.
"...kita perlu membongkar diskriminasi sistemik. Kita perlu melihat diri kita sebagai manusia dengan kebutuhan dasar yang sama meskipun kita memiliki perbedaan ras, agama dan budaya," katanya.
"Kita perlu menyadari bahwa jika kita ingin maju sebagai sebuah bangsa, kita harus memanfaatkan kekuatan dari beragam populasi yang membentuk bangsa ini," tegas Kathirasen.
Menurutnya, perlu disadari bahwa mendahulukan 'rakyat kita sendiri' dapat membawa manfaat dalam jangka pendek.
Sedangkan dalam jangka panjang, dapat merugikan bangsa, terutama jika orang-orang ini tidak kompeten atau malas.
Karena itu, Kathirasen menilai bahwa tidak ada salahnya memberikan dukungan atau dukungan kepada anggota ras, atau kelompok sendiri.
Hanya saja, kriteria kuncinya adalah kompetensi, kerja sama, dan kreativitas, bukan keanggotaan dalam suku atau kelompok.
"Karena itu, saya perlu menambahkan bahwa diskriminasi rasial tidak khas Malaysia. Ini dapat ditemukan hampir di mana saja, meskipun diskriminasi sistemik mungkin tidak meluas," tegasnya.
Kathirasen menyatakan, PBB bahkan telah menetapkan 21 Maret sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial.
Tema pada 2022 adalah 'suara untuk aksi melawan rasisme'.
”PBB menyatakan bahwa peringatan untuk tahun ini bertujuan menyoroti tentang pentingnya memperkuat partisipasi dan perwakilan publik yang bermakna.