Cacar Monyet Merajalela di Afrika, 1,3 Miliar Penduduknya Meratap Minta Vaksin

- 12 Agustus 2022, 16:07 WIB
Cacar Monyet sebabkan Kematian di Afrika, ternyata Afrika krisis kemiskinan dan tidak ada penanganan medis
Cacar Monyet sebabkan Kematian di Afrika, ternyata Afrika krisis kemiskinan dan tidak ada penanganan medis /Foto: Antara/

NAIROBI, KENYA, KALBAR TERKINI - Sebanyak 1,3 miliar penduduk Afrika menjerit karena minus vaksin untuk menghadapi serangann cacar monyet (monkeypox).

Lebih banyak kematian akibat cacar monyet alias cacar kera telah dilaporkan di 'benua hitam' pada 2022 daripada di mana pun di dunia. 

Sejak Mei, hampir 90 negara telah melaporkan lebih dari 31.000 kasus, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Kamis, 11 Agustus 2022.

Baca Juga: Wagner Grup, Tentara Bayaran Rusia Mengganas di Afrika: Bantai Warga Mali dan Mauritania

Penjabat Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Ahmed Ogwell menyatakan, 1,3 miliar orang Afrika masih belum memiliki dosis tunggal vaksin cacar monyet.

Tetapi, tambahnya, diskusi yang sangat maju sedang berlangsung dengan setidaknya dua mitra.

Tanpa memberi perincian, dinyatakan bahwa para mitra tersebut adalah sebagian besar lembaga multilateral dan pemerintah non-Afrika.

Baca Juga: Macetnya Ekspor Gandum Ukraina Picu Kelaparan di Afrika, Turki Pertemukan Militer Rusia dan Ukraina

"Tidak ada diskusi dengan sektor swasta, karena semua dosis yang tersedia telah dibeli oleh negara," katanya.

Setidaknya 2.947 kasus cacar monyet telah dilaporkan di 11 negara Afrika pada 2022.

Angka ini termasuk 104 kematian, tetapi sebagian besar kasus yang dilaporkan adalah kasus yang dicurigai.

"Ini karena Afrika juga kekurangan sumber daya diagnostik yang cukup untuk pengujian menyeluruh" kata Direktur CDC Afrika.

Baca Juga: Impor Gandum Ukraina Macet, Afrika Dibayangi Kerusuhan Sosial!

Kurangnya dosis vaksin dan kurangnya diagnostik adalah gema dari tantangan yang dihadapi 54 negara Afrika selama berbulan-bulan selama pandemi COVID-19.

Ini ironis, karena kekurangan itu terjadi ketika negara-negara kaya berlomba-lomba untuk mengamankan pasokan vaksin.

Direktur CDC Afrika menyatakan permasalan tersebut ketika berdialog dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Kamis.

Dalam kunjungan terakhirnya di tiga negara Afrika, Blinken mengartikulasikan strategi baru Washington untuk terlibat dengan negara-negara Afrika sub-Sahara sebagai 'mitra setara'.

Awal pekan ini, Blinken berada di Kongo.

Negara ini memiliki banyak dari 136 kasus cacar monyet baru yang dilaporkan di seluruh Afrika, dalam seminggu terakhir.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan meningkatnya wabah penyakit cacar monyet yang dulu langka sebagai keadaan darurat internasional pada Juli 2022;

AS menyatakan caar monyet sebagai darurat nasional sejak minggu lalu.

Di luar Afrika, 98 persen kasus terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.

Dengan pasokan vaksin global yang terbatas, pihak berwenang berlomba untuk menghentikan cacar monyet sebelum menjadi mengakar.

Penyebaran cacar monyet biasanya membutuhkan kontak kulit-ke-kulit atau kulit-ke-mulut dengan lesi pasien yang terinfeksi.

Orang juga dapat terinfeksi melalui kontak dengan pakaian atau seprai seseorang yang memiliki lesi cacar monyet.

Kebanyakan orang yang terinfeksi cacar monyet bisa sembuh tanpa pengobatan, tetapi dapat menyebabkan gejala yang lebih parah seperti radang otak.

