Keluarga Iblis Sekte Hari Kiamat Tuntut Ganti Rugi ke Pemerintah Jepang!

- 9 Maret 2022, 11:56 WIB
Shoko Asahara, Pimpinan Sekte Hari Kiamat Jepang
Shoko Asahara, Pimpinan Sekte Hari Kiamat Jepang /Istimewa/ArirangNews

 

KALBAR TERKINI - Empat tahun setelah kematiannya di tiang gantungan, keluarga dari Shoko Asahara, pemimpin Sekte Hari Kiamat Aum Shinrikyo, menggugat ganti rugi ke Pemerintah Jepang.

Gugatan ini senilai satu juta yen, atau setara 8.656 dolar AS, yang diakukan oleh Chizuo Matsumoto, anggota keluarga dari Asahara, teroris Jepang yang mengklaim diri sebagai Yesus Kristus.

Sekte Hari Kiamat Aum Shinrikyo adalah pelaku serangan gas sarin di stasiun kereta bawah tanah di Tokyo, Ibukota Jepang, 20 Maret 1995, dan serangkaian pembunuhan lainnya.

Baca Juga: Jepang Klaim Pulau Takeshima Miliknya, bukan Korsel: Bukti dari Bagan Laut Periode Edo

Menewaskan 14 orang, serangan ini juga membuat 54 orang lainnya sakit parah, serta memengaruhi lebih dari 980 orang.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Jepang, The Asahi Shimbun, Selasa, 8 Maret 2022, gugatan itu disertai alasan bahwa eksekusi di tiang gantungan di Rumah Tahanan Tokyo pada 6 Juli 2018 adalah ilegal.

Eksekusi ini dianggap tidak kompeten secara mental terhadap Asahara yang hidupnya berakhir mengenaskan dalam usia 63 tahun itu.

Baca Juga: Rudal Nuklir Hwasong-12 Korut kian Sangar: AS, Korsel dan Jepang Rapatkan Barisan!

Asahara dituduh mendalangi serangan gas sarin pada 20 Maret 1995 di sistem kereta bawah tanah ibu kota yang mengakibatkan 14 kematian dan ribuan orang sakit, serta tindakan pembunuhan lainnya oleh murid-muridnya.

Pengacara penggugat, mengutip ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, menyatakan bahwa eksekusi harus ditunda, jika seorang terpidana mati dianggap tidak kompeten secara mental.

Pengacara berpendapat, Yoko Kamikawa, menteri kehakiman ketika itu yang menandatangani surat perintah kematiannya, telah 'mengeluarkan perintah eksekusi tanpa berpikir, yang merupakan kelalaian tugas'.

Baca Juga: SEJARAH HARI INI, 30 Januari, Jepang Eksekusi 300 Tentara Australia dan KNIL di Ambon, Ini Catatan Lengkapnya

Diklaim bahwa seharusnya catatan medis Asahara diperiksa, dan memerintahkan evaluasi psikiatri.

Tentang Sekte Hari Kiamat
Lahir di Chizuo Matsumoto, 2 Maret 1955, Asahara adalah pendiri, dan pemimpin sekte Aum Shinrikyo, yang dibentuk pada 1984.

Asahara mengaku sebagai Yesus, dan mengklaim memiliki 40 ribu pengikut di seantero dunia, di mana sembilan ribu di antaranya ada di Jepang.

Menyatakan dirinya adalah Isa Almasih atau Firman Allah yang Hidup, Asahara ternyata seorang iblis, ketika dia terbukti menjadi dalang serangan maut gas sarin pada 1995.

Serangan ini menggunakan senyawa kimia yang diklasifikasikan sebagai senjata pemusnah massal yakni gas Sarin.

Banyak pihak menyatakan, aksi itu untuk merusakkan Jepang.

Asahara juga dinyatakan bersalah atas kasus kejahatan lainnya.

Pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman mati dengan cara menjatuhkan vonis hukum mati di tiang gantungan terhadap Asahara pada Februari 2004.

Namun, Juni 2011, eksekusinya ditunda menyusul beberapa eksekusi terhadap para anggota Aum Shinrikyo lainnya.

Eksekusi Asahara akhirnya dilakukan pada 6 Juli 2018, 23 tahun setelah serangan gas yang didalanginya. Asahara dieksekusi bersama enam anggota Aum Shinrikiyo lainnya.

Asahara mengajarkan sebuah ramalan mengenai hari kiamat, termasuk tentang akan terjadinya Perang Dunia III yang menghancurkan bumi akibat pernag nuklir.

Menggunakan kata 'Armageddon;', istilah ini diambil dari Kitab Wahyu. Selain untuk menyebarkan 'firman keselamatan', misinya juga adalah untuk bertahan hidup dalam 'masa-masa akhir' tersebut.

Asahara pernah memperkirakan bahwa hari kiamat akan terjadi pada 1997

Kelompok ini menimbulkan kehebohan ketika beberapa anggotanya melakukan serangan gas sarin di bawah tanah Tokyo.

Banyak pula korban yang enggan untuk mengungkapkan diri, sehingga angka pasti jumlah korban sulit didapatkan.

Selama penggeledahan di kantor pusat kelompok ini di Kota Kamikuishiki di Yamanashi, yang terletak di kaki Gunung Fuji, polisi menemukan bahan peledak.

Juga ditemukan senjata kimia dan biologi, seperti kultur Anthrax dan Ebola, dan satu init helikopter militer Rusia, Mil Mi-17. Virus Ebola diperoleh dari Zaire pada 1994.

Pada 30 Maret 1995, Takaji Kunimatsu, Kepala Badan Kepolisian Nasional Jepang, ditembak empat kali di dekat rumahnya di Tokyo, sehingga mengalami luka serius.

Sankei Shimbun menulis, banyak pihak memperkirakan kelompok Aum Shinrikiyo terlibat dalam penembakan tersebut.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Asahi Shimbun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah