Koboi akhirnya Murka, Jet Amerika Sikat Milisi Irak Dukungan Iran

- 26 Februari 2021, 18:47 WIB
KIBARKAN BENDERA -   Seorang anggota Hashd al-Shaabi mengibarkan bendera kelompok milisi Kataib Hezbollah sebagai protes atas serangan AS./REUTERS/  :
KIBARKAN BENDERA - Seorang anggota Hashd al-Shaabi mengibarkan bendera kelompok milisi Kataib Hezbollah sebagai protes atas serangan AS./REUTERS/ : /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

Pemantau  perang Suriah untuk hak asasi manusia, sebuah kelompok yang berbasis di Inggris  menyatakan bahwa serangan itu menargetkan pengiriman senjata yang dibawa oleh truk yang memasuki wilayah Suriah dari Irak.  

Baca Juga: Hubungkan Jalur Darat Indonesia-Malaysia, Kalbar Bakal Miliki Lima Terminal Internasional

Ditambahkan, terdapat 22 personel dari sebuah sebuah kelompok milisi di Irak. Sebagian besar di antara mereka adalah paramiliter Syiah. Namun, laporan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen. 

Menteri Pertahanan Austin menyatakan yakin bahwa AS telah melakukan pembalasan terhadap militan Syiah dengan serangan yang sama, mengacu pada serangan roket 15 Februari 2021 di Irak utara, yang menewaskan seorang kontraktor sipil dan melukai seorang personel AS, anggota layanan, dan personel koalisi lainnya. 

Austin mengaku sudah merekomendasikan tindakan itu kepada Presiden Biden.  "Sudah beberapa kali kami katakan bahwa kami akan menanggapi (serangan milisi) sesuai jadwal kami," kata Austin. "Kami telah memastikan bahwa kami memiliki target yang tepat." 

Sebelumnya, juru bicara Pentagon John Kirby menyatakan, tindakan pihaknya terkait serangan-serangan itu, termasuk serangan terakhir roket ke  Kedubes AS di Zona Hijau di Kota Baghdad, akan dilakukan pihaknya lewat suatu 'tanggapan militer yang proporsional'. 

Tindakan ini diambil bersama langkah-langkah diplomatik, termasuk setelah berkonsultasi dengan mitra koalisi. "Operasi itu mengirimkan pesan yang jelas: Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi personel Amerika dan koalisi," kata Kirby. 

Kirby menyatakan, serangan udara  AS menghancurkan banyak fasilitas di titik kontrol perbatasan yang digunakan oleh sejumlah kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Kataeb Hezbollah dan Kataeb Sayyid al-Shuhada. 

Sementara itu, Mary Ellen O’Connell,  profesor di Sekolah Hukum Notre Dame, mengkritik serangan AS sebagai pelanggaran hukum internasional.

"Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa memperjelas bahwa penggunaan kekuatan militer di wilayah negara berdaulat asing adalah sah,(namun)  hanya sebagai tanggapan atas serangan bersenjata di negara pertahanan yang menjadi tanggung jawab negara sasaran. Tak satu pun dari elemen tersebut terpenuhi dalam serangan Suriah," katanya. 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x