Bahkan dalam kasus yang jarang terjadi, cacar monyet memicu kematian.

Versi cacar monyet yang menyebar di Eropa dan Amerika Utara memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada yang beredar di Afrika.

Di Afrika, sebagan besar orang terjangkit setelah kontak dengan hewan liar yang terinfeksi, seperti tikus dan tupai.

Kecuali Afrika, tidak ada tanda-tanda penularan cacar monyet yang berkelanjutan di luar laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki,.

Ini juga berarti bahwa menghentikan penyebaran cacar monyet di antara kelompok itu, dapat secara efektif mengakhiri wabah.

Pekan lalu, para ilmuwan Inggris menyatakan bahwa ada 'tanda-tanda awal' bahwa kasus cacar monyet di Inggris - yang pernah memiliki wabah terbesar di dunia di luar Afrika - telah mencapai puncaknya.

Cacar monyet tidak menular secepat virus corona dan menghentikannya tidak memerlukan intervensi dramatis, seperti penguncian COVID-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa cacar monyet dikategorikan sebagai keadaan darurat.

Pemberian label darurat ini bertujuan mendorong negara-negara untuk menanggapi epidemi tersebut secara serius.

Dengan demikian, masih ada peluang untuk menahan penyakit itu sebelum menjadi masalah global.

Adapun sebagian besar kasus cacar monyet terjadi di kalangan pria gay dan biseksual.

Wabah awal di Eropa dan Amerika Utara kemungkinan dipicu oleh seks di dua 'rave' di Spanyol dan Belgia.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, 99 persen kasus cacar monyet di AS adalah laki-laki.

Dari mereka, 94 persen melaporkan kontak seksual dengan pria lain dalam tiga minggu sebelum mereka mengalami gejala.

Namun, siapa pun dapat tertular virus jika mereka melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau kain yang menyentuh orang yang terinfeksi.

Dengan persediaan terbatas, pejabat kesehatan tidak merekomendasikan vaksinasi massal.

Mereka menyarankan suntikan untuk petugas kesehatan, orang yang telah melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, dan pria yang berisiko tinggi terkena cacar monyet.

Para pejabat juga berusaha untuk meregangkan pasokan vaksin, Jynneos. Dibutuhkan dua dosis, tetapi banyak tempat hanya memberikan satu dosis.

Pejabat kesehatan AS pada Selasa lalu mengesahkan strategi baru, yang akan memungkinkan profesional kesehatan untuk memvaksinasi hingga lima orang – bukan satu – dengan setiap botol.

Pendekatan ini hanya menggunakan sebagian kecil dari jumlah vaksin biasa dan memberikannya dengan suntikan tepat di bawah kulit daripada ke jaringan yang lebih dalam.

Penerima masih akan mendapatkan dua suntikan dalam sebulan.

Tedros dari WHO merekomendasikan agar pria yang berisiko terkena cacar monyet mempertimbangkan untuk membuat 'pilihan yang aman', dan mengurangi pasangan seksual mereka 'untuk saat ini'.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah menyarankan orang untuk memeriksa diri mereka sendiri untuk lesi cacar monyet sebelum mereka berhubungan seks.

Juga sebelum warga pergi ke acara sosial, dan mencatat bahwa sebagian besar kasus berasal dari festival, sauna dan tempat-tempat lain di mana seks telah terjadi.

Siapa pun dengan lesi cacar monyet harus diisolasi sampai benar-benar sembuh, yang bisa memakan waktu hingga tiga minggu.

Tapi, penjabat direktur badan kesehatan masyarakat terkemuka Afrika menyatakan, seks di antara pria gay dan biseksual 'tidak relevan'.

Ini karena wabah cacar monyet di benua itu adalah sekitar 40 persen kasus adalah wanita.

Para ilmuwan berpikir wabah cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara berasal dari Afrika, jauh sebelum penyakit itu mulai menyebar.

Sampel dari kasus di Eropa menunjukkan bahwa lusinan mutasi menunjukkan virus awal telah diam-diam menyebar.

Ini berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum epidemi saat ini terdeteksi.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x