

- 3 Oktober 2022, 10:12 WIB
Warga Turki di provinsi Iskeçe (Xanthi) Thrace Barat memprotes kebijakan asimilasi pemerintah Yunani dalam pendidikan, Iskeçe (Xanthi), Thrace Barat, Yunani, 24 September 2019. (Foto Sabah)
Warga Turki di provinsi Iskeçe (Xanthi) Thrace Barat memprotes kebijakan asimilasi pemerintah Yunani dalam pendidikan, Iskeçe (Xanthi), Thrace Barat, Yunani, 24 September 2019. (Foto Sabah) /


KALBAR TERKINI - AS terus mencari masalah dengan memanfaatkan negara lain termasuk menggunakan Yunani untuk mengancam Turki berperang.

Drone tentara Turki telah merekam penyebaran kendaraan lapis baja Yunani di Pulau Lesbos dan Pulau Samos.

Keberadaan persenjataan itu melanggar hukum internasional, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Daily Sabah, Selasa, 27 September 2022.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengaku sudah mengetahui pihak yang memprovokasi Yunani.

Baca Juga: Kasus Pengantin ISIS 2015 Terungkap, Turki Murka ke Inggris!

Hal ini ditegaskan oleh Erdogan dalam pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) yang berkuasa di Ankara, Ibukota Turki.

"Senjata yang menumpuk di Thrace Barat dan di pulau-pulau itu, tidak masuk akal bagi kami, karena kekuatan kami jauh melampaui mereka," tegasnya.

"Tetapi, kami mengingatkan Anda bahwa ini berarti pekerjaan rahasia," lanjutnya.

Erdogan mengatakan, Türkiye tidak ingin Laut Aegea dan Laut Mediterania 'tercemar dengan darah, air mata, atau permusuhan manusia'.

Baca Juga: Turki Berdarah: 16 Tewas dalam Laka Lantas Maut termasuk Dua Wartawan yang Meliput

“Kami menginginkan kedamaian dan ketenangan dengan segenap hati kami,” tambahnya.

Türki pada Senin lalu mengajukan protes kepada AS dan Yunani atas penyebaran kendaraan lapis baja.

Keberadaan persenjataanitu telah melanggar hukum di pulau-pulau Aegean dengan status non-militer.

Pemerintah Türki telah memanggil Duta besar Yunani, dan menyerukan diakhirinya pelanggaran di pulau-pulau Aegea.

Mereka harus memulihkan status non-militer, menurut Kementerian Luar Negeri.

Dalam catatan tersebut, kementerian menyatakan, pengerahan itu merupakan pelanggaran lain terhadap kewajiban Yunani.

Berdasarkan Perjanjian Lausanne 1923, dan Perjanjian Paris 1947, pulau-pulau ini diharuskan demiliterisasi.

Dengan demikian maka pasukan atau senjata apa pun di pulau-pulau itu dilarang keras.

Sementara itu, dalam sebuah nota protes ke AS, Türkiye mendesak penghormatan terhadap status pulau-pulau Aegean timur.

Ini termasuk langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah penggunaan senjata di sana.

Rekaman drone Turki, yang dirilis pada Minggu, menunjukkan, kapal pendarat Yunani membawa kendaraan militer.

Kendaraan ini disumbangkan oleh AS ke pulau-pulau tersebut.

Menurut sumber keamanan, drone Turki yang melakukan misi penerbangan di atas Laut Aegea merekam dua kapal pendarat Yunani.

Kapal-kapal itu dalam perjalanan ke Lesbos dan Samos.

Terungkap, kapal-kapal itu membawa 23 kendaraan lapis baja beroda taktis ke Lesbos dan 18 kenderaan lain ke Samos.

Kendaraan lapis baja ini termasuk pula yang dikirim oleh AS ke Pelabuhan Alexandroupolis di Yunani.

Erdogan juga pada Senin mengecam Yunani atas provokasi terbarunya.

Ditegaskan, Turki tidak akan gagal untuk mempertahankan hak dan kepentingannya.

Menurutnya, penumpukan militer itu tampak seperti pendudukan negara-negara asing di seluruh Yunani.

"Pada dasarnya, (ini) harus mengganggu orang-orang Yunani, bukan kami," kata Erdogan setelah pertemuan kabinet di Ankara.

Presiden mengatakan, Türkiye selama ini mengikuti kebijakan Yunani yang 'dipenuhi dengan provokasi'.

"Kami sangat menyadari niat sebenarnya dari mereka yang memprovokasi," tegasnya.

"... dan melepaskan politisi Yunani terhadap kami untuk menghalangi program kami membangun Türkiye yang hebat dan kuat," lanjut Erdogan.

"Namun, ini adalah permainan berbahaya bagi politisi Yunani, negara Yunani, rakyat Yunani dan mereka yang menggunakan mereka sebagai boneka," tegasnya.

"Yunani akan dimintai pertanggungjawaban atas orang-orang yang ditinggalkannya untuk mati di Laut Aegea dan Mediterania," kata Erdogan.

Presiden menambahkan,Türkiye tidak akan gagal untuk membela hak dan kepentingan negara terhadap Yunani.

"(Kami) menggunakan semua cara yang kita miliki," lanjutnya.

Ditegaskan kembali bahwa Yunani tidak pada tingkat yang sama dengan Türkiye.

“Baik pembangunan militer maupun dukungan politik dan ekonomi, itu tidak cukup untuk menaikkan Yunani ke level kami," kecamnya.

"Tetapi, langkah-langkah yang salah ini cukup untuk menyeret Yunani ke dalam rawa dalam segala hal,” tambah Erdogan.

Sementara itu, ironisnya, AS memberikan pernyataan terkait setelah bermanuver 'lempar batu sembunyi tangan '.

AS mengimbau sesama sekutu NATO termasuk Yunani dan Türkiye pada Senin untuk 'bekerja sama'.

Ini untuk memastikan perdamaian dan keamanan regional setelah Ankara mengatakan Athena melanggar hukum internasional.

"Sekarang bukan waktunya untuk pernyataan atau tindakan apa pun yang dapat meningkatkan ketegangan antara sekutu NATO," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

“Kami mendorong sekutu NATO kami untuk menyelesaikan perselisihan apa pun yang mungkin mereka miliki secara diplomatis," lanjutnya.

"Kami pikir, kami harus tetap fokus pada apa yang merupakan ancaman kolektif bagi kita semua, dan itulah agresi Rusia.," lanjutnya.

Juga, Erdogan pada Selasa dengan keras mengkritik negara-negara Eropa yang melindungi organisasi teroris.

"Ketika sarang teror dihancurkan, anggota organisasi teroris secara terbuka mendirikan kamp untuk diri mereka sendiri di beberapa negara," tambahnya.

"Para pembunuh yang menumpahkan darah warga kami dipeluk di hampir setiap negara di Eropa, terutama di kamp Lavrion di Yunani," ujarnya.

"Mereka bisa berjalan-jalan dengan bebas," kata Erdogan dalam pertemuan di Ankara.

Teroris menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan negara-negara Barat yang melindungi kelompok teroris.

Erdogan memperingatkan bahwa dia mengharapkan semua negara, terutama tetangga Türkiye, untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap organisasi teroris.

Kamp kedua yang menampung teroris, dibuka di Yunani di sebelah kamp Lavrion yang terkenal, menurut sumber pekan ini.

Ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Ankara dan Athena.

Seorang pejabat Turki mengatakan kepada Daily Sabah bahwa Yunani menolak klaim Lavrion menjadi tempat berkembangbiaknya teroris.

Tapi Turki ternyata menemukan kamp lain mirip dengan Lavrion yang telah dibuka.

“Kami berada dalam proses yang sangat rapuh,” kata pejabat itu mengenai hubungan bilateral.

Yunani telah lama dituduh sebagai tempat persembunyian para teroris, dari DHKP-C dan PKK.

Mereka yang melarikan diri dari Türkiye telah berlindung di kamp-kamp pengungsi di Lavrion dekat Athena.

Kedoknya adalah sebagai pencari suaka, terutama pada 1980-an.

Meskipun penutupan Lavrion pada 2013 di tengah tekanan dari Türkiye, Yunani terus menjadi tujuan utama teroris DHKP-C.

Rekaman dari kamp menunjukkan bahwa itu telah berubah menjadi basis teroris PKK.

Türkiye dan Yunani berselisih atas sejumlah masalah, termasuk klaim yang bersaing atas yurisdiksi di Mediterania Timur.

Klaim ini tumpang tindih atas landas kontinen mereka, batas laut, ruang udara, energi.

Juga dnegan Pulau Siprus yang terpecah secara etnis, status pulau-pulau di Laut Aegea, dan para migran.***

Sumber: Daily Sabah

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah